21 | Bestfriend for?

11.7K 954 60
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

Cerita ini mengandung unsur kekerasan, LGBT, seksualitas, kata-kata kasar yang tidak layak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak.

[pythagoras]

.

.

.

.

Raga tengah duduk di kursi meja makan di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga tengah duduk di kursi meja makan di dapur. Cahaya lampu remang-remang menemani. Di depannya ada secangkir kopi yang ia buat beberapa saat lalu. Bathrobe hitam membungkus tubuh atletisnya. Sesekali jemari kirinya mengetuk permukaan meja. Sedangkan tangan kanannya sibuk memegang ponsel di telinga.

"Mungkin lusa atau minggu depan Raga bakal berkunjung ke rumah. Iya, kakak bilang aja ke Mama, Raga di sini baik-baik aja" ucap Raga pada orang di seberang telepon, kakaknya.

'Kamu janji ya? Mama tiap hari terus saja bilang kangen sama kamu. Udah lama kamu ga pulang, terakhir dua bulan lalu'

"Raga ga bisa janji..." timpal Raga sambil menyeruput kopi miliknya.

Terdengar helaan nafas dari lawan bicara Raga.

'Omong-omong, soal anak yang kamu bilang waktu itu... kamu yakin itu dia? Kamu ga salah orang 'kan?'

Dengan pelan Raga menurunkan cangkir kopinya. "Ya, seratus persen yakin! Dia punya tato itu di dadanya" ucapnya dengan sebuah senyum tipis.

'Apa? Kamu lihat dadanya? Kamu melakukan apa saja sama anak itu?'

"Kakak ga perlu tau..."

Kepala Raga berotasi saat mendengar suara pintu terbuka. Dari tempatnya duduk sekarang, Raga bisa melihat Alta keluar dari kamarnya dengan tubuh gontai.

"Kak, udah dulu ya. Sampai ketemu nanti di rumah dan salam buat yang lain"

Setelah menutup panggilan telepon dengan kakaknya, Raga berdiri. Ponsel hitamnya ia kantongi di saku bathrobe. Raga melangkah mendekati Alta yang sedang bertumpu pada pintu. Anak itu terlihat kesusahan untuk berjalan.

"Udah bangun?" tanya Raga basa-basi.

Alta mengangkat wajahnya. Menatap penuh benci pada Raga yang menampilkan senyum menyebalkan. Ingin sekali ia layangkan pukulan pada wajah tersebut.

"Gue mau pulang..." pinta Alta pelan.

"Ga bisa!"

"BIARIN GUE PULANG! GUE GA MAU DI SINI!"

"ALTA!" bentak Raga.

Nafasnya memburu. Raga menyingkap rambut yang menutupi keningnya. Ia mengalihkan pandangan kearah lain sejenak, kemudian menatap Alta lagi.

[BL] 1; Another Pain | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang