Part 17

52 21 36
                                    

HAPPY READING~!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>




















"Bang, stop!"

Reyhan sontak menginjak rem saat mendengar ucapan Danica yang duduk di sebelah nya.

"Kenapa, Dan?" tanya Jian dari kursi belakang.

"Itu bang Hadden!" seru Danica menunjuk kearah sebuah halte bus yang jarak nya tak jauh dari tempat mereka berada.

Reyhan kemudian keluar dari mobil dan disusul dengan Danica serta Jian.

"Hadden!" seru Reyhan sembari berlari mendekat.

"Bangg!" Danica langsung ikut berlari saat melihat Hadden dari dekat yang ternyata tengah kesakitan memegang perut nya serta wajah laki-laki itu terlihat lecet dan ada beberapa memar.

"Lo kenapa bisa gini, Den?!" tanya Reyhan panik.

"Bawa ke mobil aja bang anter ke rumah sakit," usul Jian. Reyhan langsung mengangguk setuju.

Kemudian Reyhan serta Jian segera memapah Hadden berjalan ke mobil.

-
-
-

Sesampai nya, Hadden langsung di bawa pihak rumah sakit untuk segera di tangani.

Sementara Danica, Reyhan dan juga Jian menunggu di ruang tunggu.

"Gue rasa Hadden nemuin Dihan," ucap Reyhan.

"Pantes bang Hadden gak pulang dua hari," gumam Danica.

"Jadi setelah kejadian di sekolah itu, bang Hadden langsung cari Dihan?" tanya Jian penasaran.

Reyhan menggeleng. "Dia cuma bilang mau beresin semua nya, tapi sebenarnya gue udah yakin kalau dia pasti mau ribut sama Rio, ya kalau gak dapet Rio pasti Dihan," jelas nya.

Jian mengangguk mengerti.

"Bang, Danica ke kantin ya," izin Danica kemudian berdiri dari bangku nya.

"Kamu belum makan siang ya?" ujar Reyhan khawatir.

"Muka lo pucet gitu, ayo gue anter," titah Jian lantas menggandeng tangan Danica dan membawa gadis itu ke kantin yang ada di rumah sakit itu.

"Lo kenapa gak ke kantin sih tadi siang?"  gerutu Jian sembari terus menuntun Danica menuju kantin.

"Danica males, gak ada Alba."

Singkat, tapi mampu membuat Jian kesal. "Pikirin diri lo dulu, Dan. Albara pasti makan enak di sini," ujar Jian.

Danica menatap Jian lantas memberhentikan langkah mereka. "Jadi Alba dirawat di sini?"

Jian membalas tatapan Danica. "Iya, gue belum kasih tau ya?"

Danica langsung mengalihkan pandangan nya.

"Jangan ngambek dongg." Jian mencubit gemas pipi Danica, ia membuat gadis itu semakin kesal pada nya.

"Danica!"

Sang pemilik nama serta Jian sontak menoleh kesumber suara.

"Alba!" ujar Danica sumringah, ia melihat Albara bersama Anjani ada di hadapan nya dengan jarak sekitar 3 meter.

Perlahan Albara berjalan mendekati Danica.

Hingga cowok itu tiba di hadapan Danica, ia menunduk kan kepala nya. "Maaf..."

28 Hour [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang