Happy Reading
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"Danica pasti bahagia di sana, Al..."
"Al..."
"Al..."
"Albara..."
"Apa kamu bisa mendengar saya?"
Tunggu.
Apa ini?
"Kenapa gue tiba-tiba di rumah sakit? Apa gue pingsan tadi?" Batin Albara tanpa menjawab pertanyaan dari dokter di hadapan nya.
Sang dokter kemudian sibuk dengan alat-alat semacam monitor di samping ranjang nya. Bahkan sang dokter melepaskan beberapa selang yang entah kenapa terhubung dengan diri nya.
Padahal jika pingsan tak perlu segini nya kan?
"Sus, tolong catat perkembangan Tuan Albara pada jam ini."
Salah satu suster yang ada di sana pun langsung melaksanakan perintah dari dokter tersebut yang kini memeriksa keadaan Albara secara menyeluruh.
"Tuan? Sejak kapan gue setua itu." Albara membatin lagi.
"Sus, kamu tolong panggil keluarga Tuan Albara dan katakan jika Albara telah siuman dari koma nya."
Suster lain yang tadi nya membantu sang dokter memeriksa keadaan Albara, kini pergi keluar untuk menghubungi keluarga pasien yang saat ini di tangani nya.
Namun apa kata nya tadi?
"Koma?! Gak mungkin. Sebenarnya gue kenapa?!" Lagi-lagi Albara hanya berbicara tanpa suara.
"Tuan, tolong ikuti cahaya ini."
Sang dokter menyuruh Albara untuk mengikuti pergerakan cahaya dari sebuah pulpen yang ia pegang tepat di depan mata Albara.
"Baik, respon nya cukup bagus."
Hingga saat ini Albara masih tak mengerti mengapa ia tiba-tiba ada di rumah sakit.
"Sekarang tolong berbicara apapun ke saya," titah dokter itu.
"Kenapa saya bisa koma, dok?"
Satu pertanyaan baru saja keluar dari mulut Albara, membuat suster di dekat nya langsung memainkan pulpen di atas kertas laporan di tangan nya.
"Baik, sejauh ini respon dari tubuh anda sangat baik dan kemungkinan pulih nya akan lebih cepat," jelas sang dokter tanpa menjawab pertanyaan Albara tadi.
"Namun untuk saat ini saya masih belum bisa membiarkan putri anda menjenguk. Jika sudah di pindahkan ke kamar rawat inap nanti, saya akan memperboleh kan nya."
"Baiklah, saya permisi terlebih dahulu."
Sang dokter kemudian pergi bersama suster yang mencatat perkembangan nya tadi keluar dari ruangan Albara.
"Putri? M-maksudnya?"
°°°°°
Sejak tadi Anjani tak henti-henti nya mengusap tangan Albara dengan lembut, sesekali ia memeluk nya kemudian menggenggam tangan sang anak.
"Mi," panggil Albara.
Anjani memberikan seluruh antensi nya pada Albara.
"Danica mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
28 Hour [ END ] ✓
Fanfic"Mi, Danica mana?" Anjani menyerengit bingung. "Danica siapa, Al?" ★★★ "Dia adalah segala nya. Namun kepergian nya adalah mimpi burukku." - Albara Deron Mahendra Start « 13 October 2021 » End « 22 Maret 2022 »