Part 23

39 15 17
                                    

HAPPY READING~!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>













"Jun, tunggu dulu."

Dengan cepat Dihan menghadang langkah Juna yang hendak pergi meninggalkan kelas.

Juna membuang muka tak ingin menatap wajah Dihan yang kini tepat di hadapan nya.

"Gue sibuk, mending lo minggir," titah Juna sembari melirik arloji di tangan kiri nya.

"Maafin gue, Jun, gue serius."

Dihan menatap Juna. "Tolong jagain Hera buat gue."

"Hah? Jagain Hera? Lo pikir lo siapa seenak nya nyuruh-nyuruh gue?" jawab Juna dengan nada datar.

Dihan sedikit menunduk kan kepala nya.

"Cih, yakin lo minta tolong ke gue? Arjuna? Cowok yang lo ancem 3 hari lalu supaya jauhin Hera?" 

"Gue tau lo masih sayang sama Hera, cuma lo satu-satu nya orang yang bisa gue percaya sekarang. Tolong, Jun, Hera itu berarti banget buat gue," mohon Dihan.

"Tau apa lo soal perasaan gue. Dan lo percaya sama gue? Bisa bisa nya. Gue bisa kok jadi Rio ke Hera kalau lo mau."

"Gue minta maaf, Jun," tegas Dihan.

"Maaf lo nggak cukup. Setelah semua yang lo lakuin ke Danica sama Albara, memfitnah kembaran gue, dan yang nggak akan gue lupain lo ngancem bakal  habisin Jiandra kalau gue deketin adek lo!"

Juna menjeda kalimat nya.

"Sekarang lo malah mohon-mohon ke gue, mana temen lo si Rio? Hah? Mending lo minta tolong ke dia-"

"DIA BUKAN TEMEN GUE! LO TEMEN GUE, JUN!"

Juna memutar bola mata nya.

"Cuma temen SD. Gue masih inget kok kalau kita musuh."

"Jun, gue harus apa biar lo maafin gue?!"

"Segitu nya, demi Hera?"

Juna berdecak. Kemudian dia menepuk pundak Dihan. "Gak usah drama. Siniin Rio ke hadapan gue, dan gue bakal jadi tameng buat Hera."

Dihan menatap Juna dengan penuh harap serta sedikit sumringah di perlihatkan nya.

"Lo maafin gue berarti?" tanya Dihan berharap.

"Enggak. Gue cuma bilang bakal jagain Hera kan bukan maafin lo. Walaupun gue nggak dendam, tapi gue belum bisa maafin lo, sorry."

Juna menjeda kalimat nya.

"Jadi jangan anggep kita temen."

Juna melangkah pergi setelah ucapan nya barusan.

Baru beberapa langkah ia berpapasan dengan Hera yang seperti nya ingin menghampiri sang kakak.

Dengan sedikit ragu Hera menatap Juna.

"Jagain tuh abang lo. Urusan lo biar gue yang jagain."

Kemudian ia melanjutkan langkah nya pergi dari sana.

Hera langsung tersenyum di tempat.

"Makasih, Juna," tutur Hera pelan.

°°°°°

"Al."

Dihan memberhentikan langkah Albara dengan menyodor kan selembar kertas tepat di depan wajah Albara.

"Caper lo?" Albara menaik kan sebelah alis nya.

Dihan menyodor kan kertas itu dengan benar langsung ke tangan Albara.

"Tolong di baca, gue berniat baik."

Albara memasukkan kedua tangan nya kedalam kantong almet nya, ia menatap Dihan malas.

"Sejak kapan sih lo baik? Hah?"

Albara menggeleng kecil. "Buang waktu lo!"

"Al, gue mungkin emang banyak salah sama lo terutama sama Danica-"

"Bagus kalau lo sadar," potong Albara.

Dihan menghela nafas nya.

"Maaf dari gue nggak akan cukup bagi lo. Tapi tolong terima niat baik gue, ini buat Danica."

Sekali lagi Dihan menyodor kan kertas yang ia bawa kepada Albara.

"Seenggak nya lo baca dulu," ujar Dihan.

Dengan sigap Albara mengambil kertas dihadapan nya kemudian langsung membaca isi dari pemberian Dihan itu.

Hingga di kalimat paling bawah Albara menemukan kalimat bertuliskan..

Dengan demikian, pasien bernama Danica Alula Vega bisa mendapatkan donor mata dan akan dilaksanakan sesuai waktu yang sudah kami tentukan.

Kertas di tangan nya jatuh, entah kenapa tangan Albara langsung lemas melihat kalimat barusan yang ia baca.

Dihan memungut kertas itu.

"Gue serius minta maaf sama lo, Danica, Jian, dan juga Juna," tutur Dihan tulus.

Albara menatap Dihan namun lelaki itu tak tau apa maksud dari tatapan nya.

Tiba-tiba setetes air mata jatuh dari mata Albara membasahi pipi nya.

"Loh, kok nangis?"

Bergegas Albara mengusap air mata nya kasar. "Jangan kasih tau Danica gue nangis! Awas aja, gue gak akan maafin lo!" ancam Albara menatap Dihan dengan amarah.

"Iya, kali ini gue di pihak lo."

Albara bernafas lega. "Bay the way, gue menghargai permintaan maaf lo."

Ia mengambil kembali kertas di tangan Dihan.

"Ini, thanks banget. Tapi lo harus minta maaf ke Danica juga, selama ini yang menderita karena lo itu dia."

Albara berdecak. "Waras kali ya kalau Rio juga setulus lo minta maaf gini, cih."

Dihan tersenyum tipis. "Gue salut sama lo, Al."

"Kenapa lo jadi bangga sama gue deh?" heran Albara tak habis pikir.

"Definisi cowok keren semua nya ada di lo. Pertahanin, jangan kayak gue." Dihan melanjutkan ucapan nya.

Albara menepuk pundak Dihan pelan. "Menjaga kepercayaan orang lain emang sulit. Sekali lo berhianat, lo bakal tetep di maafin, tapi enggak dengan mendapatkan kembali kepercayaan nya. Penyesalan emang nggak guna, bro. Tapi penyesalan nggak bakal ada kalau semua orang tau ada yang nama nya menyesal di setiap awal yang salah. Usaha terus, tunjukin dengan sungguh-sungguh kalau lo emang layak buat di maafin. Karena usaha nggak pernah ngehianantin hasil kayak lo."

°°°°°












HALOO!!

UDAH LAMA YAA AKU NGGA UP:")

MAAF IN AKUU YAA GUYS 🥲🙏

I hope you enjoy reading this chapter~

Don't forget to vote and comment!

See you next part~

Thank u udah sabar nunggu story Ini up^^

28 Hour [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang