2. Senin Sial

189 17 5
                                    

Kaki jenjang Hazel membawanya ke lantai dasar dengan riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki jenjang Hazel membawanya ke lantai dasar dengan riang. Rambut hitamnya ia gerai menambah kadar kecantikan gadis blasteran Indo-London itu.

"Selamat pagi, sayangnya aku," sapanya ketika sampai di ruang makan dan duduk di sisi kiri Joshua, dimana ia tak memutuskan pandangan dari sang sepupu sedikitpun.

"Rok lo gak ada yang lebih pendek, Zel?" sindir Joshua membuat Valdo yang sedari tadi menunduk sontak mendongak.

Tanpa menjawab, Hazel memilih untuk menerima sepiring roti panggang selai cokelat yang diulurkan oleh Bibi Onik, asisten yang diutus orang tua mereka.

"Ada kok. Cuma gue lagi males pake yang itu," jawabnya santai, setelah menelan sesuap sarapannya yang begitu nikmat. Terlebih ditambah susu cokelat hangat.

Valdo yang penasaran lantas menegakkan badannya dan melirik ke arah setengah paha Hazel yang terekspos. Takut-takut bisa khilaf, dia kembali mendudukkan bokongnya dan menggumam kalimat istighfar dengan lirih.

Selesai mereka sarapan, Joshua langsung menyuruh Hazel berganti rok abu yang pantas. Beberapa lama kemudian, Hazel kembali turun. Bukannya terkejut dengan kedatangan Hazel, mereka berdua lebih terkejut dengan rok abunya yang bahkan lebih pendek dari sebelumnya.

"Bi, tolong dong cariin rok abu Hazel yang dibawah lutut, ada 'kan?" pinta Valdo langsung, tanpa diperintah dua kali bi Onik bergegas ke kamar Hazel. Sedangkan, si pemilik kamar sedang mereka tatap tajam.

"Ini, Den. Bibi cari-cari ternyata ada di rak paling bawah," ucap bi Onik mengalihkan pandangan ketiganya.

"Oh my God! Kenapa roknya harus ketemu, sih!" batin gadis cantik itu kesal.

"Makasih, Bi. Zel, ganti sana di kamar mandi. Gak ada bantahan!" Hazel merebut roknya kasar sambil mendengus dan berlalu, tak lupa hentakkan kakinya yang disengaja karena kesal dengan dua laki-laki yang sekarang mengusap wajahnya kasar.

"Bisa gila gue lama-lama kalo disuguhin Hazel kaya gitu tiap hari," gerutu Valdo. Sedangkan, Joshua hanya menggelengkan kepalanya, miris.

Hazel keluar dengan wajah tak bersahabat. Valdo mengulurkan tangannya dan mereka bertiga keluar dipimpin oleh Joshua.

"Jo galak," bisik Hazel sambil menatap punggung kokoh di depannya.

"Setuju. Apalagi kalo di sekolah galaknya tiga kali lipat," balas Valdo berbisik.

Mereka terus menggibahi Joshua sesekali tertawa kecil, hingga tanpa sadar orang yang digibahkan tengah menatap tajam keduanya.

"Terus kan ya Zel, masa--"

"Hazelna!" seru Nabila yang tiba-tiba muncul di depan pagar. Hazel yang sadar secara reflek melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah tujuh.

"Gila! Bila, sini lo!" Tangan gadis cantik itu mengayun, segera saja Nabila menarik gas motor matic-nya mendekati mereka.

"Ini masih pagi banget, Setan! Lo mau ngapain di sekolah, ha?! Mau ngepel lapangan?" omel Hazel.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang