7. Kabur -1-

86 9 0
                                    

"Wah, berani juga lo nemuin gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, berani juga lo nemuin gua. Gua pikir lo takut." 

Kedua laki-laki yang masih nangkring di atas motor Kawasaki Ninja 300 berwarna hitam dan putih masing-masing insan itu tersenyum miring.

"Bacot banget." Di atas motor putih itu sambil mengunyah permen karet membalas. "Gue gak punya banyak waktu. So, penting gak?"

Rei meludah ke arah kirinya. "Gua gak mau basa-basi, sih. Gu--"

"Kan yang basa-basi elo, Sat," potong Valdo kesal.

"Kayak apa yang gua chat, gua nantangin kalian balapan dengan Hazel jadi taruhan.

"Wah, sialan nih Si Anjing! Hazel gak ada urusannya ya, njir. Jangan bawa-bawa nama sepupu gue!" Joshua yang sedari tadi menahan emosi, kini meluap-luap.

"Santai dong, santai." Dua orang cewek dengan pakaian kurang bahan di sebelah Rei ikut menyahut. Entahlah, apa fungsi keduanya yang jelas-jelas membuat salah satu sepupu Hazelna itu mulas seketika.

"Aduh, aduh, gue mules! Basa-basi lo masih lama kagak?" Atensinya beralih ke Joshua. "Jo, titip motor dah, gue mules, cuy! Tuh, liat tuh, macam orang kagak beduit buat beli baju," lanjutnya terkekeh dan berlalu pergi

Kurang dari lima menit berlalu, Valdo kembali ke tempat motornya berada. Tanpa menunggu lama, mengingat jalan semakin lengang apalagi malam semakin larut. 

Suara mesin motor dari Valdo dan Rei bersahut-sahutan memerangi keheningan malam. Di sisi kanan, Joshua dan kedua teman Valdo yang sudah dihubungi pun terus memanjatkan doa terutama agar kejadian malam ini tidak diketahui sepupu cantiknya.

Di tikungan tajam, suara pekikan Valdo terdengar nyaring. "Anjir, rem gua blong, bangsat!"

•••

"Valdo?!"

Hazel terbangun dengan napas tersengal juga keringat dingin mengucur di pelipis. Matanya dilarikan ke jam dinding berkarakter Hello Kitty di sisi kanan kamar. "Jam satu ternyata," batinnya

Dengan rambut diurai, dress tidur panjang berwarna putih yang melindungi tubuhnya ia keluar kamar. Pertama-tama rute-nya ke kamar Valdo memastikan bahwa laki-laki menyebalkan itu masih berpijak di sini. 

Kosong. 

"Val? Lo di mana?" Kembali, pertanyaannya menggema di seantero kamar. "Ah, mungkin di kamar Joshua."

Beralih ke kamar Joshua yang bernuansa hitam putih, namun lagi-lagi dirinya disuguhi ruangan kosong sampai-sampai ia menggeledah kamar mandi hingga balkon. 

"Joshua? Josh? Lo di mana?"

Daripada penasaran dengan raibnya kedua laki-laki itu, didukung flashlight handphone-nya ia melangkah menelusuri lantai dasar dari satu bilik ruang menuju ruangan lainnya, namun hasil yang ia dapat hanyalah nihil. 

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang