Beberapa tahun kemudian
Valdo dan Rizal libur kuliah ini sepakat berkumpul di rumah Amel, kakak perempuan Rizal di Jakarta. Sang puan masih perjalanan pulang dari kantornya. Mereka menunggu sembari main gim.
Setelah lulus SMA, rasanya tak heran bila Valdo ikut Rizal ke Jakarta untuk melepas penat kehidupan kampus di Jogja. Karena Rizal pun sering rumahnya di Jogja untuk sekedar menghibur diri, dua rumah itu memang mereka jadikan untuk istirahat karena semua keluh kesah kehidupan mereka pendam di kosan mereka. Iya, mereka, karena keduanya memilih untuk ngekos berdua, biar hemat dikit katanya.
"Rumah lo udah dicek, Val?" tanya Rizal. Valdo hanya mengangguk.
Tak lama pintu terbuka memunculkan sosok Amel yang mereka tunggu-tunggu.
"Udah daritadi datengnya?" tanya gadis yang kini merebahkan punggungnya di sofa. Sebelum menjawab, keduanya sontak meletakkan gawai di meja.
"Lumayan. Kak, noh di Rizal galau mulu di Jogja," adu Valdo.
"Diem lu jamet! Gimana gak galau, gue kangen banget sama pacar gue," kata Rizal.
Setelah perpisahan, memang tak ada komunikasi antara mereka, bahkan pada Valdo yang notabene sepupunya pun tidak. Semua akses komunikasi seolah tertutup dan mereka tak tahu bagaimana kabar Hazel juga Joshua di London.
"Mau nunggu sampai kapan, Yan? Move on, Dek. Apa perlu Kakak kenalin ke adiknya temen Kakak?" ujar sang kakak. Sialnya, ujaran itu didukung oleh Valdo, sahabat karibnya.
"Nunggu dia balik, Kak. Gue yakin kok dia jodoh gue." Lihatlah, teramat yakin sekali laki-laki ini. Amel sang kakak pun keheranan karenanya. Tak mau membahas lebih lanjut, ia membuka ponselnya, sedangkan Valdo ke dapur untuk mengambil camilan dan Rizal meninggalkannya ke kamar mandi.
Rizal pun kembali dengan tiga minuman kaleng di tangannya setelah Valdo tiba. Ketiganya saling melempar lelucon sebelum tawa itu tiba-tiba menguar entah kemana usai perkataan Amel membuat dua lelaki itu membuka sosial media.
"Piyan, tapi kata Kakak Hazel bukan jodoh kamu, deh. Liat aja ini trending di Twitter. Kalian buka, deh."
"Kak ... ini gak beneran, kan?" tanya Rizal yang kembali pupus harapan.
•••
Sedangkan di lain tempat
"Caramel, Papi say sorry, okay. Maaf kesannya memaksa kamu but-"
Ucapan Jackson terhenti karena Hazel mengangkat tangannya, lalu berucap, "Pi, its okay. Caramel gak apa-apa kok. Caramel yakin pasti Papi siapin yang terbaik untuk Caramel kan? Bahkan bukan cuma pendidikan Caramel bahkan masa depan Caramel juga."
Joshua yang semula ingin mengajak Hazel keluar, mengurungkan niatnya dan ia berhenti di tengah anak tangga memerhatikan pembicaraan antara dua anak adam itu. Dia penasaran, karena sejak beberapa waktu terakhir, Hazel kerap kali menghindarinya.
"Dengan adanya Caramel di sini. Caramel bisa bantu Papi untuk bawa bangkit lagi perusahaan Haiderand Group," kata Hazel.
Laki-laki yang sedari tadi diam pun mengerutkan keningnya, bingung. "Haiderand Group? Kenapa? Apa yang terjadi? Mengapa semua bungkam padahal dirinya adalah salah satu pewaris Haiderand Group," batin Joshua berperang.
"Thank you, Caramel. Thank you for helping Papi," kata Jackson lantas memeluk anaknya.
Joshua merasa tak ada lagi yang harus ia dengar, maka berbalik badan dan masuk ke kamar adalah pilihan yang tepat. Namun, baru dua anak tangga dirinya kembali dikejutkan dengan fakta yang keluar dari bibir seorang Hazelna.
"Urwell, Pi. Caramel terima perjodohan ini."
⸙ 27 Februari 2024 ⸙
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Sepupu Idaman
Novela JuvenilCover by Yena Graphic . ☬ re-upload from account he_febry ☬ . . Uwu-uwuan sama sepupu. Apa yang terpikirkan olehmu saat mendengar kalimat tersebut? Namun, jangan salah, kalimat itu nyata adanya dan terjadi pada gadis SMA bernama Hazelna dengan dua s...