28. Ujian Bikin Migrain

11 1 0
                                    

Puas dengan liburan kemarin, tak terasa hari ini semuanya berhadapan dengan berbagai ujian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puas dengan liburan kemarin, tak terasa hari ini semuanya berhadapan dengan berbagai ujian. Dimulai dari UTS, UAS, US (Ujian Sekolah), hingga seleksi masuk Perguruan Tinggi, entah itu SNMPTN, SBMPTN, bahkan Ujian Mandiri. Tak ketinggalan ujian yang selalu hadir, ujian hidup.

Hidup jauh dari orang tua terkadang membuat Hazel kesepian, bahkan tak jarang dia merasa kekurangan kasih sayang. Walaupun dia selalu terpenuhi terkait finansial bahkan tak kurang apapun dan sedikitpun.

Namun, yang diinginkan Hazel bukan hanya harta kedua orang tuanya, melainkan waktu keduanya. Entahlah, bahkan untuk sekedar membalas pesan yang Hazel kirim butuh waktu beberapa jam kemudian bahkan berhari-hari baru terbalaskan.

Terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, seringkali membuat baik Vanilla maupun Zayn seakan-seakan melupakan keberadaan anak semata wayangnya di Tanah Air.

"Zel?" Suara dari bibir pintu menginterupsi sekaligus menyadarkan Hazel dari lamunannya. Untung saja bingkai foto yang ia pegang tak jatuh berserakan di lantai. Diletakkan kembali pigura tersebut ke tempat di mana ia mengambilnya. Ketika Hazel berbalik, ia dapat menemukan kepala sepupunya yang mengintip dengan ekspresi menyebalkan.

"Ekspresi lo gak usah begitu, lo udah nyebelin, Val," cibirnya sembari mendekat.

"Ngeselin lo." Pintu kamar Hazel dibuka lebih lebar, cowok dengan seragam putih abunya masuk dan duduk di sofa. "Lo lama amat siap-siap doang," ejeknya sambil menyomot snack yang ada di rak snack milik Hazel.

"Lagian ini masih jam enam kurang, ngapain buru-buru," elaknya.

"Hazel, Valdo turun! Ayo, berangkat. Mau jam berapa kalian berangkat? Udah setengah tujuh sekarang. Gue itung sampai tiga gak ada yang turun, gue seret kalian, ya!" seru Joshua dari lantai bawah.

"Anjir, Val. Lo kenapa enggak bilang kalau ini udah siang, ah, elah." Cewek itu panik seketika. Sedangkan, Valdo hanya terkekeh kecil melihatnya. Tak ingin membuat dirinya dan Hazel terperangkap dalam hukuman akhirnya dia tarik lengan Hazel.

"Tas gue, Valdo!"

"Udah gue bawain, nih." Hazel hanya menggangguk paham dan pasrah menuruni anak tangga.

Tiba di lantai satu dan bertemu dengan Joshua, mereka terus mengayunkan tungkai melewatinya bahkan tanpa menoleh ke laki-laki yang menunggu mereka sejak lima belas menit lalu.

Dengan santainya mereka memasuki mobil Joshua yang memang disepakati untuk kendaraan menuju sekolah mereka.  Sedangkan, si empunya baru saja masuk ke bagian pengemudi. Heran karena suara di bangku belakang amat berisik, dia menoleh sebelum mobil ia lajukan.

"Ngapain lo berdua duduk di belakang? Emang gue supir kalian? Pindah!" tegasnya.

"Galak banget si Jo," protes Hazel. Tak ada jawaban dari sepupunya itu. Tak ingin Joshua bertambah kesal, Valdo memilih mengalah dan pindah ke bangku sebelah kemudi. Belum sempat dirinya memasang safety belt, Joshua sudah melajukan mobilnya dengan cepat.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang