3. Jangan Ganggu Dia!

147 17 1
                                    

Mata berwarna hazel tersebut mengerjap perlahan menyesuaikan dengan cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata berwarna hazel tersebut mengerjap perlahan menyesuaikan dengan cahaya. Tangan lentiknya memegangi kepala yang berdenyut. Bibirnya mengeluarkan ringisan, dibalas suara penuh khawatir.

"Zel? Syukurlah lo udah sadar. Nih, minum dulu." Perlahan-lahan diminum teh yang telah Joshua sediakan. Di ruangan ini, hanya ada Joshua dan Hazel saja sedangkan yang lainnya telah diutus untuk kembali ke kelas masing-masing oleh sang ketua OSIS.

Hazel tersenyum manis membuat Joshua mengernyit heran. Namun, tak urung laki-laki itu membalas senyuman Hazel tak kalah manis.

"Jo, mau ke kelas," pinta Hazel lemah.

"Oke, yuk! Nanti istirahat pertama sama Valdo, ya. Gue ada rapat," ujarnya yang diangguki Hazel.

"T-tapi gue malu kalau ke gedung Sosial," cicit gadis itu.

"Lo nunggu di kelas aja, nanti gue yang suruh Valdo ke kelas lo." Mendengarnya, Hazel senang bukan main. Itu artinya, selain menghabiskan waktu istirahat bersama Valdo, uang jajannya pun utuh.

•••

Lima menit terlewat, dari bel istirahat berbunyi hingga sekarang batang hidung Valdo belum juga muncul ke permukaan. Kemana perginya laki-laki itu? Baiklah, mengingat Valdo segera datang saat namanya dipanggil tiga kali, mari kita coba!

"Valdo, Valdo, Val--"

"Zel, sorry! Gue kira lo masih sakit makanya gue cari ke perpus, kok gue gak tau, sih? Kan kita beda gedung. Lagian, bukannya lo aminya si Luna Luki, ya? Si Luna aja nyawanya sembilan. Kenapa lo bisa pingsan coba?" cerocos Valdo setelah mendobrak pintu yang terbuka lebar. Sepertinya, sepupunya itu kekurangan obat, deh.

Tolong dong yang ready stok kesabaran untuk diberi ke Hazel. Gak kuat!

Perlahan, Hazel menghela napas. Manik mereka bertubrukan, terpaku pada bayangan diri sendiri di bola mata satu sama lain. Hazel bangkit dan sekuat tenaga ia jitak dahi laki-laki itu kesal. Valdo meringis, sedangkan pelakunya hanya menatap datar.

"Val, laper. Pengin seblak," pintanya kala melangkah di anak tangga yang mengarah ke lantai dasar kelas sepuluh MIPA.

"No! Kata si Joshua lo abis pingsan jadi gak boleh makan seblak, gimana kalo kita beli bakso beranak merconnya bang Dul?" tawarnya. Hazel mengangguk cepat, lidahnya merindukan makanan super pedas kali ini. Semoga saja sang ketua OSIS kesayangannya itu tidak memergoki kelakuan mereka.

Ketika kaki mereka tiba di kantin yang ramai, Valdo menarik pelan pergelangan tangan Hazel untuk dibawa ke meja paling pojok, dimana sudah ada teman-teman Valdo. Setelah Hazel duduk, laki-laki dengan segala ocehannya yang bikin orang darah tinggi itu memutar badan segera memesan makanan.

"Hai, Zel. Long time no see. Udah lama ya gak gabung sama kita-kita, gabungnya sama ketos sok berkuasa itu, sih. Kita kan kangen sama lo," kata salah satu teman Valdo yang sesungguhnya ia lupa siapa namanya, sambil berkata tangannya pun aktif mencolek dagu Hazel dikarenakan posisi gadis itu di kanannya.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang