"Assalamualaikum, Hazel pulang!" sapa Hazel dengan nada riang, tak ketinggalan dua pet cargo yang senantiasa ia bawa.
"Wa'alaikumussalam, wah kesayangan kita darimana, nih?" balas Valdo menggoda.
"Dari pet shop terus ke mal. Ah, iya, Val, tolong dong Luna sama Luki dibawa ke kamarnya, gue mau ambil hasil jalan-jalan," pintanya, dalam sekejap kucing tersebut raib dari pandangan.
"Non, ini ditaruh mana?" tanya Pak Surya.
"Eh? Aduh, maaf Pak, Hazel ngerepotin Bapak. Udah sini Hazel aja yang bawa Pak, Hazel jadi gak enak, nih." Sungguh tak enak rasanya, padahal bisa saja ia membawa belanjaan itu sendiri.
Joshua sendiri yang sedari tadi hanya memicingkan matanya terkesiap melihat raut wajah Hazel yang kesal, bagaimanapun kesalnya seorang Hazelna itu bisa tertutup rapat dengan ekspresi yang lain. Namun, tetap saja Joshua bisa menerkanya.
"Ndak papa, Non. Ya udah, Bapak mau ke depan lagi."
"Pak! Joshua mau bicara," panggilnya setelah Hazel beranjak dari tempat. Disusul Valdo yang kembali ke tempat semula. "Tadi Hazel ketemu siapa aja, Pak? Kayak lagi kesel tuh bocah."
"Anu, Den, kalau pas di mal ketemu temen-temennya tapi pas di pet shop ketemu sama Rei-rei gitu, Den. Bapak sekilas dengar ada kata balikan, gitu. Eh? Aduh, amit, loh, Den. Bapak kesannya malah ngadu."
"Gak apa kok, Pak. Ya udah, Bapak bisa lanjutin kerjaan Bapak. Makasih, ya, Pak."
Setelah Pak Surya meninggalkan tempat, Valdo dan Joshua melanjutkan perbincangan mereka yang tertunda karena kedatangan Hazel. Kepala Valdo sejenak mendongak menatap kamar Hazel yang tertutup rapat.
"Mantannya Hazel si Rei-rei itu anak Rigel bukan, Jo?" tanya Valdo tetapi kepalanya belum berubah posisi.
Joshua mengangguk walaupun Valdo tak melihat, ia yakin lelaki berkaus abu itu tahu. Netra tajamnya menatap ponsel sembari menjawab, "Mereka putus gara-gara Rei selingkuh, tapi Rei ngelak katanya gak selingkuh. Gak tau dah gue siapa yang bener."
Mereka bertatap sejenak saat indra pendengaran mereka menangkap suara isakan dari atas.
"Suara mbak kunti? Eh, suara Hazel, Bodoh!" Awalnya takut-takut akhirnya mereka bahkan terpontang-panting di tangga saking terburu-burunya.
Tangan Joshua yang terangkat diurungkan, lagi-lagi isakan Hazel yang menyayat hati tak sanggup menahan diri untuk tidak membuka pintu secara paksa yang ternyata tak dikunci.
"Hazelna! Lo ngapain sih nangis-nangis gak jelas di pojokan gini, hah?! Lo punya gue, lo punya Valdo buat diajak cerita. Lo kenapa? Cerita sama gue, lo kenapa?!" serunya panik. Bahu Hazel bergetar hebat akibat tangisan juga karena diguncang sang sepupu.
Hazel menghempaskan tangan Joshua yang bertengger dengan kasar. Tangannya terangkat agar mereka berdua jangan dulu ada yang mengeluarkan suara. Setelah agak tenang, ia menjelaskan, "Gue gak apa-apa, gu--"
"Gak apa-apa gimana, hah?! Lo nangis gini, suara lo sampai ke bawah," sela Valdo tak sabar. Sebagai balasan, pinggangnya jadi sasaran kekesalan Hazelna.
"Diem dulu! Gue gak apa-apa. Gue cuma baca novel, ceritanya sedih banget makanya gue nangis. Kalian pikir gue nangis gara-gara ketemu sama Rei, gitu?" Dua cowok yang masih melongo tak percaya sontak mengangguk kaku. "Bego kalau gitu, ogah banget gue ngeluarin air mata buat pengkhianat kayak dia. Udah ah, keluar kalian. Ganggu tau gak!"
Joshua mendengus kesal. Begitupun dengan Valdo yang sorot matanya memancarkan kekhawatiran di awal berubah sekejap menjadi datar. "Udahlah! Val, turun. Oh iya, kalau lo udah selesai baca novel sialan itu, langsung turun gue mau ngomong."
Gadis berambut cokelat tersebut melotot tak terima, hampir saja menghempaskan bantalnya ke arah mereka tetapi kalah cepat dengan dua cowok menyebalkan itu yang kini menghilang di balik pintu.
•••
"Mau ngomong apa?"
Mereka bertiga sudah duduk tenang di ruang tengah menatap televisi 21 inci, menampilkan sebuah kartun dua anak kembar.
"Gue dikasih tahu sama Bu Dinda kalau lo diskors. Bikin masalah apalagi? Gue udah capek ngurus lo yang gak pernah berubah. Zel, berubah! Ambil buku lo, kita belajar, gue yang ngajarin." perintah Joshua tak ingin terbantahkan.
"Joshua Atlantis anaknya uncle Leon, bukannya gue mau sombong tapi pernah gak lo liat nilai gue dibawah tujuh? Enggak 'kan? So, Bu Dinda minta gue berubah bukannya karena nilai gue anjlok tapi kelakuan gue yang emang agak minus," gerundel Hazel. Valdo yang sedari tadi hanya diam, kini mendengus. Emang ya, Hazel itu agak sombong apalagi ada yang bisa disombongin. Semakin menjadi-jadilah gadis itu.
Tak ada lagi yang merespons gumaman Hazel yang intinya kekesalan pada novel yang kini ia baca di ponselnya setelah tadi puas menggerutu mengenai Joshua. Beberapa menit terlewatkan tanpa suara.
"Oke gini, deh. Gue kasih lo waktu semingu buat berubah, kalau sampai seminggu itu lo gak ada perubahan jangan salahin gue ataupun Valdo kalau dua kucing kesayangan lo kita buang."
"Jangan bawa-bawa mereka! Gak ada sangkut pautnya, ya. Gak terima gue, serah lo ajalah, capek gue!" Setelahnya ia pergi, menuju kamar Luna dan Luki.
"Gue salah? Seharusnya kan gue yang kesel kok jadi dia, sih? The power of perempuan selalu benar!" dengusnya.
"Rasain! Tapi gue setuju, sih. Tuh anak emang bucinnya kucing itu. Ancamannya cuma kucing, tapi gue agak kasihan sih, mana masih muda." Sendu sekali suara Revaldo kala kalimat terakhirnya terucap, mana berhadiah sebuah geplakan dari belakang lagi oleh dia yang namanya dibahas. Lengkap sudah keapesannya.
Di belakangnya, sorot mata Hazel yang semula selalu teduh kini menjadi tajam. Masih mempertahankan mata tajamnya, dia berucap, "Gue gak setuju sama lo, Jo. Gue bakal berubah tapi nanti--"
"Kapan?"
"Kalau ingetlah! Ya kali sekarang, masih belum puas gue mah, dahlah." Tak ada lagi mata tajam, kini kembali ke sorot teduh. "Oh iya, Val. Gue pengin nasi padang, deh. Beliin dong, gue males banget mau keluar."
"Go food aja sih."
"Gak mau, kasihan abang ojolnya."
"Terus lo gak kasihan sama gue, gitu?" Hazel menggeleng menyebabkan lagi-lagi cowok itu mendengus. Namun, tak urung untuk memesankan makanan yang sepupu cantiknya itu inginkan melalui ponsel.
Beberapa menit kemudian, di depan rumah tepatnya di depan pagar terdengar klakson motor yang membuat ketiganya beranjak. Mereka pikir, klakson tersebut milik tukang ojek online yang mereka tunggu-tunggu. Namun, bukan. Dia adalah ....
"Zel, please, gue masih sayang banget sama lo. Please, balikan ya? Kita ulang semuanya dari awal lagi." Bisa menebak dia siapa? Yap! Dia adalah Rei alias Reihan alias mantan Hazelna.
"Astaghfirullah, dosa apa gue posisi laper gini disuguhin buaya gini." Netranya beralih ke Mas Bayu yang berjaga. "Mas Bay, tolong dong diusir, boleh kok. Oh iya, nanti kalau ada ojol panggil Valdo ya, Mas. Dia yang tanggung jawab." Tak ingin berlama-lama, Hazel dan dua sepupunya kembali masuk rumah berlantai dua tersebut.
⸙ 04 Januari 2022 ⸙
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Sepupu Idaman
Teen FictionCover by Yena Graphic . ☬ re-upload from account he_febry ☬ . . Uwu-uwuan sama sepupu. Apa yang terpikirkan olehmu saat mendengar kalimat tersebut? Namun, jangan salah, kalimat itu nyata adanya dan terjadi pada gadis SMA bernama Hazelna dengan dua s...