4. Petshop

146 13 6
                                    

Ketukan pintu kelas terdengar membuat penghuni sepawa atau hasil akronim dari sebelas mipa dua mengalihkan perhatian menuju pintu secara serempak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan pintu kelas terdengar membuat penghuni sepawa atau hasil akronim dari sebelas mipa dua mengalihkan perhatian menuju pintu secara serempak.

Salah seorang dari mereka beranjak, menghampiri orang tersebut dan tak lama menyembulkan kepalanya ke dalam.

"Hazel, Jeje sama Nabila bikin masalah apa lagi kalian?" tanyanya.

"Masalah? Gak ada kayaknya. Apaan, sih?" Rasa penasarannya melambung tinggi, akhirnya demi menuntaskan rasa itu ia menghampiri teman sekelasnya yang masih saja di ambang pintu.

"Kenapa manggil gue? Eh, lo kelas sepuluh, kan?" Gadis yang ia ketahui adik kelasnya itu mengangguk pelan dan dengan hati-hati menyampaikan informasi bahwa ia dan kedua temannya dipanggil oleh guru BK. Selesai urusannya, gadis itu berlalu setelah mendapat ucapan terima kasih dari sang primadona Altair.

"Masuk, yuk! Bikin masalah apalagi lo sama mereka?"

"Gak ada ya, Setan! Dahlah, ayo guys, kita ke BK," ajak Hazel pada dua temannya. Dengan santai mereka meninggalkan kelas yang ribut menuju ruangan yang ditakuti sebagian besar siswa Altair.

"Permisi, Bu. Ibu panggil kami?" Sesaat setelah mereka memasuki ruangan ber-AC dengan satu meja di tengah ruangan beserta dua kursi di seberangnya. Tak lupa satu sofa abu di sudut ruangan bercat putih ini, pertanyaan itu terlontar.

Ibu Dinda, selaku guru BK dengan kacamata yang bertengger mengangguk sambil mengarahkan dagunya ke kursi dihadapan. Mereka duduk setelah salah satunya mengambil kursi di pojok ruang.

Ibu Dinda menghela napas, kemudian mengeluarkan suara lembutnya. "Berapa kali Ibu ingatkan untuk berubah, Nak? Apa perlu Ibu panggil orang tua kalian supaya kalian berubah?"

"Enggak, Bu. Orang tua Hazel juga gak mau merepotkan diri untuk pulang ke Indonesia demi Hazel," sahut Hazel kelewat santai. Sedang, kedua sahabatnya hanya terdiam.

"Nah, kalau gitu berubah, ya? Ibu mohon." Sejenak berpikir, akhirnya ketiga gadis pujaan Altair itu menganggukkan kepalanya serentak. Ibu Dinda tersenyum lembut. "Kalau gitu, maaf, ya. Ibu harus skors kalian selama tiga hari. Waktu kalian diskors ini jangan untuk main-main tapi untuk merenung dan merubah diri, ya, Nak. Bisa?"

"Kami usahakan, Bu," jawab Nabila mewakilkan.

"Ya sudah. Setelah keluar dari ruangan Ibu kalian bisa langsung pulang dan kembali lagi sekolah hari jumat." Ketiganya pun keluar dari sana bersamaan dengan napas berat yang diembus berharap semua beban yang di pundak ikut lenyap.

•••

"Luna! Luki! Ami pulang, Sayang!" seru Hazel kala kakinya menapak di rumah.

"Loh, kok Non Hazel udah pulang? Diskors lagi?" tanya Bi Onik yang diangguki pelan sambil melangkah menuju kamar.

"Bi, anak-anak Hazel mana?" tanyanya setelah mengganti baju seragam menjadi baju kebangsaannya, kaos oversize dan hotpants setengah paha yang tenggelam di balik baju, tak lupa cepolan rambutnya. Kalau kata Valdo, ia lebih mirip dengan ART ketimbang anak pebisnis sukses.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang