17. Ice Cream

44 8 0
                                    

Suara senandung selawat nabi terdengar lirih dari belakang laki-laki berkaus oblong biru tua, di lehernya terdapat kalung panjang berliontin salib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara senandung selawat nabi terdengar lirih dari belakang laki-laki berkaus oblong biru tua, di lehernya terdapat kalung panjang berliontin salib. Biasanya kalung itu bersembunyi di balik baju tetapi sekarang dibiarkan menggantung bebas.

"Valdo ke mana?" tanya gadis yang berselawat tadi.

"Keluar. Lo mau?" Cewek itu menggeleng, menunjukkan lengannya yang basah bekas air wudu. "Perasaan meja di rumah ini gak cuma satu, Jo. Kenapa lo malah makan di tengah jalan gini, sih?"

"Dih, di pinggir, nih. Lagian enak aja gitu sambil liat pemandangan," jawabnya, masih sibuk menjilati es krim. Hazel terlihat mengangguk dan melenggang pergi. "Mau ke mana?"

"Siapa? Gue?" Laki-laki itu mengangguk. "Oh, mau solat duha. Kenapa?"

"Enggak apa-apa, sih. Tumben aja gitu," sahutnya santai. Ingin rasanya ia mendorong cowok ini dari balkon. Menyebalkan sekali. Baiklah, daripada mengurusi dia lebih baik dirinya menuju musala yang ada di rumah, lebih tepatnya di lantai satu, berhadapan dengan kamar kucingnya.

Joshua mengikuti tetapi tiba-tiba langkah Hazel berhenti dan berbalik. "Gue denger, lo beberapa minggu ini gak ke gereja. Lo bolos ke mana?"

Dia terkesiap, sepupunya mengetahui fakta yang ia tutup rapat. Darimana cewek itu tahu, sih? Dasar, ember bocor!

"Enggak, gue berangkat terus kok," elaknya mencoba santai.

"Cih, gak usah ngelak." Seakan sadar sesuatu, ia kembali memutar tubuh meninggalkan Joshua yang terdiam di ambang penasarannya.

•••

"Bener, kan?" tanya Hazel pada Joshua yang masih mematung di depan pintu. "Jujur aja, deh. Jangan ngelak. Gue juga gak pernah denger lo baca kitab ataupun suara lo waktu subuh. Jam-jam subuh seharusnya lo Saat teduh, kan?"

Joshua mengangguk ragu.

"Tuh, kan! Gue aduin ke uncle Alex mau lo?" ancamnya. Tentu saja Joshua kalang kabut mendengarnya. Jika saja daddy-nya itu tahu ia yang membolos ibadah, sudah dapat dipastikan uang jajan beserta fasilitas lainnya akan disita. Memang, keduanya terhalang jarak berkilo-kilo tapi jangan salah teruntuk masalah sita menyita seorang Alexander Dumas Haiderand itu tak perlu diragukan lagi.

"Jangan dong, Zel. Lagian lo denger kabar hoax itu darimana, dah? Padahal lo tau sendiri gue pagi-pagi berangkat ke gereja balik-balik siang, itu buat apa? Ya, buat ibadahlah!"

"Halah, ngapusi! Ibadah kagak bolos ibadah iya. Udahlah, lo mau di sini dengerin gue ngaji atau gimana? Tapi-"

"Gue di sini aja, janji enggak bakalan berisik kok!" Hazel memilih acuh, kembali menghadap kiblat dan mulai membaca Kalamullah. Usai membaca surah Al-Waqi'ah, ia kembali meletakkannya di tempat seharusnya. Melipat mukena dan sajadah pun ia lakukan. Ketika berbalik, ia menemukan sesosok tubuh manusia yang tergeletak menghalangi akses keluar masuk ruangan.

(Bukan) Sepupu IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang