Prolog

38 12 8
                                    

Dalam gelapnya malam yang menyelimuti desa kecil mereka, Athena, Luna, dan Aiden berdiri di puncak bukit, menatap horison yang terusir oleh bayangan yang mengancam. Di bawah cahaya remang-remang bulan, ketiga saudara itu bersiap untuk pertempuran yang akan menentukan nasib desa mereka.

"Tidak ada waktu untuk ragu," kata Athena dengan tegas, matanya bersinar dalam kegelapan. "Kita harus melawan."

Luna mengangguk, kekuatan air berputar di sekelilingnya, siap untuk diluncurkan. "Mereka tidak akan meruntuhkan kita dengan mudah. Kita akan mempertahankan desa ini!"

Aiden membidik panahnya, mempersiapkan diri untuk pertarungan yang tak terhindarkan. "Kita tidak akan mundur. Kita harus memperjuangkan setiap inci tanah ini!"

Tanpa aba-aba lebih lanjut, serangan musuh mulai terjadi. Makhluk-makhluk gelap muncul dari bayang-bayang, menyerbu desa dengan ganas. Athena, Luna, dan Aiden langsung bergerak, bertarung dengan penuh semangat dan keberanian.

Tapi musuh tidak mudah ditaklukkan. Pertarungan menjadi semakin sengit, dengan serangan bertubi-tubi yang terus menghujani mereka. Athena berjuang dengan pedangnya, Luna memanggil gelombang air yang menghantam musuh, sementara Aiden tetap bertahan dengan panahnya yang mematikan.

Namun, semakin mereka bertempur, semakin jelas bahwa musuh mereka tidak akan mundur begitu saja. Kegelapan melingkupi mereka, dan pertarungan berubah menjadi kisah yang penuh tekanan dan keputusasaan.

Dalam pertarungan yang semakin sengit itu, Athena, Luna, dan Aiden menyadari bahwa mereka harus bertahan dengan segala cara. "Apa rencanamu, Athena?" tanya Luna, suaranya terdengar tegang.

Athena menatap ke bawah, matanya penuh dengan ketegasan. "Kita harus bertahan di sini, mempertahankan posisi kita sampai akhir. Jangan biarkan mereka mendekat."

Aiden mengangguk setuju, memegang busurnya dengan tegang. "Kita tidak boleh memberikan celah apapun. Setiap serangan harus dihadapi dengan keberanian."

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan pembicaraan, suara langkah-langkah berat terdengar di antara kegelapan. Musuh sudah mendekat.

"Apa itu?" Luna bertanya, suaranya penuh dengan kekhawatiran.

"Ambil posisi masing-masing," perintah Athena, suaranya tegas namun penuh dengan kehati-hatian.

Tiba-tiba, makhluk-makhluk gelap muncul dari kegelapan, menyergap mereka dengan serangan yang ganas. Athena, Luna, dan Aiden melawan dengan penuh semangat, tetapi tekanan musuh terus bertambah.

"Dia terlalu kuat!" Luna berseru, suaranya hampir tertelan oleh kebisingan pertempuran.

"Athena, apa rencanamu?" tanya Aiden, matanya melirik saudara perempuannya dengan harapan.

Dengan ekspresi serius, Athena memandang ke arah musuh yang semakin dekat. "Kita tidak boleh menyerah. Jangan sampai Havenwood jatuh ke tangan mereka!"

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang