Bab 17 : Bidak yang Tersembunyi

32 26 0
                                    

Suasana di lapangan utama Questerra semakin intens ketika turnamen Poin Kolaboratif memasuki babak kedua.

Athena dan kelompok mahasiswa non-sihirnya masih berusaha mengumpulkan poin sebanyak mungkin.

Meskipun mereka berhasil melewati beberapa rintangan, nyatanya para mahasiswa sihir masih memiliki keunggulan yang sangat mencolok.

Kieran memperhatikan usaha Athena dan timnya dari kejauhan. Beberapa mahasiswa dari asramanya, Valravn, menatapnya heran.

"Kenapa kau membantu mereka?" tanya Eris, salah satu siswa yang ahli dalam Transfigurasi dan sering berlatih bersama Kieran. Ia menatap Kieran dengan dahi berkerut.

Kieran mendesah pelan, menatap Athena yang tengah memberikan instruksi kepada rekan-rekannya. "Turnamen ini tidak adil sejak awal. Eldrin dan Pierro sudah memanipulasi semuanya agar Athena gagal. Aku hanya ingin melihat apa yang bisa mereka lakukan jika mereka mendapat sedikit bantuan."

"Apa?" tanya seorang siswa lain, Calder, yang memiliki kemampuan Sihir Api. "Kau serius mau mendukung tim yang bahkan tidak bisa sihir? Kau tahu, mereka bukan tandingan kita."

"Athena adalah temanku," jawab Kieran. "Tapi ia juga harus membuktikan dirinya di Questerra."

Beberapa mahasiswa sihir dari berbagai asrama mulai bergerak mendekat. Mereka penasaran dengan keputusan Kieran.

Salah satu dari mereka, Vanya, seorang siswa dari asrama Aurelion yang jago dalam Ramuan dan Alkimia, berjalan mendekat.

"Kalau Kieran bilang begitu, aku akan ikut membantu," kata Vanya, lalu menoleh ke arah Athena dan rekan-rekannya. "Bagaimanapun juga, tidak ada yang akan mempersulit siswa yang benar-benar ingin berjuang. Kalau kita mempersulit mereka, bukankah sama saja kita mengaku kalah?"

"Benar," kata Arlo, seorang siswa dari asrama Venslar yang ahli dalam sihir pertahanan. "Jika mereka ingin mencapai tahap akhir, mereka harus mampu mengimbangi kita. Aku akan ikut mengawasi tantangan selanjutnya agar tidak ada jebakan dari Eldrin atau Pierro yang merugikan mereka."

Tanpa menunggu lebih lama, Kieran memimpin para mahasiswa sihir untuk mendekati Athena. Mereka semua memandangnya dengan berbagai ekspresi—heran, bingung, tetapi juga penasaran.

"Ada apa, Kieran?" Athena menatapnya dengan curiga.

"Aku mau kita selesaikan turnamen ini dengan adil," jawab Kieran dengan nada serius. "Aku akan berbicara secara netral. Kalian—mahasiswa non-sihir—tidak punya banyak kesempatan di sini karena peraturan Eldrin. Kami tahu itu. Kami akan berada di sini untuk membantu kalian."

Athena terkejut mendengar pernyataan itu. "Kenapa kau melakukan ini?"

Kieran mengangkat bahu. "Anggap saja aku bosan melihat Eldrin merusak nama baik akademi ini. Lagipula, aku lebih suka melihatmu menang dengan usaha sendiri daripada melalui bantuan murahan."

Di belakang Kieran, para mahasiswa sihir yang lain mulai mengangguk setuju. Eris, Calder, Vanya, dan Arlo—mereka semua sepakat untuk mengawasi tantangan dan rintangan yang ada, serta membantu tim Athena mengatasi jebakan-jebakan licik yang mungkin dipasang oleh Eldrin dan Pierro.

"Jika kami membantu mengatasi beberapa rintangan yang butuh sihir tingkat tinggi, kalian bisa fokus pada tantangan yang membutuhkan taktik dan kerja sama tim," ujar Eris, yang tiba-tiba menawarkan ide. "Seperti di medan energi tadi, kalian berhasil mencari solusi tanpa bantuan kami. Itu sudah poin kolaboratif tersendiri, kan?"

"Benar. Kita bisa melakukannya bersama-sama," lanjut Calder sambil tersenyum kecil. "Dan jangan salah paham, Athena. Kami bukan temanmu. Tapi kami tidak akan membiarkan Eldrin menang dengan cara kotor."

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang