Bab 18 : Mata Tersembunyi: Menyusun Potongan Rahasia Musuh

29 26 0
                                    

Setelah dua minggu penuh ketegangan dan kerja keras, tantangan kolaboratif di Questerra resmi berakhir.

Aula utama akademi dipenuhi oleh mahasiswa dari berbagai kelas, baik pengguna sihir maupun non-sihir, yang menunggu pengumuman akhir dengan hati berdebar.

Tepuk tangan meriah dan sorak-sorai mengiringi saat para petinggi akademi menyatakan kelompok Athena sebagai pemenang utama.

Kelompok yang dianggap tak mungkin berhasil ini justru keluar sebagai juara berkat kerja sama dan kegigihan mereka.

"Kita benar-benar menang, Athena!" Ophelia berseru dengan mata berbinar, memeluk Athena erat-erat.

Athena hanya bisa mengangguk, senyum lebar tersungging di wajahnya. "Aku bahkan belum bisa percaya kita melewati semua itu," katanya, mengingat setiap tantangan berat yang mereka hadapi. "Tanpa dukungan kalian, aku tidak mungkin bisa melakukannya."

Kieran, yang berdiri tidak jauh dari mereka, tersenyum tipis. "Kalian pantas mendapatkannya. Kolaborasi kita berhasil membawa kelompokmu sampai di sini."

Athena mengangguk sopan. "Aku menghargai bantuanmu, Kieran. Tanpa bantuan dari kalian, mahasiswa sihir, kita tak mungkin meraih poin sebanyak ini."

Namun, kegembiraan itu tidak dirasakan oleh semua pihak. Di sudut aula yang lebih gelap, Pierro berdiri menyilangkan tangan, ekspresinya tidak bisa menutupi kegelisahannya.

Dia melirik sekilas ke arah Corin, yang berdiri di sampingnya dengan wajah masam.

"Kita seharusnya tidak membiarkan mereka menang," gumam Corin pelan, suaranya dipenuhi kebencian. "Mereka harusnya gagal."

"Rencana kita tidak seharusnya berakhir begini," tambah Pierro, wajahnya tegang saat ia menoleh ke arah Eldrin, Ketua Dewan Etika yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Ini buruk, sangat buruk...."

Eldrin tampak tenang di permukaan, tapi rahangnya yang mengeras mengisyaratkan perasaan tidak puasnya.

Matanya yang dingin memantau setiap pergerakan Athena dan teman-temannya di tengah kerumunan yang merayakan kemenangan mereka.

"Tenang, Pierro," kata Eldrin dengan nada rendah tapi menusuk. "Mereka mungkin memenangkan tantangan ini, tapi itu tidak berarti apa-apa. Kita akan memastikan bahwa mereka tidak bisa meraih kemenangan berikutnya."

"Jadi, apa langkah selanjutnya?" Corin bertanya, tatapan matanya penuh kebencian pada Athena yang tengah berbincang dengan teman-temannya. "Kau tahu bahwa ada orang lain yang ingin melihat mereka jatuh, kan?"

Pierro menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. "Aku akan memastikan bahwa mereka tidak bisa menikmati kemenangan ini lebih lama lagi," bisiknya penuh tekad. "Tapi kita perlu berhati-hati."

Eldrin mengangguk perlahan, tatapannya tetap terpaku pada Athena. "Lakukan apa yang perlu kau lakukan, Pierro. Tapi ingat, jangan sampai kau mengungkap terlalu banyak pada orang lain."

Pierro memejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan pikiran. Ia tahu, bahwa ada lebih banyak hal yang dipertaruhkan dalam rencana ini.

Gagal kali ini berarti ia harus menghadapi konsekuensi besar yang tak hanya menyangkut dirinya sendiri, tapi juga keluarganya. Dan itu bukan sesuatu yang bisa ia pertaruhkan begitu saja.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan mereka, Elias berdiri di balkon atas aula, memantau pergerakan ketiganya dengan cermat.

Dengan sihir Silent Shade yang membungkus tubuhnya, ia tetap tak terlihat oleh siapa pun di sekitarnya.

Elias memperhatikan dengan seksama interaksi di antara Pierro, Corin, dan Eldrin, menahan diri agar tak langsung bergerak.

"Aku tahu ada yang tidak beres," gumam Elias pelan. "Ketiga orang ini berencana lebih dari sekadar menggagalkan Athena. Aku harus memberitahunya...."

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang