Bab 11 : Mencari Tempat di Antara Para Penyihir

31 26 0
                                    

Corin berjalan cepat melewati koridor-koridor panjang akademi, tangannya mengepal erat. Pikirannya penuh dengan kebencian dan ketidaksetujuan terhadap kehadiran Athena.

Gadis tanpa keahlian sihir itu, entah bagaimana, selalu berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Terlebih lagi, perhatian dari Kieran, seseorang yang ia anggap sebagai penyihir berbakat dan calon pemimpin masa depan akademi ini.

"Bagaimana mungkin seseorang tanpa sihir bisa ada di sini?" gumam Corin sambil meninju dinding batu di sebelahnya, suaranya teredam oleh gema di sepanjang lorong.

Ia tahu Akademi Questerra memang menerima siswa yang punya kemampuan unik, tapi menurutnya, Athena tidak punya sesuatu yang spesial.

Corin mengingat kejadian saat Athena dan Kieran berdiri bersama di tengah kerumunan. Cara mereka berbicara, tertawa, dan tersenyum. Setiap kali Kieran berbicara, Athena tampak sangat memperhatikan, seolah-olah kata-katanya adalah mantra yang memikat.

Dan Kieran? Tidak ada tanda sedikit pun bahwa pemuda itu merasa terganggu berada di dekat Athena.

"Dia bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya," desis Corin. "Jika Kieran terus bersikap seperti ini, dia akan terseret turun bersama gadis itu."

Tatapan Corin mengeras, rencananya mulai terbentuk dalam benaknya. Dia tidak akan membiarkan Athena mengacaukan segalanya. Dia akan membuat gadis itu mengerti bahwa tempatnya bukan di akademi ini—dan bahkan lebih penting lagi, jauh dari Kieran.

Dengan napas teratur, Corin berbelok ke arah pintu masuk gedung utama asrama, melewati beberapa mahasiswa yang menatapnya penasaran. Langkah kakinya membawa dia menuju ruangan yang jarang dikunjungi, ruangan yang tersembunyi di sayap timur bangunan.

Di dalam, seorang pemuda lain menunggu. Pemuda berwajah licik dengan senyum setengah tersungging di wajahnya.

"Ah, Corin. Aku sudah menunggumu," sapa pemuda itu, suaranya serak dan sedikit berbisik.

"Kita perlu bicara," ucap Corin dengan nada dingin, tak ingin membuang waktu. "Tentang Athena... dan Kieran."

Mata pemuda itu menyipit, ketertarikan langsung tergambar di wajahnya. "Ah, jadi kau ingin melakukan sesuatu terhadap gadis itu, ya? Apa yang ada dalam pikiranmu, Corin?"

Corin menatap pemuda itu dengan tatapan penuh determinasi. "Aku ingin menunjukkan pada Athena batasannya. Membuatnya menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa sebanding dengan para penyihir di sini. Dan jika itu juga berarti membuat Kieran membuka matanya, maka aku akan melakukannya."

Pemuda itu terkekeh, senyum liciknya semakin melebar. "Aku tahu beberapa cara untuk... 'membantu' seseorang melihat tempatnya. Mungkin sedikit permainan dengan ilusi atau ramuan yang bisa kita manfaatkan."

"Tidak perlu terlalu drastis," potong Corin. "Aku hanya ingin dia tahu betapa lemahnya dia di sini. Sesuatu yang cukup untuk mengguncang kepercayaan dirinya. Kita bisa mulai dengan mengujinya. Ujian yang tidak bisa dia selesaikan."

"Baiklah." Pemuda itu mengangkat bahu. "Kita bisa mengatur ujian kecil di Ruang Latihan. Tempat itu penuh dengan alat sihir yang bisa memberikan tantangan fisik dan mental. Jika dia tidak punya kemampuan sihir untuk melindungi diri, dia pasti akan gagal."

Corin tersenyum tipis, matanya berkilat dingin. "Bagus. Buat rencananya. Pastikan Kieran tidak ada di sekitar. Aku ingin melihat seberapa kuat dia benar-benar bisa bertahan."

"Pertunjukan yang menarik, kurasa," kata pemuda itu, senyum seraknya masih bertahan. "Aku akan mengatur segalanya."

Dengan hati yang lebih tenang, Corin meninggalkan ruangan itu, kepalanya terangkat tinggi. Tidak lama lagi, Athena akan belajar pelajaran yang berharga. Pelajaran tentang tempatnya yang sebenarnya di Akademi Questerra—jauh di bawah penyihir sejati seperti dirinya dan Kieran.

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang