Bab 19: Di Bawah Bayangan Abyss

3 0 0
                                    

Sementara itu, jauh di bawah reruntuhan Kota Kuno Aldorias, tersembunyi sebuah ruang yang dipenuhi kegelapan abadi.

Ruang Bawah Tanah Abyss adalah labirin magis yang hampir tak terjamah, dilindungi oleh mantra-mantra pelindung dan makhluk sihir penjaga yang hanya patuh pada satu perintah: mengamankan keberadaan Mork dari dunia luar.

Tersembunyi dari mata dunia, tempat ini memancarkan aura yang kuat dan menakutkan, seakan menjadi peringatan bagi siapa pun yang berani mendekat.

Di tengah ruangan utama yang luas, dinding-dinding batu hitam yang berukir dengan simbol kuno berkilauan redup, hanya diterangi oleh cahaya biru kehijauan dari obor-orbor magis.

Energi sihir terasa berdenyut di setiap sudut ruangan, seperti nadi dari tempat yang seakan hidup ini.

Sebuah singgasana besar dari batu obsidian yang dipenuhi retakan-retakan sihir menjadi pusat perhatian, dan di sanalah Mork berada.

Tubuh Mork terlihat besar dan menakutkan, namun ada tanda-tanda kelemahan yang kentara. Luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh menghiasi kulit hitam kebiruan miliknya.

Ia duduk di singgasana itu, dengan tangan kiri yang berlumuran energi gelap yang menari liar di sekitarnya, sementara tangan kanannya memegang tongkat sihir kuno dengan erat, seakan itu adalah satu-satunya hal yang menahan kekuatannya yang meluap-luap agar tidak meledak keluar.

Di hadapannya, Orb Interaksi Abyssal—artefak kuno yang digunakan Zareth untuk berkomunikasi—melayang, memancarkan cahaya ungu misterius. Zareth menatap Mork dari jarak jauh melalui orb tersebut, raut wajahnya serius, meski di bibir Mork tersungging senyuman yang penuh sinisme.

"Pierro..." Mork menggelengkan kepala perlahan, suara tawa samar keluar dari bibirnya. "Dia percaya begitu saja pada janji-janji kosong. Kekuasaan, kekuatan sihir, gelar—seolah-olah semua itu bisa ia dapatkan begitu saja."

Zareth, yang berdiri di hadapan orb di markasnya, tersenyum kecil menanggapi kata-kata Mork. "Benar sekali, Tuan. Pierro begitu ambisius dan serakah. Mudah sekali mengendalikan seseorang sepertinya. Bahkan aku tidak perlu banyak berusaha untuk membuatnya yakin bahwa ia akan mendapatkan kekuasaan yang ia impikan."

Tawa Mork semakin keras, bergema di seluruh ruangan batu besar itu. "Manusia memang makhluk paling bodoh, Zareth. Mereka selalu berpikir bahwa mereka bisa menguasai sesuatu yang tidak mereka pahami. Bahkan ketika sudah terjebak dalam tipu muslihat, mereka tetap mengejar ilusi itu, seolah tidak pernah belajar dari kesalahan."

"Pierro adalah salah satu contohnya," sambung Zareth dengan nada mengejek. "Dia begitu yakin akan mendapatkan setengah kekuasaan milikmu, padahal... kekuasaan yang kita miliki bukanlah sesuatu yang bisa dibagikan begitu saja. Apa yang ia tahu tentang kekuatan sejati?" Zareth menggeleng pelan, lalu menambahkan, "Seperti memberikan permata kepada seekor tikus."

Mork tertawa terbahak-bahak kali ini, tawa yang begitu mengerikan hingga kristal-kristal sihir di ruangan itu bergetar. "Dia terlalu sibuk mengejar angan-angan, tanpa menyadari bahwa aku bahkan tidak memandangnya lebih dari sekadar pion kecil yang bisa aku gerakkan sesuka hati. Dan lebih menyedihkan lagi, dia tidak tahu bahwa dia tidak lebih dari umpan."

"Umpan yang cukup berguna untuk sementara," Zareth menyeringai, mengangguk setuju. "Dia bisa mengalihkan perhatian Eldrin dan sekutunya, sementara kita menggerakkan rencana yang lebih besar di balik layar."

"Biarkan dia terus terperdaya, Zareth," ujar Mork, suaranya mulai melemah tapi penuh kekuatan. "Kita biarkan dia berpikir bahwa dia adalah sosok yang penting. Pada akhirnya, dia akan menghancurkan dirinya sendiri demi ambisinya."

"Dan saat itu terjadi," lanjut Zareth, "Aku akan berdiri di sisimu, Tuan, tanpa siapa pun yang bisa menghalangi kita."

Mork terdiam sejenak, memandang Zareth dengan tatapan tajam. "Ingat ini, Zareth. Tak peduli berapa banyak pion yang kita korbankan, atau seberapa besar kekacauan yang kita ciptakan... Aku hanya percaya pada satu hal: kekuatan. Siapa pun yang ingin mendekati kekuatanku, harus siap membayar harganya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang