Bab 12 : Rencana Para Penjaga Kegelapan

26 26 0
                                    

Di tempat yang jauh dari gemerlapnya Akademi Sihir Questerra, tersembunyi di antara pegunungan terjal dan hutan-hutan tua yang tak pernah dikunjungi manusia, sebuah benteng tua berdiri angkuh.

Dinding-dindingnya yang berlumut memantulkan cahaya bulan samar, seolah-olah bangunan itu memancarkan aura jahat yang mengintimidasi. Benteng ini sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, namun kini dihuni oleh kekuatan yang jauh lebih menakutkan.

Di dalam ruangan utama benteng, para anggota aliansi Mork berkumpul. Sebuah meja bundar besar berdiri di tengah ruangan, dengan peta dunia sihir terbuka di atasnya. Peta itu bergerak sendiri, menunjukkan letak Akademi Questerra, Felsite Cave, dan berbagai lokasi penting lainnya dengan cahaya merah menyala.

Sosok-sosok berjubah hitam duduk melingkar di sekitar meja, wajah mereka tertutup bayangan yang gelap. Hanya mata mereka yang berkilat-kilat, menatap peta dengan intensitas yang penuh kebencian dan rencana jahat.

Salah satu sosok itu, lebih tinggi dan lebih berwibawa dari yang lain, berdiri dan memandang ke arah peta. Ini adalah Zareth, tangan kanan Mork dan pemimpin aliansi yang ditugaskan untuk menjalankan rencana licik mereka.

"Waktunya hampir tiba," suara Zareth terdengar serak namun berwibawa, memecah keheningan di ruangan. "Alaric sudah lama berada di bawah pengawasan kita, dan Questerra sedang lengah. Mereka sibuk dengan para siswa dan masalah internal mereka, sementara kita bebas merencanakan langkah selanjutnya."

"Apa yang akan kita lakukan, Zareth?" tanya salah satu anggota aliansi dengan nada penuh ketegangan. "Dengan Alaric yang sudah berada dalam kendali kita, apa gunanya memfokuskan perhatian pada Athena?"

Zareth menyipitkan matanya, dan seulas senyuman dingin muncul di wajahnya yang tersembunyi di balik tudung jubah. "Athena mungkin tidak sekuat Alaric, tapi dia memiliki potensi yang sama. Dia adalah kunci kedua yang kita butuhkan untuk membuka portal ke Alam Kegelapan."

Para anggota lain saling bertukar pandang, bingung. "Tapi dia tidak memiliki kemampuan sihir—setidaknya, tidak seperti ayahnya," protes salah satu dari mereka. "Bagaimana mungkin dia bisa menjadi ancaman?"

Zareth tertawa kecil, suaranya menggaung di ruangan yang dingin. "Kalian meremehkan potensi seorang keturunan Alaric. Darah penyihir kuat itu mengalir dalam dirinya, bahkan jika dia tidak bisa menggunakannya dengan cara yang biasa. Athena telah menunjukkan tanda-tanda... kemampuan unik yang sangat jarang ditemukan."

"Lalu, apa yang kau perintahkan pada kami, Zareth?" Suara seorang wanita berjubah hitam yang duduk di ujung meja terdengar halus tapi mematikan. Dia adalah Zia, ahli strategi aliansi dan penyihir bayangan yang licik. "Akademi Questerra mungkin lengah, tapi mereka memiliki pertahanan yang kuat. Kita tidak bisa menyerang langsung tanpa membangkitkan amarah seluruh komunitas sihir."

Zareth menatap peta sejenak, lalu menggerakkan tangannya di atas gambar Akademi Questerra. Dengan gerakan halus, dia memunculkan gambar Athena yang melayang di atas peta, dikelilingi oleh aura cahaya merah yang berpendar samar.

"Kita tidak akan menyerang Questerra," kata Zareth perlahan, seolah menimbang setiap kata. "Kita akan menunggu. Kita akan memanfaatkan kekacauan di dalam akademi itu sendiri. Aku sudah mengirimkan pesan pada beberapa penyihir di dalam Questerra—orang-orang yang tidak puas dengan aturan dan hierarki di sana. Mereka akan menciptakan keretakan dari dalam."

Zia mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Pengkhianat di dalam Questerra? Tapi bagaimana jika mereka gagal?"

"Kalau begitu, kita akan memulai langkah kedua." Zareth mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya mengarah tajam ke arah gambar Athena. "Athena akan dijadikan target. Kita akan menculiknya, dan menggunakannya sebagai kunci kedua untuk membuka portal. Dengan begitu, kita bisa membangkitkan kekuatan Mork sepenuhnya."

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang