Bab 13: Bayang-Bayang Kekhawatiran

31 25 0
                                    

Sementara Athena menjalani hari-harinya di Akademi Questerra, suasana di rumah keluarga Elinor terasa lebih sunyi dan hening dari biasanya.

Rumah bergaya klasik yang dikelilingi taman hijau itu terasa agak sepi tanpa kehadiran Athena.

Namun, baik Nenek Elinor maupun Selene tahu bahwa Athena harus berada di sana, mengejar pengetahuan dan membuktikan dirinya.

Sore itu, Elinor duduk di beranda rumahnya, menatap taman belakang dengan pandangan menerawang.

Secangkir teh hangat tergeletak di meja di sebelahnya, namun ia belum menyentuhnya sejak beberapa waktu yang lalu.

Pikiran wanita tua itu berkelana jauh, ke tempat di mana cucu kesayangannya tengah berusaha keras bertahan di antara para penyihir berbakat.

Selene, yang baru saja selesai merapikan beberapa bunga di taman, berjalan mendekat dengan secangkir teh untuk dirinya sendiri.

Ia melihat ekspresi khawatir yang tampak jelas di wajah Elinor.

"Nenek, apa yang sedang Nenek pikirkan?" tanyanya lembut, meletakkan cangkirnya di atas meja.

Luna dan Aiden yang baru saja ingin menuju beranda rumah, menghentikan langkah mereka. Berusaha menguping percakapan antara ibunya dengan Nenek Elinor.

Elinor menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku sedang memikirkan Athena. Sejujurnya, aku tidak begitu yakin dengan keputusan kita menyekolahkannya di Questerra."

Selene mengerutkan kening, sedikit terkejut. "Nenek yang mendorong Athena untuk tetap di sana, kan? Karena kita tahu betapa inginnya dia belajar dan menemukan jati dirinya."

"Aku tahu," sahut Elinor cepat. "Tapi akhir-akhir ini, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Seperti... ada kekuatan yang bersembunyi di sana. Questerra memang akademi bergengsi, tapi aku merasakan kehadiran kegelapan yang mulai merasuk ke dalamnya. Aku khawatir Athena mungkin akan terjebak di dalamnya tanpa kita sadari."

Selene menatap ibunya, mencoba memahami lebih jauh apa yang sebenarnya mengganggu pikiran wanita tua itu. "Maksud Nenek, ada bahaya di Questerra?"

Elinor mengangguk, matanya kembali menerawang jauh. "Kau tahu tentang insiden beberapa tahun yang lalu, kan? Ada beberapa siswa yang hilang tanpa jejak di area akademi. Mereka bilang itu kecelakaan atau pelanggaran sihir yang tidak sengaja, tapi aku tidak pernah sepenuhnya percaya."

Selene merasa tenggorokannya mengering mendengar kata-kata ibunya.

Ia memang ingat insiden tersebut, namun hal itu sudah lama berlalu dan diklaim sebagai kecelakaan murni.

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa Elinor masih mengingatnya dengan detail seperti itu.

"Itu sudah bertahun-tahun yang lalu," Selene mencoba menenangkan. "Dan Athena bukan penyihir sembarangan. Dia punya ketahanan yang tidak dimiliki siswa lainnya. Jika memang ada kegelapan yang mulai merasuk ke Questerra, aku yakin Athena akan bisa menjaga dirinya."

Elinor tersenyum tipis, namun masih terlihat berat. "Aku tahu, Selene. Tapi masalahnya bukan hanya tentang apakah Athena bisa menjaga dirinya atau tidak. Ini tentang bahaya yang mungkin tak bisa ia lihat. Tentang rencana yang lebih besar dari sekadar persaingan antar siswa. Aku takut... Questerra menjadi lebih dari sekadar akademi."

"Maksudnya... lebih dari sekadar akademi?" Selene mengulang kata-kata itu dengan bingung. "Ini terdengar seolah-"

"Seolah aku terlalu khawatir?" Elinor memotong, nada suaranya lebih tegas. "Selene, kau mungkin tidak tahu semua hal yang terjadi di masa lalu. Questerra didirikan oleh sekelompok penyihir dengan tujuan mulia untuk mendidik generasi penerus. Tapi tahukah kau bahwa salah satu pendiri aslinya pernah terlibat dalam eksperimen sihir gelap?"

The Queen Of Natural MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang