Di bascame
Jimin benar benar tidak tenang. Dia terus memikirkan seokjin yang pingsan di pinggir jalan.
Sesekali dia terlihat melihat jam tangan nya, mengingat sudah larut malam membuat nya semakin khawatir kalau tidak ada yang akan menolong seokjin.
"Jim kau kenapa?" tanya yoongi yang melihat jimin terlihat gelisah.
"Gwaenchana, hanya saja aku harus pulang yoon sekarang" jimin melihat yoongi.
"Tidak papa kan aku pulang?" - jimin.
"Gwaenchana..,aku juga sebentar lagi pulang" sahut yoongi tanpa curiga.
Jimin mengangguk, setelah nya dia beranjak dari duduk nya
"Aku pulang ya yoon." pamit jimin dan yoongi mengangguk sebagai jawaban.
Setelah nya, dia pergi dari sana dengan santai, sementara yoongi masih santai sambil menghisap rokok di tangan nya.
.
.
.Jimin mengendarai motor nya ke tempat di mana seokjin pingsan, dia langsung turun dari motor nya saat melihat seokjin masih ada di sana.
"Seokjin" gumam jimin dan langsung turun dari motor nya. Setelah nya dengan buru buru dia menghampiri seokjin.
"Hei bangun!" kata jimin sambil mengguncang tubuh seokjin. "Astaga kenapa wajah nya sangat pucat?" lanjut jimin, dia terlihat panik saat melihat seokjin yang terlihat pasi.
Dengan buru buru jimin memposisikan seokjin ke punggung nya dan menggendong nya untuk dia bawa ke kosan nya.
.
.
.
.
Jimin membaringkan seokjin ke kasur nya, dengan buru buru dia mengompres seokjin yang tiba tiba saja demam."Sssst....euh....sa - sakit" rintih seokjin dalam tidur nya.
Jimin yang penasaran dengan perut seokjin, perlahan menarik kaos nya ke atas.
"Ya tuhan, apa yang terjadi pada nya?" kaget jimin saat melihat bekas jahitan di perut kiri seokjin.
"Apa ini sebab nya dia selalu tidak berdaya kalau di serang perut nya?" gumam jimin.
Karena penasaran jimin menekan sedikit kuat perut seokjin, tapi bukan di bekas jahitan nya.
"Akh.." seokjin langsung mengernyit dengan keringat yang membasahi kening nya.
Perlahan seokjin membuka mata nya dan tangan nya memegang tangan jimjn yang menekan perut nya.
"To - tolong ja - jangan di tekan." pinta seokjin dengan nafas tersengal.
"Mianhae" shaut jimin dan langsung menyingkirkan tangan nya.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" gumam jimin, dia terus melihat seokjin yang kembali menutup mata nya.
.
.
.
.07.00 kst.
Seokjin perlahan membuka mata nya, tangan nya langsung bergerak mengambil handuk basah di kening nya.
"Dimana ini?" gumam seokjin. Dia lengsung merubah posisi nya menjadi duduk.
"Eoh. Sudah bangun?" kata jimin yang baru masuk sambil membawa sarapan untuk seokjin.
"Kau teman nya yoongi kan?" tanya seokjin dan jimin mengangguk sebagai jawaban
"Wae?"- seokjin.
"Mwo?"- jimin.
"Kenapa kau menolong ku?"- seokjin.
"Entah lah, aku rasa sudah seharus nya aku menolong mu"- jimin.
"Gomawo"- kata seokjin dan jimin mengangguk sebagai jawaban.
"Boleh ku tanya sesuatu?"- jimin.
"Eum. Katakan saja!"- seokjin.
"Perut mu, apa yang terjadi? Semalam aku melihat bekas jahitan di perut mu"- jimin.
Seokjin menghela nafas, setelah nya dia melihat jimin dengan lekat.
"Bisa kau jaga rahasia?"- seokjin.
"Percayalah padaku! Aku akan menjaga rahasia mu"- jimin.
Seokjin mengangguk percaya, setelah nya dia menceritakan pada jimin yang terlihat penasaran.
"Perut ku pernah tertusuk besi, selain itu.. dulu perut ku juga di pukul dan di injak" seokjin menarik nafas panjang.
"Akibat luka tusukan itu, aku harus kehilangan salah satu ginjal ku" lanjut seokjin, dia tersenyum getir sambil memegang perut nya.
"Maksud mu?"- jimin.
"Aku..hanya mempunyai satu ginjal" sahut seokjin membuat jimin langsung mendelik kaget.
"Sa - satu ginjal?" ulang jimin terbata dan seokjin mengangguk dengan santai.
"Hei kau mau kemana?" bingung jimin saat seokjin turun dari ranjang.
"Pulang, aku harus sekolah" sahut seokjin.
"Aku antar ya?" tawar jimin, dia melihat seokjin menunggu jawaban
"Kenapa kau begitu baik padaku?" tanya seokjin penasaran.
"Aku...mau jadi teman mu, ng..boleh tidak?" sahut jimin sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Ah...nama ku jimin" jimin mengulurkan tangan nya ke seokjin.
Seokjin tersenyum kecil kemudian menjabat tangan jimin.
"Aku seokjin - kim seokjin" sahut seokjin dengan senyum kecil nya.
"Teman?" kata jimin sambil menekan tangan seokjin.
"Eoh. Teman" sahut seokjin seraya membalas tekanan tangan jimin, membuat jimin senang mendengar nya.
Setelah nya, mereka melepaskan tekanan tangan nya dengan tersenyum.
"Oh ya, jangan sampai yoongi tau kau berteman dengan ku nee"- seokjin.
"Wae?"- jimin.
"Aku hanya tidak mau, kau nanti bermasalah dengan nya"- seokjin.
"Kau seperti nya sangat mengenal yoongi? Apa kalian memang berteman dulu?"- jimin.
"Ng....seperti nya belum saat nya kau tau, tapi tolong jangan ikut campur saat yoongi melakukan sesuatu pada ku"- seokjin.
"Wae?" - jimin.
"Aku hanya tidak suka kalau ada yang ikut campur masalah ku" sahut seokjin dan jimin mengangguk mengerti.
"Baiklah, kita berteman di luar sekolah dan kita musuh di dalam sekolah. Itu kan maksud mu?"- jimin.
"Pintar" kekeh seokjin membuat jimin tertawa mendengar nya.
"Ya sudah kalau begitu, makan dulu! Setelah itu aku antar kau pulang" titah jimin dan seokjin mengangguk setuju.
Sesuai kata jimin, setelah selesai sarapan jimin mengantarkan seokjin pulang ke kosan nya dan itu membuat seokjin senang.
Ya. Seokjin senang karena dia mempunyai teman, dia berharap satu persatu teman yoongi bisa menjadi teman nya
Tapi yang sangat seokjin harapkan adalah yoongi. Sahabat lama nya yang sekarang membenci nya
Seokjin berharap, suatu saat nanti yoongi bisa kembali menjadi Sahabat nya lagi dan membalas dendam pada the kings bersama.
Masalah akhir semua tergantung takdir, apa kah dia harus bersama yoongi dan menjadi sahabat selamanya atau dia akan kalah dan mati dalam misi balas dendam
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY ✅
FanfictionPersahabatan yang hancur karena salah paham. Nggak usah baper, cuma cerita di luar nalar 😁