O2

120 18 2
                                    

"Pulang sama siapa?" Tanya Madya ke mereka bertiga. Aduh ini sebenarnya udah ketebak sih, tapi Madya nanya aja iseng. Males weh, jalan sendiri ke parkiran.

"Ama ayangie dong. Hihihi!" Jawab Rika sambil memasang ekspresi sok imut. Ingin rasanya Madya pukul pakai sapu yang ia pegang.

"Ya tuhan, jijik banget anjir. Bisa stop ngga sih?" Rika langsung melesat kabur meninggalkan Madya yang sudah berancang-ancang melemparkan sapu yang ia pakai untuk piket. Langsung disusul oleh Rio yang menyeret Galih

Besok itu Madya piket. Dikarenakan dia lagi mood aja, dan yang diajak piket tuh anak laki-laki yang datangnya kalau tidak lima menit sebelum bel pasti lima menit sesudah bel. Menyebalkan.

Mengapa absennya harus nomor teratas sih? Jadinya kan deretan makhluk astral, yang kehadirannya mengganggu ketentraman kelas dan guru.

Jadi dia inisiatif menahan mereka dengan ancaman ia akan menelepon orang tua mereka.

Tapi itu sebenarnya bukan ancaman yang ditakuti mereka sih. Yang paling ditakuti itu adalah tidak diberi contekan tugas matematika. Kok? Iya, gurunya itu seram banget soalnya, dan rumornya dia itu 'orang bisa'. Makanya anak laki-laki yang paling bandel pun jadi ikut buat tugas.

"Udah selesai ya Dya. Kita pulang dulu." Madya yang sedang menaruh sapu lidi itu mengangguk. Ia pun segera mengambil tasnya dan meninggalkan kelas.

___________________



"Hai cantik!"

Madya langsung menoleh dengan sinis sang pelaku. Ah, kenapa harus bertemu dengan orang tidak waras ini lagi.

Madya langsung meninggalkan Julian yang sedang duduk manis dijok motornya, sepertinya menunggu seseorang.

Dan sesuai dugaan Madya, ada anak perempuan yang menghampiri orang itu ketika ia sedang menstarter motornya. Mungkin pacarnya.

Madya langsung mengernyit, ada ya yang mau sama spesies hewan yang nyaris punah macam Julian. Madya langsung menggelengkan kepalanya. Jangan bayangkan hal-hal aneh Madya, nanti kamu kena karma.

Ia langsung melesat meninggalkan parkiran sekolah yang sangat sepi tersebut. Okay, kasur yang empuk, I'm comin'!

___________________

Oh, Shit!

Hari ini bukan hari keberuntungannya. Kenapa Jovanka harus muncul sih? Di depan rumah menyapu halaman, dan ditonton oleh sang Mama tercinta.

Sekarang pasti dia akan dibandingkan lagi. Padahal, Madya itu lumayan rajin. Ia sering membantu ibunya memasak, bahkan kadang dia yang memasak. Dia benci bersih-bersih, tapi dia tetap berusaha membersihkan rumah padahal.

Tapi tetap saja, anak tetangga is  better than anak sendiri.

Ia langsung merebahkan diri di sofa. Mari kita hadapi Omelan mamanya yang tercinta~

"Lihat tuh, Jovanka. Udah pintar, cantik, rajin lagi. Coba mama punya anak kayak Jovanka."

Nah kan, udah mulai.

"Terus dia penurut, ngambil jurusan IPA. Ngga kayak kamu, ngambil jurusan apa sih? Ngga bakalan bisa kemana-mana. Padahal mama tuh ya udah berharap, habis lulus SMA itu ngambil farmasi. Biar kayak Anjani."

Anonymous✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang