Madya yang sedang asyik mengunyah pisang coklat yang limited edition alias dijualnya dikit banget dikantin langsung menolehkan kepalanya, terkejut. Lantaran kakak-kakak kelasnya tidak ada angin tidak ada hujan malah masuk ke kelas dan mendobrak meja.
Pasti main labrak-labrakan.
Asyik!
Madya langsung menggelengkan kepalanya. Jangan perlihatkan jiwa anak IBB mu. Kamu harus anggun dan diam. Kecuali keadaan yang memang diharuskan diberi nasehat ala-ala Naruto kepada sang musuh agar tobat.
Tahan dulu.
Btw, IBB itu bukan ilmu bahasa dan budaya disini konteksnya, tapi ilmu bicara bacot. Julukan lain dari anak bahasa.
"Ganggu banget anjing. Ini perlu gue pukul ga?" Tanya Rika yang baru masuk ke kelas. Oh jangan lupakan, Rika itu pemegang sabuk hitam karate. Hati-hati aja.
"Sabar dulu, kita tunggu 3 menit, kalo tiga menit mereka belum keluar kita usir, kalo perlu siram air." Sahut Madya. Iya, kalo ada perkelahian memang air adalah solusi bukan?
"Sempat-sempatnya ngelawak. Ini si Deva ilang anjrit, ketua kelas asu. Lo ambil alih deh Dya." Sontak kepala Madya langsung menoleh ke arah Rio. Tidak terima.
"Loh? Gue? Jabatan gue itu cuma sekretaris yang dizalimi, jangan menambah beban lagi!"
"Lo sekretaris yang menjabat semua posisi, jangan pernah mengeluh sobat."
Mata Madya langsung memutar lelah. Perkataan Lily memanglah benar, dia merangkap semua posisi rasanya. Buat denah kelas? Dia. Kadang-kadang bantuin narik iuran kelas, bantu guru bawa buku juga dia.
Sekarang pekerjaan seperti ini juga dia yang ambil alih begitu? Dih!
Bayar dulu dong!
Dikira ga lelah apa, dimarahin guru gara-gara absen kelas terus diubah-ubah lantaran datengnya telat, dengan seenaknya ngambil Tipe-X hapus huruf A?
Disuruh ganti, pada ga mau. Beneran mau dicongkel matanya satu-satu.
"Lo tanganin dulu lah bentar, sumpah, ganggu banget njing. Gue mau baca. Lo sama Rika maju sana!"
"Why me? Meskipun gue suka banget mukulin kepala orang, tapi gue males anjir ngadepin manusia-manusia salah didikan kayak gitu, meskipun passion gue itu berdebat. Cukup tiap hari Lo repotin gue dengan posisi all-rounder dan sekretaris multitalenta. Not now."
Rio dan Lily memang diam, tapi suasana kelas makin riuh. Benar-benar ingin dia tendang satu-satu kepala mereka. Pusing!
Oke, mereka udah kelewat batas. Masa isi jambak-jambakan gitu sih? Ini orang tuanya punya anak tujuannya untuk melanjutkan keturunan kan? Bukan mau buat persekutuan para preman?
Madya langsung menyerahkan hapenya ke Lily dan menyuruhnya untuk merekam. Jaga-jaga, takutnya dia dikambinghitamkan oleh mereka, dan langsung menarik pengawal setianya, Rika tentu saja ketempat TKP.
"Permisi, mohon maaf kakak-kakak. Jika kalian bertengkar diluar kelas, kami tidak akan peduli, mungkin kami bakalan jadikan ajang pertaruhan, tapi ini dikelas. Masih ada anak-anak kelas ini yang jelas terganggu dan kelas ini bakalan disoroti oleh anak kelas lainnya, dan mungkin guru. Jadi dengan sangat hormat agar kalian segera menghentikan hal-hal tidak berguna seperti ini. Apalagi umur kalian itu lebih tua dari kami, sangat menjijikkan jika yang tertua malah mencontohkan hal tidak baik. " Jelas Madya setelah ia memukul Sapu Lidi yang bergagang itu sampai patah ke meja.
Catat itu, sampai patah.
Madya melihat ketua gengnya--sepertinya begitu berteriak dan hendak memukulnya. Sebelum Rika menghadang sih.
"Santai kak, yang anggun dong. Mainnya kasar Mulu ah. Mana mau cowok pacaran sama cewek bar-bar kayak gini." Ujarnya sambil menepis tangan kakak kelas itu.
"Sekarang pilihannya gini, duduk kalian disini, ceritakan kronologisnya terus biar Bu hakim yang menilai. Atau pergi ke kelas kalian, kelahinya ditunda, atau, ini pilihan terbaik, berkelahi disini, anak-anak disini jadi suporter, terus Ibu hakim lapor ke Guru BK biar masuk BK, lumayan kan ngadem gitu, ac-nya hidup, terus ada Sofanya disana. Walaupun sempit sih." Jelas Rika yang mendapat delikan dari Madya.
Iya, Ibu hakim yang dimaksud disini tentu saja Madya. Selalu Madya yang terzalimi. Kapan gitu ganti orang, Galih kek atau Lily. Lebih cocok untuk terbuli.
Semua kakak kelas itu langsung meninggalkan kelas. Madya langsung bernafas lega, capek banget astaga, mau bunuh orang rasanya.
Mata Madya tak sengaja melihat beberapa siswa lainnya yang bergerombol dijendela. Memang ya, pertengkaran selalu jadi bahan yang nikmat buat ditonton.
Madya langsung menendang mejanya Rika dan berteriak bubar yang langsung mendapat protes dari anak kelas lain. Harusnya dia yang protes hey! Dasar manusia tak beradab.
"Inget ganti rugi sapu. Udah tiga kali Lo yang patahin."
Madya mendengus. "Ya!"
"Barbar bener."
Madya langsung mendelik ke arah suara. Ada Julian dan Malini disampingnya. Ekspresinya sekarang berbeda dengan kemarin, sekarang lebih ke, Ummm, ketakutan?
"Ya terus anjir? Keren gitu Lo bilang gitu ke gue?"
Rika, Lily, Rio, dan Galih langsung tertawa terbahak-bahak. Iya, mereka nomor satu kalau menertawakan korban Madya.
Julian hanya meringis. "Santai boss. Galak bener."
Madya langsung mendatangi Julian, menodongkan sapu yang ia patahkan tadi kearah Julian.
"Ga mau ngeladenin orang aneh hari ini. Pergi, atau sapu ini melayang tepat dipunggung Lo!"
Mereka yang menyaksikan langsung bergidik. Masalahnya, gagang sapunya itu berukuran segenggam tangan Madya. Pasti sakit tuh.
"Gue mau pinjam LKSNYA Rika bentar, jangan macam-macam."
Madya langsung merotasi kedua bola matanya. Ia menurunkan tangannya, dan beranjak duduk dimejanya. Menatap Kearah Julian yang sibuk meminjamkan LKSnya lalu meninggalkan kelasnya.
"Sabar." Kata Rika sambil mengelus punggung Madya.
______________________________
🌙
@moonshineBoleh curhat ga nih?
Humm?
Tumben?Gue ketemu dia tadi.
Dia galak banget anjir.
Tapi emang situasinya kayak gitu
Dan gue yang salah sih,
Kayaknya gue salah ngomong gitu ke dia.
Gue mau minta maaf.
Tapi ga berani.Ya minta maaf.
Cowok itu tambah keren kalo mengakui kesalahannya.
Trust me!
Dan masak pengecut gitu ah, cowok idaman itu ngga pengecut!
Apalagi punya niat baik kayak minta maaf!Tapi takutnya diserobot dengan marah gitu.
Padahal gue pengen banget temenan sama dia.
Ini gimana...Bayik banget ish
Sini, come to mommy.
Aih, My big baby.Diam.
Gue bukan bayik.
Gue udah gede!OwO my big baby😍
Mau susu gak?
Mommy buatin yah.Balik kepermasalahan plis.
Gue butuh solusi.Lo mau stop gue panggil bayi ngga?
Ya makanya minta maaf.
Hal kayak gini tuh ga perlu ditanyain ke orang lain.
Punya nurani kan ya? Itu aja Pake.
Jangan pikirkan hasilnya dulu, pikirkan usahanya dulu.
Kata orang hasil tidak menghianati usaha loh.
Semangat!________________________________
Hehe, selamat pagi semua.
Iya, kalau hujan, jam enam sore pun tetap rasanya jam enam pagi!Anyway, vote!
Maaciiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous✔️
Fanfiction[Jooyeon x Maya] Daftar Perintah /Find untuk cari partner /exit untuk keluar Madya yang sulit bergaul dengan orang lain, dan sekarang teman-temannya malah sibuk dengan pacar mereka, menjadi terpengaruh untuk menggunakan bot Anonymous yang ia temuka...