O14

48 13 0
                                    

Jam 2:12.

Sial.

Madya benar-benar tidak bisa tidur sekarang. Dia habis menamatkan novel yang dibelinya bersama tetangga merangkap keponakannya, siapa lagi kalau bukan Aleta Senja Arayyan. Kalau bersama Jovanka kan tidak mungkin, kasta mereka timpang.

Iya, Jovanka setara dengan langit dan dia itu bumi.

Menurut orang loh ya, bukan menurut dia. Dia sih menganut paham semua orang sama dimata Tuhan.

Ia menuruni tangga menuju dapur, berniat mencari sesuatu untuk dimakan. Laparnya semakin menjadi-jadi, soalnya sudah ia tahan sejak jam berapa? Seingatnya jam 12.

Persetan dengan pantangan makan larut malam agar tidak gendut. Dia bahkan sekarang membutuhkan konsep tersebut. Tangannya sekarang sudah benar-benar hanya terdiri dari tulang dan kulit. Padahal dia tidak pernah kekurangan makanan.

Madya mengambil mie kuah yang ditaruh dirak bawah. Tidak ada mama benar-benar membuatnya bebas. Bahkan dia jungkir balik juga tidak apa-apa. Tidak ada yang memarahinya.

"Ngapain?"

Madya langsung menengok kebelakang dan memegang dadanya. Terkejut akan atensi makhluk astral yang sialnya adalah kakaknya sendiri.
"Ngapain turun?" Bukannya menjawab pertanyaan kakaknya, Madya malah memberinya pertanyaan.

"Tadi kakak nyetok kopi, buat begadang ngerjain tugas. Mau gak?" Tanyanya dengan nada mengejek. Tentu saja langsung dapat getokan gratis dari Madya dengan panci bergagang yang ia ambil dari tempatnya.

"Lo berambisi banget ya biar jadi anak tunggal?" Tanya Madya sambil mengambil air untuk memasak mie.

"Lah, Lo sekarang masak mie? Katanya mie juga ga boleh lho sama orang maag."

Madya hanya mendelik mengabaikan kakaknya yang kini sedang membuka kulkas. Ia langsung menghidupkan kompor dan menyalakannya.

"Ada telur ga sih disana?" Tanyanya ke Kakaknya yang sekarang masih berkutat didepan kulkas.

"Ngga ada, mampus makan mie ga isi telur."

Madya langsung menggetok kepala Bindu dengan spatula. Ia langsung menarik kakaknya agar tidak menghalangi kulkas dan mulai memeriksa sendiri isi kulkas.

"Emang ga ada, ga percayaan banget sih?"

"Gue punya trust issue sama lo. Coba jadi kakak yang baik, kan gue jadinya ga kayak gini."

"Halah, pas gue lagi serius juga lo gasuka, dibilang ga seru lah. Sebenarnya keinginan anda itu apa tuan putri? Jangan buat prajurit rendahan seperti saya ini merasa ragu."

"Gue kasih tahu kak Ryan bagus nih, lumayan buat bahan olok-olokan."

"Ga usah macam-macam, dia jahil. Gue males."

Madya langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka berdua itu, menurut Madya pasangan terbaik, marah-marah sama overdramatik boyfriend terus bar-bar dan jahil girlfriend.

"Dah minggir dulu. Ini mienya kalau nyiram muka gantengnya Bindu yang terkenal ganteng seantero kompleks ini, kan gajadi diminati sama anak gadis sama Ibu-ibu kompleks ini." Katanya sambil membawa nampan berisi mie kuahnya yang masih panas.
"Dek, minta ya."

"Buat sendirilah anjir! Masih jaman ya minta-minta?" Ketus Madya sambil memfoto mienya, hendak dia jadikan story di WA-nya. Mumpung larut malam bukan? Bahkan sekarang sudah digolongkan pagi hari, siapa yang akan mengomentari story WA-nya sekarang?

Kakaknya hanya berdecak, lalu sibuk berkutat dengan panci, kompor, dan mienya sambil berteriak pelan, mengatakan Madya membawa pengaruh buruk.

Dia yang kepengen, yang disalahi orang lain.

Anonymous✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang