O1

183 23 8
                                    

"Jadi, mau curhat apa kemarin?"

Madya menoleh, ia menatap Rio yang sudah ada disampingnya. Mereka sekarang berjalan menuju kelas mereka masing-masing.

"Ga jadi Rio, keduluan males."

Rio menyatukan kedua alisnya, heran. Apa yang bikin males sih? Mungkin itu yang sedang ia pikirkan.

"Males karena apa?"

"Karena kalian lah, belum gue selesai ngetik, lah langsung diserobot sama si Lily. Kesel nggak sih?" 

"Lah, tinggal diketik aja boss."

"Itu masalahnya Hanindya Orion! Kalau gue ketik bakalan lewat gitu aja! Gabakalan kebaca." Maya langsung mempercepat jalannya. Meninggalkan Rio yang masih berusaha mengejarnya.

"Sorry sorry, nanti kalau curhat gue bakalan berusaha baca." Jawabnya sambil terkekeh. Ia masih berusaha mengimbangi langkah kaki dari Madya.

Madya menghentikan langkahnya dan berbalik. Ia  menatap Rio dengan kesal dan  merotasi matanya. Ia kembali berjalan menjauhi Rio.

Sudah berapa kali dia meminta maaf seperti itu? Nanti akhirnya juga bakalan diabaikan terus menerus. Mereka benar-benar temannya bukan sih? Kenapa ia selalu diabaikan? Apakah lawan jenis yang tidak jelas itu lebih penting daripada dirinya yang sudah mereka kenal dari kecil?

Madya langsung memasuki kelas. Menaruh tasnya dikolong meja dan menatap kelas yang masih sepi.

Tentu saja masih sepi.

Siapa yang datang di jam 06.00? 

Itu terlalu pagi! Para burung pun pasti enggan meninggalkan sarangnya. Embun saja masih terlihat di dedaunan.
Tentu saja Madya yang datangnya selalu pagi hari. Disusul Rio yang hendak mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan dirumah.

Tenang, ia tidak pernah mencontek tugas Madya. Apalagi situasi seperti sekarang, Madya bisa-bisa mengamuk seharian.

Madya langsung mendudukkan dirinya di kursi ketika sudah sampai. Ia mengambil hapenya dan langsung melihat-lihat notifikasi yang masuk ke akunnya. Meskipun akhirnya ia hanya berakhir membuka Twitter, dan menscroll timeline.

"Apasih serunya Twitter?"

Madya langsung mendongak kekanan atas, menatap Rika yang sudah ada disampingnya.

Madya tentu saja langsung melengos. Mengabaikan Rika yang sudah duduk disampingnya. Mereka memang duduk sebangku. Diurutan nomor 2 dekat jendela, yang mana Rio dan Lily duduk didepan mereka.

Madya masih mengabaikan Rika, namun masih terdengar ditelinga Madya, bagaimana Rika kebingungan dan bertanya ke Rio yang duduk didepannya yang hanya disahuti dengan kata 'berisik!'.

Rika mengeluarkan buku-bukunya, dan langsung melesat ke arah Rio dan mencontek tugas Rio.

Sekarang ia benar-benar sendirian. Ia jadi terpikirkan mau iseng menggunakan anonymous chat itu. Mungkin nanti dia akan coba. Sekarang dia sangat ingin melanjutkan membaca novel yang ia pinjam dari Aleta semalam, jadi dia harus fokus.

Madya langsung mengeluarkan buku novel yang ia taruh ditasnya. Membuka halaman yang ia isi pembatas buku, dan mulai tenggelam dalam novel yang ia baca semalam.

_______________

"Kalau kita ada salah, kita minta maaf deh bunda ratu. Kita berjanji tidak akan mengulangi lagi. Kita bakalan ngelakuin apa aja sesuai perintah yang mulia. Tolong beri hamba contekan tugas matematika."

Anonymous✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang