O12

47 14 1
                                    

"Aduhh, astagaa. Temenmu itu lhoo Kaa. Kenapa dia ngga nanya Elea atau siapa gitu kek?" Rika hanya menggerakkan bahunya malas. Madya otomatis langsung melengos meninggalkan kelas.

"Kejar gih, gue mager." Kata Rio sambil mendorong Rika dan Galih secara bersamaan. Mereka berdua langsung lari mengejar Madya yang sudah cukup jauh dari kelas, meskipun Galih baru datang dan bingung apa yang terjadi. 

"Santai dulu ah, Antropologi jam terakhir. Si Ijul bertanggung jawab kok, walaupun anaknya lagi galau sekarang." Teriak Rika sambil berusaha menyamakan langkah dari Madya yang berjalan dengan cepat.

"Kenapa emangnya?" Tanya Galih yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Lah, orang baru datang dari kelas Mai tiba-tiba disuruh ngejar titisan Ratu Shima, ya bingunglah jelas.

"Noh, bro Lo, salah ambil buku LKS. Masa dia ambil punya gue? Dia kan minjam punya Rika."

"Yaampun, kirain apa anjir. Tunggu jam istirahat dulu lah, ntar kita datengin kelasnya." Saran Galih yang disetujui oleh Rika.

Madya menghela nafasnya dan terpaksa menyetujui usulan Galih. Rika langsung menarik tangannya Madya agar berbalik ke kelas, menyusul Galih yang sudah berjalan terlebih dahulu, meninggalkan mereka berdua.

____________________________


"Permisi."

Semua anak kelas IBB 2 langsung menengok ke arah suara, dipintu depan sudah ada Madya, Rika, Lily, dan Rio. Tentu saja suara itu berasal dari suaranya Madya, orang dia yang berkepentingan.

"Eh, iya Kak Rian, ada kepentingan apa ya?" Tanya seorang anak laki-laki yang duduk didepan, kalau tidak salah namanya Juna, Madya tahu gara-gara anak itu OSIS.

Sementara Lily, Rio, dan Rika itu sudah tertawa cekikikan melihat ekspresi masam Madya yang habis dipanggil demikian.

"Hai, Juna kan? Lo salah manggil nama orang ya. Ini Madya, kelas sebelah. Bukan Kak Rianna, kalo yang itu mah kakak iparnya Madya." Jawab Rio sambil menahan tawanya.  Madya hanya kembali menghela nafasnya, sudah malas sekali ia membahas hal-hal seperti sekarang, yang paling penting itu LKSnya.

Anak itu langsung menggaruk tengkuknya yang Madya ketahui pasti tidak gatal. Dia kayaknya malu sama ragu gitu.

"Ni kelas sepi amat anjir, mentang-mentang jam istirahat, semuanya kesurupan reog buat ke kantin." Belum aja diizin sama penunggu kelas, Rio langsung aja nyelonong masuk.

Ngga ada adab emang.

Lalu disusul oleh Rika dan Lily yang langsung masuk ke kelas ini dan berkeliling. Matanya juga ikut menilai kelas ini, ga sopan banget, tapi itu Lily dan Rika, sudah terlalu bebal buat ia beri nasehat tentang hal seperti ini.

"Mungkin lo gakenal kita, soalnya bukan orang terkenal sih jelas." Bohong banget, si Rika mah seluruh penjuru sekolah tahu. Dari siswa, guru, TU, tukang kebun, satpam, ibu kantin, kucing sama anjing yang seliweran disekitar sekolah, sampai noni-noni Belanda penunggu sekolah ini tahu dia.

Yang terakhir horor sih, tapi benar lho ya, ini kemarin ada yang kerasukan, pas mereka berempat ke TKP, yang kesurupan malah meluk Rika sambil berbicara seakan-akan akrab gitu.

Ga perlu dibahas, hehe.

"Rika kan ya? Sering kesini juga pas istirahat kedua?" Rika langsung menjentikkan jarinya, membenarkan pernyataan Juna.

Anonymous✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang