O19

42 12 0
                                    

Habis vaksin, sekarang lapar banget, #tmi.

Eniwei vote!

________________

"Gila! Panas bangett!" Teriak Lily sambil melepaskan topinya.

Hari ini setelah upacara bendera, biasanya ada waktu sisa yang digunakan untuk beristirahat. Setelah itu akan diadakan kelas literasi, dimana siswa akan menjelaskan isi bacaan yang mereka baca (biasanya buku fiksi seperti novel dan komik) yang diawasi oleh guru. Setelah itu bacaan akan ditulis dibuku dan ditandatangani oleh guru pengawas.

Hal yang paling dibenci oleh Rika tapi paling disukai oleh Madya.

Sekarang saja dia sedang mengecek buku khusus literasinya, membaca dan mengkoreksi jika ada salah tulis. Sedangkan Rika sedang berteriak kesal, karena gilirannya hari ini untuk bercerita.

"Berisik Ka! Lo pelajari apa yang Lo baca, bukan malah teriak-teriak ga jelas!" Ketus Madya. Bagaimana dia tidak kesal, Rika berteriak-teriak tepat disampingnya. Bukannya dia fokus malah terganggu.

"Masalahnya Dya, udah gue hapalin dari kemarin, tapi tetap aja ga ada yang masuk ke otak! Maunya apa sih?"

"Gue udah tegasin beberapa kali, belajar dengan menghapal itu adalah hal terburuk yang siswa pernah lakukan. Menghapal hanya menyangkut di lidah, diotak ngga."

Rika hanya mencibir sambil kembali fokus dengan buku catatannya. Rasanya ingin sekali Madya pukul kepalanya dengan novel yang ia bawa. Tapi moodnya benar-benar tidak bisa diajak mencari masalah. Apalagi ini Rika, bisa-bisa lehernya patah nanti.

Soal pukul memukul masih Rika yang jadi nomor satu sih.

"Dya, kenapa pas lihat Ijul tuh menghindar terus?" Madya menoleh ke arah sang penanya, Rio. Ia sekarang sudah duduk sambil meminum teh kotak. Dia tidak terlalu suka sih, kemanisan katanya, tapi terpaksa, kehabisan tadi, akibat kebarbaran para siswa sehabis upacara bendera.

"Jangan bahas ah, lagi ga mood." Madya langsung menaikkan tasnya, lalu memilih membenamkan wajahnya ditasnya.

Galih yang hendak meminjam tipe x jadi mengernyit heran. Entahlah apa yang ada di otaknya sekarang, Madya tidak terlalu peduli sih. Sekarang fokusnya hanya berusaha melupakan kejadian tadi pagi. Rasanya ia ingin memukul seseorang dan berteriak saking malunya dirinya.

Dan lucunya, rasa malunya itu masih tersisa sampai sekarang. Haishhh.

"Dia kenapa?" Tanya Galih ke Rika dan Rio, mereka berdua hanya menggerakkan bahunya keatas, memberi isyarat bahwa mereka juga tidak paham apa yang terjadi. Setelah itu mereka berdua mengabaikan Galih yang masih berdiri disamping meja Rika dengan heran.

"Dya, pinjam tipe x ya," Madya langsung merogoh isi kotak pensilnya, mencari Tipe-X yang ia simpan disana. Setelah itu ia serahkan ke Galih, dengan tetap memasang ekspresi tidak tertarik.

Galih merasa heran, biasanya Madya akan memasang ekspresi mengamuk dan mulutnya tidak akan berhenti mengomel tentang betapa pentingnya memiliki benda-benda yang sering dianggap remeh oleh Galih, setelah itu dia akan mengancam Galih agar mengembalikannya segera.

Tapi sekarang, dia tidak sama. Benar-benar membingungkan kalau Galih pikir-pikir.

"Kalian berdua susul Lily gih, siapa tahu anaknya ditelan monster samping kantin." Titahnya ke kedua orang temannya yang lagi asyik dengan dunia masing-masing.

Anonymous✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang