13. Sagitarius

105 19 1
                                    

Sagitarius pov

Banyak orang bilang keluarga tepat berbagi, sepertinya jangan di keluarga ku. Karena keluargaku sudah tidak ada. Namaku Sagitarius, umurku 24 tahun, aku lahir sebagai anak tunggal dari pasangan suami istri di perkotaan metropolitan.

Kalau menikah patokannya cinta, aku mungkin tidak akan pernah menikah. Ekonomi itu penting tidal ada uang tidak makan, tidak ada uang tidak hidup. Keluargaku miskin, miskin sekali sampai makan saja kita satu kali sehari itu pun kalau punya uang.

Ayah ku kerjaannya cuma mabuk-mabukan, memukuli ibu ku, memukuli ku dan juga marah-marah setiap hari karna dia kalah judi. Hidup di kota itu susah, ibu ku mati-matian kerja masih di palak oleh preman.

Ini cerita ku sebelum benar-benar pindah ke neraka sebenarnya.

Saat itu aku masih berumur 8 tahun. Anak kecil yang hanya memikirkan kesenangan dalam bermain tanpa tahu bagaimana ia bisa makan dengan enak dan tidur dengan nyenyak.

"Ibu Sagitarius lapar." Aku sering mengadu pada ibu karena kelaparan. Dan beberapa menit kemudian ibu  membawakan makanan yang entah ia dapat dari mana.

Berulang kali seperti itu, sampai aku tahu kalo ibu mencuri makanan supaya aku bisa makan.

"DASAR WANITA SIALAN! GAK BISA CARI UANG MATI AJA SANA!"

BUAK

PLAK

BUAK

"JUAL DIRI AJA SANA DASAR JALANG! TERUS SEKARANG GUE MAU MAKAN APA LO PIKIR SIALAN?"

Hal itu sudah biasa di telingaku bahkan sudah terlatih untuk tak mendengarkannya. Namun siapa yang tidak mendengar suara teriakan seperti itu. Sangat keras cambuk yang terus saja menghantam punggung ibu sangat berbekas di hatiku.

Anak macam apa yang tak sedih, sakit hati dan marah mendengar dan melihat ibu yang melahirkannya dipukuli seperti itu.

Aku berdiri di depan ibu, untuk melindungi ibu. Aku tak ingin lagi ada teriak kesakitan dari mulut ibu. Aku menyayangi ibu aku tak ingin ia terluka.

Namun sepertinya hal itu salah besar bagiku. Badan kecilku di seret dan ayah mengambil puntung rokok dan memasukkannya ke dalam mulutku.

"UDAH BERANI YA ANAK SIALAN. KALAU KAU GAK BISA CARI UANG SETIDAKNYA JADI LAH ANAK BAIK! YANG TIDAK MEMBANTAH ORANG TUA!"

PLAK

BUK

Aku di pukuli habis-habisan sampai seluruh tulang ku rasanya ingin patah. Aku melihat samar-samar ibu merangkak dari belakang ayah.

"KALAU BEGITU JUAL SAJA GINJAL MU AGAR BISA BERBAKTI LADA ORANG TUAMU!"

ibu memegang kaki ayah menggenggamnya kuat-kuat hingga ayah tak bisa bergerak, "lari nak! Jangan pernah kembali lagi!" Ibu bicara padaku.

Aku langsung merangkak menjauh dari ayah. Karena ibu menggenggam kakinya ayah malah memukuli ibu.

"LEPAS SIALAN, JALANG SIALAN MAU MATI?"

"Tapi ibu?"

"Pergi Sagitarius dan jangan pernah kembali."  

Aku berlari dengan sekuat tenaga. Aku tak tega membiarkan ibu sendirian menghadapi ini. Namun di sisi lain aku juga takut dan hampir mati di buat ayah.

Aku hanya duduk di pinggir jalan. Aku juga tak tahu harus kemana dan bagaimana sekarang. Anak 8 tahun yang tahu tujuan ini, tak ada kah dari kalian yang kasian? Orang lalu lalang di jalanan tapi tidak ada yang melirikku.

Mungkin aku akan mati di pinggir jalan. Aku pasrah dengan hidupku. "Ibu juga belum tentu selamat. Bisa saja ia sekarang sudah mati."

====

Sudah cukup lama tidak tahu tepatnya tapi sudah cukup malam. Apa aku bisa kembali sekarang? Tapi ibu melarang ku untuk kembali. Tapi, apa ibu berfikir aku akan kemana? Apa ini benar-benar memintaku pergi?

Aku ketakutan, kedinginan, kesepian dan kelaparan. Apakah ada anak lain yang seperti aku? Apa hanya aku atau memang seluruh anak di dunia ini juga mengalami hal sesulit ini?

Aku merasa diriku lah yang paling sial dan tidak beruntung. Dan hak itu membangkitkan sesosok monster di dalam diriku. Aku mengambil besi di jalanan dan berjalan dengan penuh dendam ke rumah.

"Tenang ibu aku akan menolong dan membebaskan ibu dari bajingan keji seperti dia."

Aku berlari dorongan kemarahan dan kebencian membuatku semakin yakin untuk bisa melakukan yang diperintahkan hati dan pikiranku. Tidak waras? Sejak lahir yang tidak waras adalah ayah bukan aku.

Sekecil ini? Apa aku akan melakukan hal se keji itu di umurku yang masih sangat dini?

Tidak ada pilihan lain, aku mati atau dia yang mati. Pilihan mudah siapapun memilih untuk tetap hidup jika hanya mengorbankan seorang tak berguna seperti ayah. Aku harus menyelamatkan ibu, hanya ibu malaikat yang menolong hidupku.

Aku sampai di rumah, ibu ada diluar dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya. Merangkak entah kemana ia mau.

Aku masuk kedalam dan melihat ayah yang tengah meminum alkoholnya. Jangankan menyesal ia tidak terlihat merasa bersalah sedikitpun.

"ANAK SIALAN KAU KEMBALI LAGI, PERGI SAJA KE NERAKA!" Ayah berlari mengejar ku. 

Kebencian dan amarah ku tertutupi oleh rasa takut. Tubuh kecil ini tak mungkin melawan orang besar yang memiliki cambuk di tangannya. Bukannya melakukan hal yang seharusnya aku malah di pukuli lagi.

"Uhuk uhuk."

Darah keluar dari mulutku sepertinya aku akan mati hari ini. Maaf ibu tidak bisa melindungi mu anak kecilmu tak bisa memberikan kebahagiaan pada tubuh tuamu itu.

Jleb

Besi jalanan itu aku tancapkan tepat di tenggorokannya. Aku terus mendorongnya hingga tembus ke balik lehernya.

"MATI MATI MATI, MATI DASAR IBLIS SIALAN!"

Aku duduk di atas ayah dan terus menerkamnya dengan besi yang aku bawa untuk membunuhnya. "AKAN AKU KIRIM KAU KE NERAKA!" Aku menangis aku baru saja membunuh ayahku orang tuaku sendiri.

Tidak, aku tidak membunuh siapapun dia iblis pantas mati. Aku sudah menjadi pahlawan dia memang harus mati aku sudah menumpas iblis.

Ibu melihat semuanya, mata itu menatapku ketakutan.

"Apa aku melahirkan iblis? KAU SAMA SAJA DENGANNYA IBLIS ANAK IBLIS." 

Ibu... Maafkan aku, aku tidak sadar bahwa aku sudah menjadi iblis. Malam itu juga aku membakar rumah itu, maaf ibu.

Malam itu aku sebatang kara. Tak punya keluarga. Aku membunuh kedua orang tuaku sendiri. Akulah iblis sebenarnya.

"Tapi tak apa, toh sebentar lagi aku juga akan mati kelaparan."

Sebuah mobil datang menyilaukan mataku, seorang remaja yang berumur sekitar 13 sampai 15 tahun turun dari mobil itu dan di ikuti beberapa orang dewasa yang berdiri di belakangnya.

"Ikutlah denganku, aku akan membuatmu menjadi profesional."

Hari itu juga aku ikut dengannya. Aries memberikan neraka yang sebenarnya padaku.

"Kau tidak boleh mati begitu saja, kau harus menderita seumur hidupmu karna sudah membunuh kedua orang tuamu."

Sejak saat itu aku mengurangi waktu tidurku. Aku hanya tidur satu kali dua hari atau bahkan satu kali dalam tiga hari.

====

WHO WILL WIN [Zodiak Mafia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang