23. Pisces 2

80 17 1
                                    

"Sampai jumpa lagi semua." Aku melambaikan tangan pada semua orang yang melihatku dari gedung sekolah. Aku sangat senang, melihat mereka mati satu persatu di depan mataku.

"Membunuh kedua orang tua, kepala sekolah, 4 guru laki-laki, 2 guru perempuan dan 32 orang siswa termasuk ketua OSIS. Kamu sudah membunuh 42 orang dalam waktu 1 hari." Polisi mengintrogasi ku menanyai motif dan alasanku melakukannya.

Alih-alih menjawab dengan benar aku malah tersenyum dan memberikan jawaban simple. "Mereka pantas mati." Yang membuat polisi tak habis pikir.

Jika mereka berfikir aku akan ketakutan, tidak. Bahkan setitik pun aku tidak merasakan ketakutan. Padahal hukuman terberatnya adalah hukuman mati.

Nenekku yang masih hidup menghampiriku ke kantor polisi. Nenek meminta waktu untuk bicara denganku. "Tobat lah nak." Entah ia tak tahu masalahnya atau memang sangat pemaaf ia bahkan tak marah sama sekali padaku.

Ia tak mencaci maki diriku, padahal aku sudah membunuh anak dan menantunya. Ia masih bisa mengasihani ku dan meminta untuk hukumanku diringankan.

Aku muak dengan sikapnya. "diam orang tua, gak usah sok peduli, biasanya juga ibu mukul aku nenek juga gak pernah peduli."

Nenek menangis dan meminta maaf, katanya bukan salahku aku bertindak dan bersikap seperti ini. "Seharusnya aku membunuhmu saat kau lahir." Nenek menyesalinya saat aku sudah tak terkendali, mungkin itu maksudnya.

"Selamat tinggal nenek."

"TANGKAP DIA!"

43, saat umurku 19 tahun dan sedang mengandung aku membunuh 43 orang. Haha hukuman matipun aku terima, asal orang-orang seperti ini mati.

Aku masuk kembali keruangan interogasi. Kali ini aku di borgol dan mulutku di ikat agar aku tak bunuh diri. Sebenarnya aku juga tak berniat melakukannya.

Seorang wanita paruh baya masuk keruangan. "Biar saya aja." Ucapnya pada polisi yang bertugas mengintrogasi ku.

"Santai aja ya." Polisi itu mengangkat kakinya dan menaruhnya di atas meja. Sambil memantik tokonya ia mengeluarkan foto hasil USG padaku.

"Kau punya anggota keluarga baru." Ucap polisi wanita itu sambil menghisap rokoknya.

"Udah tahu."

"Bagus."

"Bunuh aja saya, saya juga gak mau hidup lagi."

"Bunuh? Hahaha. Gak segampang itu. Kamu harus tanggung jawab dulu sama semua perbuatan kamu."

"Kalian mau apa, saya gak punya uang. BUNUH AJA BUNUH!" Aku mulai muak dengan percakapan ini. Seolah mereka membiarkan ku hidup untuk menderita.

Ia menjambak rambutku dan berbisik di telingaku. "Hiduplah, demi bayimu."

===

Hari-hari berikutnya terasa asing bagiku, seolah aku diberikan kesempatan kedua untuk membenahi hidupku. Aku diberikan tempat tinggal dan makanan yang layak.

Namun tak seindah terlepas ke alam bebas. Aku dikurung dan disekolahkan untuk menjadi profesional bukan benar-benar meluruskan jalan kotorku.

"Hari ini kau sudah mati." Seseorang memberikan koran yang berisikan berita bahwa aku sudah mati.

Aku diberikan nama baru dan wajah baru. Ya wajahku di operasi plastik untuk memberikan kenyataan bahwa diriku yang dulu sudah mati.

Aku mencoba untuk melarikan diri namun sejauh apa aku berlari pada akhirnya aku akan terbangun di ranjang yang sama.

Hari-hari berlalu sampai waktunya melahirkan. Anakku perempuan, tapi tak sampai 1 jam aku tak lagi melihatnya.

Setelah beberapa bulan sekolahnya dimulai. Aku dilatih untuk menjadi pembunuh bayaran yang profesional. Aneh, saat aku menjadi seorang kriminal polisi malah mememberikan fasilitas untukku mengambangkan diri.

Selama lebih dari 4 tahun ku habiskan untuk mencari hobi dan profesi untuk bisa hidup berbaur dengan masyarakat dan untuk menutupi pekerjaan ku sebagai pembunuh bayaran.

Anakku di urus oleh mereka. Syarat yang aku terima adalah mengabdi selama 10 tahun dan setelahnya aku akan hidup bebas serta di beri fasilitas. Aku harus menyelesaikan misi dan tugas untuk bisa mendapatkan kebebasan dan kehidupan yang layak.

Cara kerjaku cukup mudah, mereka memberikan data para korup, pengedar narkoba, pengedar senjata atau para teroris dan penyusup dari berbagai negara. Lalu tugasku adalah membunuh mereka.

Aku menjalankan tugasku dengan baik, sampai 10 tahun berlalu. Seorang pembunuh bekerjasama dengan polisi sama saja dengan bunuh diri. Alih-alih memberikan kehidupan yang bebas bersama putriku, mereka malah memenjarakan ku dan menahan anakku. Aku tak tahu bagaimana nasib anakku ditangan mereka.

"Dengan bukti sebagai berikut. Dengan pertimbangan korban dan para saksi, serta tuntutan keluarga korban. Maka saudara terdakwa, divonis hukuman mati." Ketuk palu tiga kali. Hasil sidang ku mengenaskan. Tidak seburuk itu, lagi pula dari awal aku juga sudah merelakan hidupku.

Bodoh jika aku menyerah. Malam dimana seharusnya  aku dihukum mati. Di sanalah aku melancarkan operasi pelarian diri. 1 hari sebelumnya aku mendengar pada polisi berencana untuk memindahkan ku dari penjara saat ini. Aku menyusun rencana untuk bisa kabur saat perjalanan.

Hanya ada 3 penjaga dan 1 detektif.

"Selamat tinggal kawan, senang berkerja sama dengan anda." Aku tak mempedulikan apapun. Malam itu aku melarikan diri. 5 tahun ku habiskan untuk bersembunyi. Tak banyak yang bisa kulakukan.

Seperti yang dilakukan polisi aku membuat diriku mati dan memulai dengan hidup yang baru. Aku mengubah wajahku.

Walau berumur 48 tahun aku terlihat seperti gadis berusia 25 tahun. 14 tahun ku habiskan untuk mempercantik diriku. Aku bahkan menghabiskan banyak gadis untuk awet muda dan tetap cantik.

Darah mereka sangat segar, bagus untuk kulitku agar tak keriput. Semua terpesona dengan kecantikan ku, padahal mereka tak tahu sudah berapa banyak gadis yang mati karena ingin mendapat pujian dari mereka.

====

Buat yang request character lain sabar ya. Author nya juga ikutin alur.
Tapi tenang aja semua char pasti ada masa lalunya.
Jangan lupa vote.
Dan komenlah apa pendapat kalian

WHO WILL WIN [Zodiak Mafia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang