8. Rencana

158 26 1
                                    

"Kita harus mencari tahu mengapa ibu mau bunuh kita satu per satu."  Rose meyakinkanku agar tidak gegabah dalam mengambil tindakan.

"Baik." 

Benar saja ibu memberikan makanan itu pada Rose.  Karna sudah mengetahui, Rose menerima makanannya namun tentu tidak ia makan. 

Rose malah membawa makanan tersebut ke labolatorium untuk menguji apa yang ada di dalamnya. "Didalamnya terdapat racun yang dapat menyumbat pembuluh darah, juga dapat menyebabkan sesak nafas yang kematian." 

Dugaan Rose ternyata benar, ibu adalah orang sudah membunuh semua suami dan sekarang perlahan-lahan akan membunuh semua anaknya.

Motif ibu masih belum di ketahui, namun aku dan Rose berusaha untuk mencari celah agar menemukan lebih banyak bukti untuk melaporkan ibu ke kepolisian.

"Gimana caranya kita buktiin kalo semua keluarga kita ibu yang bunuh? Gak ada bukti kecuali ini." Rose tentu memikirkan akibat jika tuduhan mereka salah.

"Sama kayak kematian Melinda, sesak nafas. Hasil labolatorium itu penyebabnya juga ada sesak nafas kan?" Tanyaku agar meyakinkan Rose untuk bertindak cepat.

"Kita udah punya bukti, tentang kenapa dan lainnya kita serahin aja sama kepolisian, kita bisa laporin dengan tuntutan percobaan pembunuhan." Rose akhirnya yakin dengan perkataan ku.

Hari itu juga kami melaporkan segala tindakan ibu. Hari berikutnya surat penangkapan keluar dan ibu di bawa pihak berwajib untuk di interogasi.

Setelah 3 kali sidang akhirnya ibu di vonis hukuman mati. Ibu mengaku dalam interogasinya, "saya dulu menikah dengan John, ia adalah pria yang sangat saya cintai. Namun hidupnya tak lama, ia meninggal setelah kami merayakan 1 tahun pernikahan." Ibu menceritakan segalanya.

"Saya sangat depresi dengan kematiannya, hingga akhirnya saya ingin mengakhirinya saja. Namun seseorang datang memberikan uang asuransi John, saya hidup dengan bantuan dari John." Ibu mengatakannya dengan ekspresinya yang datar.

Ia juga menyatakan bahwa tujuannya menikah dan membunuh suaminya hanyalah untuk mendapatkan uang asuransi yang cukup besar. Ia juga sengaja mendaftarkan anak-anaknya asuransi. Setelah kematian ayahku ia sudah terlalu tua untuk menikah lagi.

Dan maksud ibu membunuh Melinda sebelum pernikahannya karena jika Melinda menikah asuransi jiwanya akan beralih ke tangan suaminya.

Jika ibu tidak ketahuan saat itu mungkin aku juga akan ia bunuh setelah ia membunuh Rose.

Setelah menyaksikan eksekusi ibu aku dan Rose akan pulang. Tak ada yang terasa dalam hatiku, tak ada kasihan, marah ataupun sedih.

Rose yang sedari tadi melamun hanya berjalan lurus memperhatikan jalan yang ia lalui.

Aku berhenti di pinggir jalan untuk menunggu lampu menjadi merah. "Gue lega." Aku yang mencoba untuk mencairkan suasana agar Rose mau bicara.

Tampa kusadari ternyata Rose terus berjalan kejalan raya. Ia melamun dan hanya berjalan lurus sambil menunduk dan memasukkan tangannya kedalam saku.

"Rose sadar." Aku yang mencoba berteriak padanya. Tapi...

Terlambat Rose sudah tertabrak oleh truk. Sekujur tubuhnya berlumur darah. "Rose.." keluarga terakhirku.

Setelah pemakaman Rose aku hanya duduk di depan makamnya. Seseorang menjatuhkan pisau tepat di depanku. Aku berdiri dan menatapnya dengan sinis. Ia membuka kacamatanya lalu membuang rokoknya.

"Bergabunglah dengan saya, kamu punya potensi."

Yakuza sendiri yang membawaku pada organisasi kriminal ini.

WHO WILL WIN [Zodiak Mafia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang