"Ada apa kau kemari?" Tanyanya dan membalikkan wajahnya.
Libra dengan spontan langsung menundukkan kepalanya bahkan sampai bersujud. "salam, tuan Yakuza."
"Lama tak bertemu." Jawab Leo dan tersenyum bangga.
Leo memberikan bunga pada tuan Yakuza. "Bagaimana dengan secangkir teh?" Tawar Leo pada tuan Yakuza.
"Baiklah, aku juga sudah lelah bermain golf." Tuan Yakuza menyudahi bermain golf dan pergi meminum teh dengan Leo.
Libra berjalan mengikuti Leo sambil menundukkan kepala. Ia sangat gemetar, orang bernam Yakuza itu sangat-sangat lah kejam. Ia pernah memakan daging manusia hanya karena bosan memakan daging sapi.
Leo dengan santai duduk dan menikmati tehnya. "Lebih baik jika di tambah gula batu bukan?" Leo mengambil satu gula batu dan memasukannya kedalam cangkir tehnya.
Sedangkan Yakuza tak menyukai jika tehnya di beri gula batu.
Baru saja meminum 1 teguk Yakuza merasakan tubuhnya kaku, keseimbangannya terganggu. Dan berakhir dengan batuknya yang sertakan dengan darah.
"Hah?" Libra sangat kaget, ia sampai menutup mulutnya melihat tua Yakuza sampai berdarah seperti itu.
"Tuan Yakuza anda kenapa?" Para pelayannya berlari memberikan sapu tangan dan membersihkan darah yang ada di mulut tuan mereka.
"Lama tak bertemu, Papa." Leo tersenyum tipis pada tuan Yakuza yang tengah melawan halusinasi yang terjadi di kepalanya.
"Hah?" Libra merasa mental dan jiwanya sedang terguncang. Libra pernah membayangkan bahwa Leo adalah anak tuan Yakuza, Tamun hanya sebatas hayalan nya saja tak pernah benar-benar berfikir hal itu adalah benar.
Namun hal yang seharusnya yang paling di takutnya Libra saat ini adalah, hal yang terjadi pada tuan Yakuza saat ini adalah pengaruh dari racun yang ia buat. Bagaimana kelanjutan nasibnya jika tuan Yakuza tahu hal itu.
Apakah ia akan berakhir menjadi santapan tuan Yakuza atau mungkin hanya menjadi cemilan anjing-anjing peliharaan milik tuan Yakuza.
====
30 menit terakhir saat Libra membuat racun.
"Apa an coba yang mau di buat, lagian gila kali boss begini, gak di kasih waktu sama sekali." Libra hanya mengoceh sendiri tanpa tahu apa yang harus ia buat.
Namun di 30 menit terakhir pikiran Libra baru menyadari sesuatu. Ia segera membalik buku itu dan menemukan racun yang tepat untuk ia buat dan racun yang dimaksud oleh Leo.
Racun itu menyebabkan kaku anggota tubuh, halusinasi dan terguncangnya keseimbangan tubuh sehingga menyebabkan pendarahan.
Racun tersebut akan bereaksi jika menyatu dengan aroma bunga yang diberikan Leo dan bau dari daun teh yang diseduh dengan air panas. Penawarnya adalah gula batu.
===
"Rael sudah mati." Leo berdiri dan mengatakan satu kalimat pendek lalu pergi. Wajahnya berubah, ia tidak tersenyum dan tidak marah. Wajahnya tak kecewa dan juga tak sedih. Hanya datar seperti tak peduli dan ada kebencian di dalamnya.
"Apa? Leo!" Yakuza kaget dan mencoba menggapai Leo namun tak memungkinkan dengan kondisinya."Tuan!" Semua pelayannya menghawatirkan dirinya dan menahan agar tuan Yakuza tak bergerak banyak.
Leo memberikan sebuah surat pada salah satu pelayan tuan Yakuza, agar diberikan padanya saat ia sudah dalam kondisi yang baik untuk membaca surat itu.
"Sampai jumpa lagi, Papa." Leo melambaikan tangganya dan naik kedalam mobil lalu pergi.
Sepanjang perjalanan menuju bandara hanya ada suara mobil, Leo sibuk sendiri mendengarkan musik sambil membaca buku, sedangkan Libra masih gemetar membayangkan apa yang baru saja terjadi.
"Apa akan terjadi perang?" Begitu kira-kira pikirnya. "Apakah tuan Yakuza akan membalas perbuatan Leo? Atau karena Leo adalah anaknya ia akan menahan diri untuk tak menyakitinya."
"Leo..." Tuan Yakuza bergumam setelah bangun dari pingsannya. Ia sama sekali tak menyangka Leo akan menaruh racun padanya.
Seluruh isi rumah tuan Yakuza tengah bekerja dari mana asal dari racunnya. Dan hasilnya mereka tak menemukan sesuatu yang beracun. Bunga? Tak ada sesuatu dari bagian bunga yang di bawa Leo itu memberikan dampak buruk bagi tubuh.
"Kau sudah besar Leo." Kesal tuan Yakuza mengingat ucapan-ucapan Leo.
"Anu nyonya." Walau dengan keraguan Libra tetap membuka mulutnya untuk bertanya pada Leo.
"Jangan panggil saya nyonya." Ketus Leo saat mendengar ia di panggil nyonya.
"Maaf kan saya." Libra langsung menundukkan kepalnya meminta maaf. Ia tak tahu harus memanggil Leo seperti apa agar tak terkesan tua dan tak merendahkannya.
"Nona. Silahkan panggil nona muda." Ucap supir yang tengah menyetir mobil. Libra juga tak yakin, tapi supir itu tak pernah terlihat di Indonesia sebelumnya. Hanya dugaan Libra, bahwa supir itu juga bawahan tuan Yakuza yang memang sudah mengenal Leo dari lama.
"Baik, nona muda."
"Kenapa, kau heran dengan tua bangka itu?" Leo menutup bukunya dan menatap Libra dengan saksama, Libra keringat dingin karna di pelototi oleh Leo.
"Bukan begitu." Libra mengelak dan mencari alasan yang tepat.
"Yakuza kah. Sebegitu takut kah dengannya, hanya orang tua yang selalu mengatur." Leo kembali membuka bukunya dan melanjutkan kegiatan membacanya.
Sejenak Libra berfikir bahwa Tuan Yakuza hanya lah orang tua biasa bagi Leo. Atau mungkin beginilah kehidupan mereka, beginilah cara mereka berkomunikasi. Libra saja yang tak terbiasa dengan kehidupan mereka.
Bukan! Bukan seperti ini cara antara anak dan ayah berkomunikasi, mereka berbeda. Bukan anak dan ayah yang biasa. Leo menyimpan sesuatu yang tidak di inginkan oleh tuan Yakuza begitupun sebaliknya tuan Yakuza menyembunyikan sesuatu yang membuat Leo tak menyukainya.
Mereka hanya membutuhkan waktu dan ketengan untuk saling bicara dan meluapkan perasaan mereka masing-masing.
"Salah." Bantah Leo, walau Libra hanya berbicara pada dirinya sendiri di dalam hatinya, Leo dapat mengetahui hal itu dari reaksi Libra memandangnya.
"Maaf?"
"Tidak, bukan seperi itu. Yakuza dan aku, kami tak pernah tinggal satu rumah." Leo menghela nafas.
"Apa?" Libra lumayan kaget dengan itu. "Apa mereka bukan ayah dan anak kandung?" Hanya isi hati Libra, tak mungkin ia mengatakannya.
"Benar, aku tak pernah menganggapnya ayah kandung."
"Apa?" Libra lebih kaget lagi. "Apa dia cenayang? Jika iya, sedari tadi Leo sudah membaca pikiranku?" Libra menutup mulutnya rapat-rapat walau yang bicara adalah hatinya.
===
Don't forget to vote and comments
Thank you for reading
♡
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO WILL WIN [Zodiak Mafia]
Mistério / SuspensePara mafia yang mengejar Mafia lainnya, di selidiki oleh para detektif, banyak korban yang berjatuhan, manakah mafia yang menang?