- ✿ -
Cumlaude, mereka mendapatkan gelarnya bersama-sama. Satu dari mereka adalah peraih IPK tertinggi dan penyandang beasiswa penuh dari universitas. Tidak merasa minder atau kalah saing atas prestasi sang kekasih, Jeno malah bangga mengenai pencapaian tersebut. Sampai saat ini, dirinya masih enggan percaya dengan kelulusannya, terasa cepat. Semuanya tidak lepas dari dukungan serta pengertian dari kekasih mungilnya, Ren.
Setelah berbicara dengan beberapa orang, Ren menghampiri kekasihnya. Ia mendapati Jeno yang asik bercengkrama dengan sepasang paruh baya di depannya. Sampai matanya ikut menghilang saat bibirnya tertawa. Kedua orang itu, orang tua kekasihnya.
"Jeno..." Lirihnya memanggil.
Sang kekasih menyambut dengan ramah, menggandeng tangannya sejalan membawa kekasihnya masuk kedalam lingkaran keluarga. Renj terlihat canggung, ini pertama kalinya untuk bertemu keluarga sang kekasih. Padahal, sudah sejak dari sekolah menengah kisah mereka terjalin tanpa restu.
"Ayah, Bunda... Kenalkan ini Ren." Perempuan itu memberikan senyuman perkenalan yang paling bagus menurutnya, semoga saja tanda penerimaan yang baik.
"Kamu yang mendapat IPK tertinggi tadi, kan? Selamat ya, saya bundanya Jeno..."
"Dan ini Ayahnya." Ucap wanita itu, sambil mengelus lengan seorang pria di sebelahnya.
"Salam kenal Om, Tante... Saya Ren— "
"Kekasihku!" Ucap Jeno dengan cengiran lebar, memotong perkataan Ren dengan tangannya yang langsung meraih pinggang kekasihnya untuk dipeluk di depan orangtuanya.
"Sungguh?" Keduanya sudah pasti kaget dan ini kali pertama putranya memperkenalkan seseorang sebagai kekasih.
"Iya, Bun..."
"Dasar anak nakal! Harusnya sedari dulu kamu mengenalkannya pada kami!" Cibir ibunya Jeno sang anak yang masih menyunggingkan senyum.
"Surprise, Bun..." Mereka saling melempar senyum kecuali satu diantara mereka, ayahnya Jeno.
"Acaranya sudah selesai, kan?" Mengalihkan perhatian dari tiga orang yang sedang bercengkrama dengan asik.
"Ada sesuatu?" Wanita sekaligus istri, bertanya balik kepada suaminya yang terlihat gusar.
"Ada urusan mendadak, aku harus segera ke kantor." Ucapnya tanpa menatap, setelahnya berlalu tanpa berpamitan.
"Jeno... Bunda dan Ayah pergi lebih dulu. Jangan lupa untuk pulang ke rumah!" Peringat ibunya sekaligus nasehat dan ucapan selamat tinggal yang terkesan terburu-buru karena dia harus menyusul suaminya yang sudah pergi lebih dahulu.
"Iya Bun, besok ya!" Jawabnya sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati Tante..."
"Titip anak nakal, ya!" Ren hanya tersenyum dengan perkataan ibu dari kekasihnya itu.
Mereka melanjutkan acaranya sampai selesai, tanpa meninggalkan celebration yang diadakan mendadak oleh rekan-rekan mereka. Sampai akhirnya mereka pulang, pulang ke rumah Ren.
"Kau tampak pucat, apa tadi makan sesuatu yang salah? Mau periksa ke klinik?" Kekhawatiran terlihat jelas dari muka Jeno setelah meneliti wajah kekasihnya yang pucat dan lemas.
"Tidak usah, aku hanya lelah dan mengantuk. Setelah beristirahat pasti sembuh. Mau menemaniku?" Tawaran yang membuat kekasihnya seketika berdiri dari sofa yang mereka duduki.
"Ayo! Aku akan membantu mu, mau digendong atau diangkat? Cmon, punggungku sangat kokoh! Tanganku juga kuat!" Dengan konstan, Jeno menggerakkan tubuhnya bak binaraga yang memamerkan tubuhnya. Setelahnya beralih memunggungi Ren dan memposisikan tubuh sedikit rendah mendekati jongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting ✓
Fanfiction[GS Story] Lokal Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini, kita mencari dalam rindu yang indah. © 2022 KAME, Camellia Caramel