04. Malam kini

576 70 0
                                    

- ✿ -

Sabtu malam ini, dia dan Juno akan pergi acara Jeno. Ia mendapatkan undangannya kemarin, acara reuni dari sekolah menengahnya. Tidak hanya angkatannya saja, tapi lima angkatan diundang dalam acara tersebut.

Dengan setelan yang senada dengan anaknya, Jeno udah siap menghadiri acara itu. Sebenarnya si, agar terlihat kompak dan keren. Kalau Juno menurut saja, selama diiming-imingi ice cream atau pun coklat.

"Juno lelah?" Tanya sang ayah yang melihat anaknya tidak ber—energy.

"Mau duduk..." Rengek anak itu dengan menunjuk satu kursi kosong. Mungkin, terlalu lama berada di gendongan ayahnya membuat Juno bosan.

Acara ini dilaksanakan di gedung yang besar, pas untuk menampung sekitar lima angkatan. Dari awal sambutan sampai acara inti, menguras waktu yang lama dan Juno selalu berada di gendongan ayahnya. Sebenarnya hanya ketakutan Jeno jika anaknya menghilang.

"Ingin minum," setalah duduk di kursi, Juno meminta minum. Jeno lupa memberikan Juno minum, hanya makanan yang dia sodorkan sedari tadi.

"Sebentar ya, ayah ambilkan. Kamu tunggu disini jangan kemana-mana, oke?" Setelah mewanti-wanti sang anak dengan kata-kata, Jeno mencari setidaknya air putih untuk Juno. Sedari tadi hanya minuman perisa dan beberapa minuman tidak layak minum oleh anak kecil yang tersaji.

Juno sendiri menatap sekelilingnya, merasa bosan. Ayahnya sangat lamban mencari air.

"Hai, kamu sendirian?" Cantik, itu yang Juno nilai pertama kalinya pada perempuan di depannya.

"Aku menunggu ayah..." Jawab Juno dengan lirih dan malu-malu. Namun, masih terdengar oleh perempuan ini. Juno merasakan pipinya disentuh dan diusap secara perlahan, membuatnya mengangkat wajah untuk menatapnya.

"Kemana? Kamu butuh sesuatu, hm?"

"Aku haus..." Tanpa berpikir Juno menyahuti.

"Kamu haus? Ayahmu sedang mencari minum? Ini minum lah." Menawarinya sebotol air mineral untuknya, sedangkan Juno menatapnya ragu-ragu.

"Tidak apa-apa, ini aman tidak ada racunnya..." Juno mengangguk. Dia juga terpesona dengan senyuman wanita yang ada di depannya.

"Sebentar, aku bantu buka tutupnya dulu," Ucapnya sambil membuka tutup botol dan memberikannya kepada Juno.

"Nah, sekarang minumlah. Perlahan ya." Orang itu memberikan botol yang sudah dibuka.

Dia melihat Juno yang minum dan tersenyum sendu. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sedih dan bahagia. Juno juga tidak lepas memperhatikan wajah itu sambil menikmati teguk demi teguk minumannya.

"Terimakasih," Ucap bocah itu selesai dengan acara minumnya.

"Sama-sama,"

"Tante cantik!" Puji Juno dengan tulus.

"Terimakasih, kamu juga tampan..." Senyuman dan kekehan kecil timbul menghiasi wajahnya.

"Boleh Juno peluk Tante?" Tanya bocah kecil itu.

"Peluk?" Perempuan itu bertanya balik.

"Sebagai tanda terimakasih dari Juno..." Dengan cengiran yang lucu, dia menawarkan hal tersebut. Ingatlah, anak itu percaya diri dan tidak mudah ditolak. Termasuk untuk yang satu ini.

"Baiklah, pelukan akan diterima..." Kedua tangan Juno menyambut baik, mereka saling berpelukan dan tersenyum. Terasa hangat dan nyaman, baik Juno ataupun perempuan tersebut sama-sama merasakannya. Terlihat saling merindukan, dibanding pelukan terimakasih.

"Tante menangis?" Tanya Juno setelah pelukannya terlepas, memperhatikan wajah didepannya sedikit basah.

"Aish, Tante tidak menangis kok. I-ni kelilipan debu," alasannya sambil mengusap air yang sedikit turun dari matanya.

"Ren," panggil seorang lelaki dari belakang.

"Ah, aku harus pergi. Juno, jadilah anak yang baik, sampai jumpa lagi..." Setelah mengutarakannya, Ren bergegas meninggalkan Juno dan menghampiri lelaki yang memanggilnya tadi.

"Ayah lama!" Seruan Juno untuk menyinggung Jeno yang baru datang dengan sebotol minuman bening di genggamannya.

"Susah cari air, Juno. Ayah keluar gedung dulu untuk mencari toko, kamu harus hargai dong perjuangan ayah..." Keluh duda anak satu itu.

"Aku sudah minum inih," menunjukan minuman yang dia dapatkan.

"Dapat darimana?" Tanya Jeno khawatir, anaknya jarang menerima barang dari orang lain dengan percuma.

"Dari Tante cantik, katanya Juno tampan yah..."

"Ya ya terserah, kamu pasti sudah mengantuk. Mari pulang." Ucap Jeno sambil mengangkat dan membawa anaknya meninggalkan acara tersebut.

Di sudut lain, Leo memeluk sang kekasih dengan sayang dan penuh perhatian. Membiarkan orang itu menangis se-inginnya serta membasahi sisi samping bahunya.

Semua yang ditahan, pasti akan meluap sendirinya.

Hingga, saat kekasih mungilnya mendekati bocah kecil yang duduk menanti ayahnya. Setelah melihat ayah bocah itu pergi, kekasihnya baru menghampirinya dengan menawarkan sebotol minuman yang Leo bawa sebelum datang ke acara tersebut. Air dengan kandungan lengkap dan mineral yang tinggi, sangat susah didapatkan.

Ia memperhatikan, tidak layak untuknya ikut campur lebih jauh. Bahkan mereka saling memeluk. Namun, ketika ayah bocah itu terlihat kembali, Leo memanggil kekasihnya.

Untuk menyudahi semuanya.

Dia mengangkat wajah di hadapannya, bulir air mata membasahi kecantikannya. Ia mengusapnya perlahan.

"Mari pulang," pungkasnya.

Ren mengangguk, selaras kecupan yang mengenai dahinya.

- ✿ -

Denting ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang