07. Seperti

593 68 5
                                        

- ✿ -

[Flashback]

Segala sesuatu mengenai kehamilan, dia mencarinya melalui internet. Tidak ada yang membimbingnya mengenai hal ini, biarlah menjadi pikirannya sendiri.

Sudah sebulan setelah pemeriksaan terdahulu. Perutnya sudah terlihat berbeda, nafsu makannya pun bertambah tiba-tiba. Melalui hasil berselancar di internet, di usia kandungannya, dia harusnya melakukan beberapa pemeriksaan tertentu.

"Ingin membuat janji dengan dokter siapa?" Tanya perawat yang menanganinya.

"Saya baru melakukan pemeriksaan, bisa bantu saya mengenai hal tersebut?" Benar-benar tidak paham dengan hal ini, tidak pernah dalam hidupnya melakukan pemeriksaan kandungan sebelum-sebelumnya.

Seharusnya, tadi malam dia mencari bagaimana cara melakukan pendaftaran pemeriksaan kandungan di rumah sakit.

"Oh begitu, untuk hari ini ada dua dokter yang melakukan tindakan, ada dokter Leo dan dokter Adrian, anda bisa memilih salah satunya.."

"Sama saja kan?"

"Iya sama saja, jadi anda ingin melakukan pemeriksaan dengan siapa?"tanya perawat tersebut dengan ramah.

"Dokter Leo saja."

Di sisi lain, seseorang tengah bosan dengan pekerjaannya yang begitu melelahkan.

Selalu tersenyum dan bersikap ramah kepada pasien yang ditemuinya. Sebenarnya, bukan masalah berat, tapi hari ini banyak pasien yang memilih melakukan pemeriksaan dengannya. Alih-alih dengan dokter yang lainnya.

Ia harus bersiap kembali, ada pasien yang akan kembali masuk ke dalam ruangan, semoga saja ini yang terakhir.

Terpesona.

Terpesona dengan pasien yang sudah duduk di kursi, persis di depannya. Ingatkan dirinya, bahwa ia adalah dokter, dan pasien di depannya pasti istri seseorang.

"Boleh saya lihat rekam mediknya?" Tanya sang dokter kepada pasien, juga menghilangkan beberapa pikiran aneh di kepalanya.

Ren memberikan berkas tersebut, berkas yang ia dapat terakhir kali saat datang ke poli kandungan.

"Jadi ini pemeriksaan pertama?" Tanya dokter.

"Benar, waktu itu saya hanya mengecek kehamilan saja," Ren merasa gugup, karena ini kali pertamanya.

Dokter itu mengangguk dan tersenyum, menaruh berkas yang ada ditangannya ke atas meja.

"Kita mulai pemeriksaannya." Ucap dokter muda tersebut dengan ramah.

Ren melakukan pemeriksaan kehamilan, seperti mengukur berat badan, mengecek tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan suhu tubuh. Setelah itu, barulah ia melakukan pemeriksaan fisik terhadap kandungan. Ia hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh dokter kepadanya sampai semuanya selesai.

Perhatiannya terarah kepada sang dokter yang sedang menjelaskan sebuah gambar hasil pemeriksaan radiologi.

"Karena bulan lalu belum melakukan USG, sekarang kamu bisa mengetahui jenis kelamin bayi yang ada di dalam kandungan mu. Dia laki-laki dan kondisinya sehat."

Sang dokter membenahi kertas dan menjadikannya satu di dalam map berkas rekam medik. Tangan Ren menerima dokumen itu, terasa lebih tebal dari sebelumnya.

"Lakukan pemeriksaan kembali setelah memasuki usia delapan bulan, pastikan menjaga pola hidup yang sehat dan jangan melakukan banyak kegiatan berat dan terlalu banyak pikir—"

"Apa ada yang harus saya hindari?" Tanya Ren yang secara tidak langsung memotong petuah sang dokter.

"Untuk kondisi kehamilan mu tidak ada makanan yang perlu dihindari, tapi jaga pola makanan dan makan makanan yang sehat dan bergizi."

"Terimakasih dok."

"Sama sama, lebih baik ajak suami Anda atau kerabat bila melakukan pemeriksaan selanjutnya." Ucapan dokter itu hanya ia tanggapi dengan senyuman dan bergegas pergi dari ruangan tersebut.


Hari ini, ia menjalani salah satu rutinitasnya. Mengisi sebuah seminar. Dia datang sebagai pengisi acara di gedung fakultas kedokteran suatu universitas. Acaranya lumayan lama, hingga sore hari barulah acaranya selesai.

Ia berjalan bersama rekan seminarnya yang lain, dan ada pun panitia yang mengantar mereka ke arah parkiran. Setelah menemukan mobilnya, ia langsung berpamitan dan melakukan perjalanan pulang.

Sengaja melajukan mobil dengan kecepatan yang sedang menuju lamban, hanya untuk bernostalgia dengan suasana kampus yang kadang dia rindukan.

Jarak gedung fakultas dengan gerbang keluar lumayan jauh. Ia bisa memanfaatkannya sambil melihat-lihat.

Sepi.

Memang, karena hari sudahlah sore dan bisa dikatakan bukan hari yang formal untuk melakukan sesi perkuliahan.

Tapi, dilihatnya seseorang yang duduk di halte kampus dengan mata yang tertutup, sepertinya sangat kelelahan. Reflek yang sangat bagus, kakinya mengerem tepat di depannya.

Dia membuka kaca mobil dan memastikan apa yang dia temukan.

Dia, pasien itu.

Pasien yang sempat membuatnya terpesona, sekarang sedang tertidur di halte kampus? Sendirian?

Segera ia beranjak keluar dari mobilnya. Dia mengguncang tubuh itu sesampainya di tempat. Tubuh mungil itu terganggu dan membuka matanya perlahan.

"Ah, maaf. Apa saya mengganggu Anda?"

"Tidak, tidak— terimakasih sudah membangunkan saya. Sepertinya saya ketiduran ya?" Ucap Ren canggung. Bisa bisanya dia ketiduran di depan halte kampus.

"Sedang menunggu seseorang?"

"Tidak, saya hanya sedang duduk untuk istirahat dan tidak sengaja tertidur.."

"Mau saya antar? Hari sudah petang, mungkin anda masih ingat saya?" Tanya Leo.

Selaras dengan kepala yang mengangguk, setelah melihat pasiennya masuk kedalam rumah, Leo sedikit menggerutu dengan sikap si pemilik rumah, dia tidak menawarinya mampir ataupun basa-basi. Sekedar ucapan terimakasih yang didapatnya.

"Aduh!"

Kupingnya ditarik tiba-tiba oleh seseorang, dia tidak mengenalnya. Saat melirik kearah sang pelaku, dia mendapati seorang wanita paruh baya dengan daster dan sapu taman di tangannya.

"Dasar anak muda! Kamu kan suaminya! Istrinya lagi hamil, kamu tinggal-tinggal!" Sepertinya, terjadi kesalahpahaman.

Suaranya terdengar juga oleh Ren yang keluar dari rumahnya untuk memastikan kegaduhan. Syukurlah, semua bisa diselesaikan dengan damai.

Karena kejadian itu, Leo mengetahui bagaimana kehidupan yang dijalani oleh perempuan itu. Membuatnya tidak segan untuk mendekatinya, seperti sebuah kesempatan. Dia mulai berani mengantar jemput Ren jika bisa, mengajak Ren ke suatu tempat dan membelikan beberapa barang untuk diberikan.

Meskipun belum ada lampu hijau yang ditunjukkan kepadanya, bahkan lebih banyak penolakan, dia yakin bahwa kesempatan akan dia dapatkan. Suatu saat nanti.

Dengan kondisi perempuan itu, dia menerima Ren apa adanya, sekalipun perempuan itu sedang mengandung anak orang lain. Kelak, ia akan mencintai anak itu seperti mencintai ibunya.

Walaupun berjalannya waktu, dia mengenal Ren secara lebih, tetap saja masih ada sesuatu yang terasa disembunyikan. Ada kalanya Ren tidak mau diganggu dan ingin pergi sendiri, entah kemana tapi itu membuat Leo khawatir.

Setelah tiga bulan dari pertemuan pertamanya. Ren memberikan kesempatan, dengan menerima perasaannya. Ia begitu senang dan memberitahukan hal tersebut kepada orangtuanya.

Kedua orangtuanya sudah pasti ikut bahagia.

Akhirnya, anak satu-satunya yang mereka miliki mendapatkan apa yang dia inginkan dan akan berhenti curhat tentang kegalauannya secara dramatis.

- ✿ -

Denting ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang