09. Kan ku putuskan

346 54 0
                                    

- ✿ -

Dona Yamira, ibu dari tiga anak laki-lakinya. Sebentar lagi, dia harus melepas masa lajang anak bungsunya, Andy Kusuma. Dengan sang calon menantu, Chelin Shorn.

Ia akan pergi untuk mempersiapkan kebutuhan acara pernikahan tersebut. Banyak yang harus dipersiapkan, entah baju pernikahan, dekorasi, sewa gedung, hidangan, hingga calon pengantin itu sendiri.

Harus dipersiapkan sebaik mungkin. Walau, masih ada sebulan untuk mempersiapkannya.

Setelah pergi ke beberapa tempat, disini adalah tempat terakhir yang mereka kunjungi hari ini.

Tempatnya indah dan bagus.

Calon menantunya sudah membuat janji dengan sang pemilik tempat. Sambil menunggu pemiliknya, ia melihat sekeliling dan mengincar beberapa jenis bunga yang ada di sana. Untuk menambah koleksinya.

"Maaf lama menunggu," perhatian Dona teralihkan kepada seseorang yang baru saja datang. Menghampiri mereka dan bergabung bersama.

Masih sama, dan terlihat sempurna.

"Ren," panggil Dona dengan hati-hati.

Dia tidak mangkir, kembali teringat sebuah kenangan. Sesuatu yang menjadikannya sebagai penonton dalam penderitaan seseorang. Atau bahkan ikut sebagai pelakunya?

"Bisa kita mulai?"

Ya, semua negoisasi berjalan dengan lancar sesuai pembahasan yang direncanakan.

"Terimakasih Ka, senang kerjasama dengan Kakak," ucap calon menantunya dengan gembira. Chelin senang dan cocok dengan konsep dekorasi bunga yang digunakan di pernikahannya.


"Kakak juga senang, semoga acaranya lancar dan tidak ada kendala,"

"Kak, jangan lupa datang! Berikan doamu langsung di sana!" Ucapnya antusias.

"Iya aku akan datang, tenang saja.."

Karena urusan yang dilakukan sudah selesai, mereka berpamitan. "Kak, aku pamit, rasanya lelah kesana-kemari sedari pagi..." Keluh Chelin kepada Ren seperti seorang adik yang mengeluh kepada kakaknya.

"Baiklah, hati hati di jalan..."Ren menimpali. Sedikit ia melirik kearah lain, calon ibu mertua kliennya.

"Chelin, Bunda akan pulang nanti, kau pulanglah lebih dulu. Tidak apa?" Calon menantunya sedikit heran dengan ucapan yang didengarnya.

"Bunda serius?"

"Iya, Bunda serius. Kau hati-hati..."

Belum ada yang memulai cakap diantara mereka, hingga. "Bagaimana kabar anda, nyonya?" Tanya Ren sambil menuangkan teko yang berisi teh, minuman kesukaannya.

"Baik, bagaimana denganmu Ren?" Wanita itu balik bertanya.

"Seperti yang Anda lihat sekarang, saya hidup dengan baik-baik saja..." Ren, menyesap tehnya di dalam cangkir.

"Atas nama suami dan diriku sediri, sungguh-sungguh kami meminta maaf,"

Kegiatannya terhenti.

"Justru saya yang berterima kasih atas segalanya. Karena nyonya dan suami anda, hidup saya bisa berjalan baik sampai sekarang," ucapnya, sambil menaruh cangkirnya kembali ke atas meja.

Kecanggungan terasa sangat diantara mereka berdua, entah apa lagi yang akan dibahas.

"Bagaimana- kamu bisa membuka usaha sebagus ini?" Ucap wanita itu, menghilangkan keheningan yang terjadi beberapa saat lalu, serta mengalihkan topik pembahasan yang sempat membuat keadaan mereka tegang.

"Saya memulai karena hobi, sekitar setahun lalu saya membukanya," jelas Ren dengan ramah.

"Bolehkah Tante sering datang?" Tanya wanita itu.

"Silahkan saja, saya tidak pernah melarang siapapun datang kemari,"

Dona memperhatikan sosok yang duduk di depannya, terlihat anggun dan menawan. Meski tidak jauh berbeda dari awal perjumpaan mereka, di acara wisuda tiga tahun yang lalu, ia masih kagum dengannya.

"Kalau begitu, aku akan sering-sering datang. Kebetulan rumah Jeno tidak jauh dari sini..." Ucapnya terlalu senang, sampai menyebutkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu diucapkan.


"Hati-hati Bunda," ucap Ren kepada Dona yang akan meninggalkan toko.

"Sampai berjumpa kembali," ucap wanita itu dengan lambaian tangan yang tertuju kepada pemilik toko bunga.

Memberi maaf memanglah mudah. Namun, perbuatan susah untuk dilupakan.

Ia berterimakasih kepada temu, membuatnya bisa kembali menyambut bahagia dan menghilangkan rasa bersalah walau sedikit.

Terimakasih juga atas tulip biru yang Ren berikan.

- ✿ -

Denting ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang