11. Tapiskan rindu, mungkin kau disana

302 51 4
                                    

- ✿ -

Pernikahan adiknya tinggal menghitung hari. Bahkan, sudah seminggu lebih Juno menginap di rumah neneknya. Kini, dia sedang mengurus dirinya sendiri, lebih lagi dia sendirian.

Menikmati secangkir kopi sambil memandangi panorama, itulah yang dilakukan Jeno tanpa gangguan Juno. Ketika sendirian, banyak sekali pikiran muncul di kepalanya.

Rumah ini.

Adalah hadiah pernikahan sekaligus saksi bagaimana Jeno membesarkan anaknya tanpa ada pendamping di sisinya.

Terbiasa mengatasi masalahnya sendiri, menjadikannya enggan untuk memulai sebuah hubungan kembali. Sampai saat ini, berdua bersama anaknya, dia rasa cukup. Namun, perasaannya sempat terganggu. Ada rasa yang menyapanya kembali, dengan pelakon yang sama seperti dulu.

Dia bersyukur dengan pertemuan Juno dengan seseorang itu, membuatnya kembali merasakan sebuah kehadiran yang sempat menghilang. Tetapi, semua sudah berbeda.

Dia tidak sendiri lagi.

Keluarga besar dari dua belah pihak telah hadir. Sebuah pernikahan yang dilangsungkan secara privat, dengan undangan yang diperuntukkan untuk keluarga terdekat dan undangan khusus.

Terlihat indah dan elegan.

Hadir untuk memenuhi undangan dari sang pengantin, Ren datang seorang diri. Leo tidak bisa menemaninya, karena ada jadwal operasi yang harus dilakukannya.

Tidak hanya hadir sebagai undangan tapi juga mengawasi dekorasi yang tertata. Sebelum acara dimulai, dia lebih dulu hadir bahkan telah menginap satu hari sebelum pelaksanaan. Awalnya, ia akan menginap di hotel terdekat. Tetapi, karena permintaan sekaligus paksaan dari bocah kecil yang bernama Juno, ia menginap di kediaman keluarga Kusuma.

Juno menempelinya terus, tidak mau berpisah.

Kalau boleh jujur, dia sungguh menyayangi bocah itu, bahkan begitu dalam. Bukannya tidak ingin mengalahkan takdir, hanya tidak sanggup menatap perbuatannya yang ceroboh.

Dengan Juno di pangkuannya, ia merasakan bahagia. Ingin membawa Juno ke dalam hidupnya lebih jauh. Mengambilnya untuk sepihak.

Bunga pengantin dilempar.

Tertangkap oleh Ren dengan mudahnya. Entah sebuah tanda atau kebetulan, ia juga sekedar iseng, ikut-ikut saja. Disebelahnya ada Juno dan Ayahnya. Ia mencoba terlihat biasa saja, semuanya hanya masa lalu. Mereka bersikap layaknya teman lama, mereka harus dewasa dengan keadaan.

"Hore! Bunda dapat bunga!!" dengan suara kerasnya, Juno berteriak senang.

Sejak Ren menginap, Juno meminta dengan paksa memanggilnya dengan Bunda. Entah siapa yang memberikan ide, Juno datang dan merengek untuk menggunakan panggilan Bunda, akhirnya dia memperbolehkan hal tersebut diucapkan.

"Huss, jangan teriak," peringat sang ayah.

Ren hanya tersenyum, senang bisa melihat interaksinya secara dekat, hubungan antara ayah dan anak itu. Meski tetap ada perasaan yang mengganggunya, ia tetap bersikap sewajarnya.

Dikesempatan lain. Jeno meninggalkan anaknya bersama Ren. Mereka berdua sedang menikmati hiburan yang ada di dalam pesta. Ia haus dan ingin beristirahat sebentar.

Denting ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang