07. Morning Kiss

2.6K 379 92
                                    

"Schokoladenhaus"
[Monsieur and Madame]



°°


[07]
~••Morning Kiss••~





🍫🍪🍫




Gelap dan sunyi, adalah 2 kata yang menggambarkan keadaan pada kamar yang mereka tempati saat ini. Sebelumnya mereka sempat berdebat karena perbedaan argumen hingga akhirnya Vhiere memilih untuk mengalah kendati ia memang benar. Lelaki itu segera bangkit untuk mematikan lampu dan menghempaskan tubuhnya ke ranjang dengan posisi membelakangi Lalice, dapat gadis itu simpulkan kalau Vhiere marah padanya, hanya saja lelaki itu lebih memilih mendiaminya daripada harus mengeluarkan seluruh unek-uneknya.

Dua jam dalam posisi yang sama, saling membelakangi satu sama lain tak lantas membuat Lalice merubah posisinya meski ia sudah merasa tak nyaman. Gadis itu bahkan belum tertidur sama sekali sejak tadi, entahlah bagaimana dengan Vhiere saat ini.

Ada banyak perasaan aneh yang datang kian berganti didalam dirinya, ia pun bingung mengapa bisa dirinya seperti ini. Semacam kalut dan gundah(?), entahlah Lalice tak dapat menyimpulkannya dengan yakin sebab ia pun masih bertanya-tanya ada apa dengan perasaannya kali ini. Bahkan untuk sekedar memejamkan mata pun sangat sulit ia lakukan.

Apa sekarang Lalice mulai merasa bersalah pada Vhiere karena keputusan sepihaknya?

Jujur, Lalice merasa sangat resah sekarang, ia terus meremat selimut yang menutupi sampai perutnya itu. Matanya terus terbuka memandangi kaca yang memang tirainya sengaja dibuka oleh Vhiere sehingga cahaya rembulan menelusup masuk menyorot mereka.

Matanya terasa memanas entah mengapa, semacam ingin menangis tetapi Lalice tak bisa melakukannya. Ia tak memiliki alasan untuk menangis, bukan?

Yang benar saja Lalice menangis karena Vhiere marah padanya dan memilih mendiaminya seperti ini!

Gerakan singkat yang Vhiere lakukan membuat Lalice segera menutup matanya karena tak ingin tertangkap basah kalau ia tak dapat tidur. Lalice pikir Vhiere hanya merubah posisi tidurnya, ternyata ia salah, lelaki itu melakukan pergerakan untuk bangkit dari pembaringannya lalu hembusan napas hangatnya tiba-tiba terasa menyapu kulit leher Lalice hingga semakin dekat.

Lalice mulai menegang sambil meremat selimutnya semakin erat dan mencoba menahan detak jantungnya yang berdegup tak karuan, sial apa yang akan lelaki itu lakukan?! Apa ia akan mencabuli Lalice?

Pikirannya menjadi tak karuan dan ia jadi berpikir untuk segera bangun untuk memukul wajah lelaki itu hingga babak belur, tetapi urung niatnya saat Vhiere meletakkan dagunya dibahu telanjang Lalice, mengecupnya dengan hangat lalu beralih ke pipi gadis itu. Setelahnya Vhiere segera menarik diri dari Lalice, tak ada apapun yang lelaki itu lakukan selain mencium Lalice.

Lantas Lalice dapat merasakan kalau ranjang bergerak ketika Vhiere turun, pintu berdecit membuka, dan setelah itu tedengar kalau Vhiere menutupnya kembali dengan perlahan agar tak menimbulkan suara. Mata Lalice sontak terbuka dan tubuhnya segera duduk usai kepergian Vhiere. Alisnya menukik dengan pikiran bertanya, kemana kiranya lelaki itu ditengah malam begini?

Sayup-sayup gendang telinganya diisi oleh suara samar dari alat musik piano yang dimainkan dengan lembut, tanpa melihatnya pun Lalice sudah tahu kalau Vhiere yang memainkannya karena di mansion ini hanya ada mereka berdua dan para maid, tidak mungkin para maid berani memainkannya.

Tadinya Lalice tak ingin beranjak, tetapi ia sudah terlanjur penasaran hingga akhirnya tungkai kaki gadis itu memilih mengayun keluar dari kamar usai memasang jubah satinnya.

SchokoladenhausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang