00. Beginning

7.4K 618 118
                                    

Pagi cerah dikediaman keluarga bangsawan dari bangsa Prancis yang tinggal di Belgia kali ini ramai dilingkupi oleh canda tawa bersama dimeja makan yang luas dan besar bak sebuah perayaan.

Keluarga De la Cour, yang memiliki lima orang anak. Empat lelaki dan satu perempuan, menjadikan mereka sangat peduli pada adik bungsu mereka yang teramat manja.

Ramon De la Cour, adalah anak pertama yang sudah menikah sekitar 7 tahun lalu dan memiliki satu orang putra berusia 5 tahun yang diberi nama Darren De la Cour.

Johnny De la Cour, anak kedua yang juga sudah menikah sekitar 5 tahun lalu dan memiliki satu orang putra berusia 3 tahun yang diberi nama Hans De la Cour.

Charles De la Cour, anak ketiga yang memiliki selisih usia lima tahun dengan Ramon. Ia belum menikah tetapi disibukkan dengan pendidikannya.

Christopher De la Cour, anak keempat yang memiliki selisih usia hanya sebelas bulan dengan Charles. Ia adalah anak lelaki terakhir dikeluarga De la Cour, dan kini juga masih menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Jerman.

Lalice De la Cour, anak terakhir sekaligus putri satu-satunya dikeluarga De la Cour yang memiliki perbandingan usia sangat mencolok dari kakak-kakaknya, terlebih pada anak pertama. Lalice berusia 16 tahun yang memiliki selisih usia sekitar 15 tahun dengan Ramon. Dan karena hal itu, kerap kali Ramon maupun Johnny memperlakukan Lalice seperti anak mereka.

Ayah mereka bernama Marco De la Cour, dan Ibu mereka bernama Ann De la Cour yang sayangnya sudah wafat setelah melahirkan Lalice, sehingga Lalice hanya dirawat oleh para pelayan dan kakak-kakak serta Ayahnya.

Kala itu, Lalice yang belum menghabiskan sarapannya bergegas pamit pergi usai mendengar bunyi bel ditekan yang ia yakini kalau itu berasal dari sahabatnya Roseanne. Lalice mengecup pipi semua anggota keluarganya, termasuk kakak iparnya dan berlarian kecil setelahnya.

Gadis beiris perak dengan surai pirang itu tersenyum girang ketika yang berdiri didepan pintu benar-benar sahabatnya, ia segera menarik tangan Roseanne pergi, meninggalkan Mansion yang super duper besar mewah dan megah milik keluarganya. Yang memiliki pekarangan teramat luas.

Bersama seorang supir pribadi Roseanne yang mengantar mereka, kedua gadis pirang itu sudah memiliki rencana jauh-jauh hari untuk berkunjung ke La Chocolaterie Bleecker, salah satu toko cokelat terbaik di Brussels, Belgia. Kedua gadis pirang itu berniat untuk melihat langsung proses pembuatan cokelat-cokelat lezat itu.

Di La Chocolaterie Bleecker tak hanya menjual cokelat, tapi banyak berbagai macam jenis kue dan permen juga disana. Dan lebih menyenangkannya lagi, para pengunjung dapat melihat proses pembuatannya secara langsung didapur mereka.

Bagi pecinta cokelat seperti Lalice dan Roseanne, La Chocolaterie Bleecker bagai sebuah surga cokelat. Dan mereka tak perlu repot-repot untuk menghabiskan waktu liburan ke luar negeri ataupun ke taman hiburan, cukup datang ke toko cokelat saja sudah teramat menyenangkan.

Ketika sampai didepan rumah cokelat itu, mereka langsung disambut hangat oleh pekerja disana yang kompak berseragam putih cokelat.

Aroma cokelat yang khas menguar dan begitu menggiurkan, membuat Lalice hampir meneteskan air liurnya sendiri. Mereka berdua pergi ke dapurnya yang ditemani oleh satu orang pekerjaan disana, bertugas untuk mengawasi para pengunjung agar tak menyentuh yang tak diperbolehkan untuk disentuh.

SchokoladenhausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang