17. Something to Hide

2.1K 289 100
                                    

"Schokoladenhaus"
[Monsieur and Madame]



°°

[17]
~••Something to Hide••~




🍫🍪🍫




Pada akhir pekan tak biasanya Vhiere sibuk pada pekerjaan yang menyita waktunya untuk dihabiskan bersama Lalice, setidaknya ia akan menunda segalanya. Namun kali ini berbeda, pria itu bahkan sudah bangun dipagi buta dengan piyama yang masih menempel seraya sibuk berkutat pada ponsel canggihnya.

Ia melakukan sedikitnya lima panggilan dalam satu jam, dan tak hentinya mengetikkan pesan entah pada siapa itu―dan apa isinya itu. Vhiere bahkan terlihat lebih serius dibandingkan ketika ia berkutat pada bahan cokelat. Ponsel pintar digenggamannya itu membuat Lalice sontak merasa kesal dan jengah karena diabaikan sejak pagi hingga beranjak pada siang. Matahari bahkan sudah berada dipuncaknya.

Ayolah, ini adalah liburan mereka, tapi Lalice tak merasa demikian. Liburan dalam kepala mungil Lalice adalah bersenang-senang dengan menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling menjelajah setiap sudut kota di Negeri Kincir Angin itu, atau paling tidak mereka bisa pergi ke taman dan kedai untuk menikmati makan berdua. Tapi tidak, ini sama saja seperti menginap disebuah hotel untuk urusan pekerjaan.

Lalice berpikir barangkali Vhiere ingin melakukan kegiatan bulan madu dengannya, namun tidak. Pria itu bahkan sama sekali tak menyentuhnya. Mereka hanya tidur diranjang yang sama tanpa melakukan kegiatan ranjang, persis seperti awal menikah. Vhiere hanya akan memberikan kecupan manis dibibir ranum Lalice dikala gadis belia itu mengeluarkan kata andalannya. Seperti kata connard contohnya, sebuah umpatan berbahasa Prancis ketika ia kesal yang berartikan brengsek.

Sungguh, gadis itu terlalu banyak memiliki kata kasar, entah karena pergaulan atau justru dari media sosial yang semakin merusak generasi muda. Lalice padahal tak kurang-kurangnya pendidikan, ia dididik sopan, ramah dan pendiam. Setidaknya begitulah cara keluarga bangsawan mendidik anak-anak mereka.

Mungkin terlalu dimanjakan sejak kanak-kanak hingga remaja membuat karakter Lalice sulit dewasa. Yeah begitulah faktanya, yang sanggup menghadapi Lalice hanya Johnny dan Christopher, dan sekarang ada Vhiere.

Saat ini Vhiere menjual waktunya hanya untuk sebuah benda berlayar datar didepannya, sebuah laptop yang kini ia pakai sebagai ganti ponsel. Lalice berdecak tak senang dan memberengut berjalan menuju pria itu yang kini sedang― merokok? Ah, dahi Lalice dibuat berkerut karena kebingungannya.

Gadis itu datang-datang langsung merebut laptop dipangkuan Vhiere dan menggantinya dengan kepalanya yang kini berbaring dipaha Vhiere, membuat sang pria sedikit terhenyak, tapi hanya selama beberapa detik.

Vhiere segera menghabiskan satu puntung rokok terakhir yang membuat Lalice segera menanyainya. "Kau merokok? Sejak kapan?"

Setengah dari atensinya tersita pada Lalice,  sambil menutup laptopnya. "Aku memang merokok sejak dulu, tapi memang terbilang sangat jarang karena aku hanya akan merokok jika sedang stress saja."

Mendengar penuturan pria itu membuat mata Lalice menyipit, seraya menatap keatas, tepat pada wajah Vhiere yang menunduk. "Artinya kau sedang stress sekarang? Itu sebabnya kau mengabaikan aku sejak tadi malam?" Dengus Lalice sengaja, hingga Vhiere merasa tak enak hati.

Ia kali ini sungguh-sungguh menatap Lalice, memusatkan seluruh atensinya untuk menatap lamat pada wajah cemberut Lalice dengan pipi yang sedikit mengembung.

"Maaf, aku terlalu sibuk dengan urusanku. Aku berjanji setelah aku menyelesaikan semuanya, waktuku hanya ada untukmu." Setidaknya hanya itu kalimat bujukan yang terpikir dalam kepala Vhiere, yang nyaris penuh karena dijejali dengan sesuatu sehingga membuatnya tak mampu berpikir lebih dalam.

SchokoladenhausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang