22. Bad Luck

815 127 120
                                    

"Schokoladenhaus"
[Monsieur & Madame]

°°


[22]
~••Bad Luck••~


🍫🍪🍫




Sialan! Keparat!

Penghinaan macam apa ini?! Lalice jelas tak terima atas dirinya yang terabaikan oleh suaminya, karena terlihat begitu dekat dengan perempuan sialan yang bahkan untuk mengingat wajahnya pun Lalice muak.

Belum lagi kesialan menimpa dirinya hari ini begitu bertubi. Ketika Lalice memutuskan untuk meninggalkan La Chocolaterie Bleecker, menghindari kejaran Vhiere dan Lucas, pegawai sialan itu membuat baju Lalice kotor terkena cokelat dan creme. Tempramennya tak dapat terkontrol.

Vhiere dan Lucas kehilangan jejak. Kedua lelaki itu kehilangan Lalice, hanya dalam beberapa detik lengah dari pengawasan. Tanpa mereka tahu, Lalice kini tengah menghentak-hentakkan kaki menyusuri jalanan yang di selimuti salju tebal.

Menjadi dewasa itu tidak menyenangkan! Pikir Lalice.

Sempat ia terpikir untuk menjadi remaja selamanya, karena kehidupan orang dewasa benar-benar memuakkan. Semuanya terasa sulit di jalani, dan tak ada yang benar-benar mengerti perasaannya. Terlebih lagi jika sudah terikat dalam sebuah hubungan pernikahan, semua rasa harus ia jalani yang sialnya berat semuanya bagi Lalice.

Ia rindu dirinya yang bebas dan selalu di manja. Ia rindu dirinya yang masih lugu akan cinta. Lalice ingin kehidupan itu kembali lagi, dimana dirinya tak pernah merasakan sakit hati karena cinta. Lalice merindukan dirinya yang sakit hati karena di larang melakukan sesuatu, bukan sakit hati karena suaminya bersama perempuan lain.

"Hoer, onbeschaemd vercke, teef, kochelaresse!"

Di kesibukan Lalice dengan erangan frustasinya, seorang wanita paruh baya bertubuh tambun sedang mengumpat nyaring yang cukup memekak di telinganya. Padahal jarak antara ia dengan wanita itu sekitar 50 meter lagi. Tapi umpatan berbahasa Belanda itu membuatnya terusik.

Wajah Lalice memberengut, ia mendelik nyalang ketika langkahnya membawa ia semakin mendekat dengan bistro dengan arsitektur bangunan kuno berdinding bebatuan tua.

"Christabel wanita jalang! Kau akan menerima ganjarannya karena berhenti bekerja di tempatku tanpa surat pengunduran diri!" Wanita tambun itu masih memaki. Agaknya amarahnya begitu memuncak setelah ia coba menghubungi seseorang namun nihil hasilnya.

Itu yang Lalice simpulkan.

Sejujurnya tak ingin peduli dan tak mau menguping juga, tapi wanita tambun itu berteriak lantang di pinggir jalan, bagaimana Lalice bisa tak mendengarnya?

Kacau! Harinya sungguh kacau dan sekarang malah di recoki dengan umpatan wanita paruh baya pemilik bistro tua.

Ketika Lalice semakin dekat ingin melintasi jalanan itu, si pemilik bistro menoleh. Matanya memicing sembari menelisik penampilan Lalice, yang spontan di balas olehnya dengan delikan tajam. Namun tak sampai beberapa detik, lengan gadis itu langsung di tarik kasar oleh wanita tambun pemilik bistro.

Lalice menyentak kasar tetapi lengannya di tarik lebih kuat oleh wanita itu, yang memaksanya masuk ke bagian dalam. Tatapan tajam mereka saling beradu, Lalice manatapnya dengan wajah arogan dan berdiri pongah bersedekap dada.

"Jalang kecil! Kau sudah membuatku hampir mencekik semua pelayanku karena kau tak kunjung tiba!" Orang itu menghardik Lalice, yang saat ini tengah luar biasa kebingungan. Lalice hanya bisa menganga tak mengerti.

SchokoladenhausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang