12. Lose Faith

2K 304 48
                                    

"Schokoladenhaus"
[Monsieur and Madame]


°°

[12]
~••Lose Faith••~




🍫🍪🍫




Kringgg~



Sebuah lonceng ditoko cokelatnya berbunyi begitu seseorang mendorong pintunya, penasaran atau tidak, sifat alami manusia secara spontan menoleh pada siapa yang datang. Sang pemilik toko pun memperbaiki mantelnya dan membenarkan posisi syalnya, lelaki itu sedikit menjauh dari sana untuk mempermudah sang pelanggan memilih apa yang ingin ia beli.

Tanpa Vhiere memberi perintah pun para karyawan yang bekerja ditokonya sudah terdidik untuk melayani pelanggan dengan baik, Vhiere selalu berdiri memantau dari kejauhan, kedua tangannya tenggelam kedalam saku mantel.

Kira-kira sekitar lima menit, Vhiere langsung beranjak dari posisinya dan bergegas untuk melakukan sesuatu. Beberapa menit setelahnya, lelaki itu keluar dari toko dan melajukan kemudinya ke suatu tempat.

Jarak tempuh yang tak terlalu jauh tak membutuhkan waktu lama untuk ia sampai, setibanya ditempat tujuan, Vhiere pun bergegas turun dan mengetuk pintu besar didepan sana. Beberapa detik tak ada sahutan, sampai akhirnya pintu terbuka yang menampilkan presensi seorang maid dengan seragam hitam putih khas para pelayan.

Maid itu membungkuk hormat, dan ia nyaris tersentak ketika Vhiere langsung mencecar dirinya dengan pertanyaan. "Dimana istriku?"

Mendengar ada suara lain didepan pintu, sang tuan rumah pun segera menghampiri. Beliau tersenyum hangat menyambut kedatangan sang menantu, Vhiere tentu saja balas tersenyum dengan sopan.

"Sebelumnya aku minta maaf Dad, kedatanganku kemari hanya ingin menjemput Lalice."

Bukan! Bukannya Marco bodoh atau tuli, beliau hanya tak mengerti mengapa Vhiere bersikap seolah ia tak tahu keberadaan Lalice saat ini. Hingga wajah berkeriput itu pun nampak bingung.

"Kau lupa kalau Lalice sudah memasuki asrama sepekan yang lalu?" Begitulah kiranya pertanyaan yang mencuat dari belah bibir Marco, nada suaranya terdengar seperti orang kebingungan.

Vhiere yang tak tahu apa-apapun sontak terkejut mendengarnya, matanya membulat layaknya orang yang tengah terkejut. "Apa hari ini ada jadwal kunjungan?"

Sayangnya Marco menggelengi dengan cepat. "Kunjungannya hanya dilakukan setiap sebulan sekali." Ujar Marco apa adanya, yang membuat Vhiere sedih.

Lelaki itu tersenyum terpaksa yang ia tunjukkan pada Marco, agar ia terlihat baik-baik saja. Vhiere kemudian pamit pergi tanpa memasuki mansion itu terlebih dahulu, meninggalkan rasa kecewa yang membekas.

Ia pikir memberi sedikit waktu sendiri untuk Lalice, dapat membuat gadis itu menjadi lebih baik, dan mungkin dengan tak ada dirinya sementara waktu dapat mengembalikan suasana hati Lalice. Ternyata ia tak tahu kalau Lalice memasuki asrama tanpa berpamitan dengannya.

Tanpa memberi kabar selama beberapa pekan, dan Vhiere terlampau bodoh karena tak memiliki inisatif untuk menghubungi Lalice. Padahal tepat hari ini, Vhiere sangat ingin bertemu dengan Lalice karena ia sudah berada diujung rasa rindu, namun ia dijatuhkan oleh harapan dan pergi tanpa membawa apapun untuk kembali.




~•●•~



Berlatih diruang musik seorang diri dimalam hari membuat Lalice lebih mudah berkonsentrasi, karena dapat dipastikan kalau penghuni asrama sedang beristirahat setelah jam absen. Ia berhasil mencapai pada nada tertinggi namun rupanya Lalice salah melakukan teknik pernapasan sehingga suaranya terputus tepat ketika ia menaikkan satu oktaf suaranya, Lalice terbatuk kecil.

SchokoladenhausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang