Meninggalkan rumah sepagi ini adalah cara Jimin untuk menghindari perasaan yang menyiksa batinnya.
Tanpa sarapan dan sapaan untuk sang suami.
Jimin hanya ingin segera keluar dari apartemen, itu saja.Jimin mulai menginjak pedal gas dan mobil sedan hitam itu pun melaju. Perlahan keluar dari area parkir apartemen dan membaur dengan kendaraan yang lain di jalanan seoul.
Tangannya terulur untuk memutar tombol yang ada di dashboard "sedikit musik di pagi hari akan lebih baik" ucapnya. Tak lama alunan musik mulai terdengar di dalam mobil sang dokter.
.
.
.
"Dengan musik semua terasa cepat" monolognya ketika laju mobilnya ia hentikan di area parkir Rumah sakit.
Setelah merapikan kemeja nya Jimin menarik kaca yang ada di atas kepalanya. Ia tersenyum mendapati wajahnya yang manis di sana.
Jimin meraih tas hitamnya yang ada di jok sebelah.
Lalu turun dari mobilnya."Pagi dok," sapaan hangat seorang perawat untuk sang dokter.
"Pagi.." jawabnya ramah.
Jimin pun berjalan meninggalkan tempat parkir dan menuju ruangannya.
Bertemu beberapa pasien ketika di koridor Jimin pun menyapa mereka dengan hangat.
Hampir semua pasien di rumah sakit ini mengenal baik sosok Park Jimin.
Sosoknya yang baik, ramah, lembut dan manis membuat siapapun yang mengenalnya akan langsung jatuh hati.Tapi itu tidak berlaku dengan suaminya.
Pria tampan yang sangat Jimin cintai itu.
Pria yang tadi pagi membuat Jimin meneteskan air mata karena melihat suaminya bercumbu dengan kekasihnya di dapur dalam apartemen mereka. Itu bukan yang pertama kali namun dada Jimin masih saja sakit melihatnya. Bahkan lebih sakit setelah sekian lama.Langkah kaki dengan pantofel hitam itu berhenti ketika sampai di depan pintu ruangannya.
Jimin menarik knop pintu lalu masuk, kemudian duduk di kursi kebesarannya. Menyandarkan bahunya di sana, memejamkan matanya yang terasa lelah."Pagi dok"
suara seseorang membuat Jimin membuka matanya.
"Pagi.., hyung" jawab Jimin dengan senyum manis saat wajah Hoseok yang muncul dari balik pintu. namun Hoseok tahu itu senyum palsu. Bias kegetiran dari relung hati Jimin yang paling dalam.
"Ini di Rumah sakit dok jika anda lupa, panggil saya perawat Hoseok. Dan jangan berikan saya senyuman palsu seperti itu" Hoseok teramat paham dengan keadaan Jimin.
Jimin terkekeh "baik perawat Hoseok" ledeknya pada pria yang setia menemani dokter Jimin semenjak satu tahun terakhir ini.
Hoseok adalah perawat yang di tugaskan untuk membantu dokter Jimin yang kemudian menjadi sahabat Jimin."Bagaimana keadaan pasien ruang 230 ?"
"Aku sudah memeriksanya satu jam yang lalu dok, dia baik"
Jimin manggut-manggut mendengar jawaban Hoseok.
"Syukur lah, kemarin keadaannya sangat mengkhawatirkan" ucapnya kemudian."Dok, mau minum kopi atau teh ?" Tanya Hoseok.
"Soju" jawab Jimin, Yang membuat Hoseok mendelik.
"Yak.. Jimin-ssi"
Jimin terkekeh geli "bercanda hyung, buatkan aku kopi."
Hoseok bergumam kemudian berjalan meninggalkan Jimin.
"Gumawo hyung"
Hoseok hanya melambaikan tangannya sebelum menghilang di balik pintu.
Jimin melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
Bibir manisnya mengulas senyum, "masih ada setengah jam lagi untuk minum kopi" monolognya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr JIMIN kookmin [END]
FanfictionWarning ⚠️🔞21+ BxB KookMin area Park Jimin adalah seorang dokter spesialis Adiksi. pekerjaan menuntutnya untuk selalu ceria, tegar dan kuat. meski dalam diri seorang Park Jimin sangatlah rapuh. 🏅 #7 penggemar 24-4-2022