part#15

4K 339 44
                                    

~~ jangan lupa vote 😘

~~ Happy reading 💜












                                      🐰💜🐥





Dada Jimin terasa sesak, sulit bernafas. Badanya pun susah ia gerakkan karena tangan berotot melingkar erat di atas dadanya. Jimin menoleh ke kiri lalu memiringkan badanya menghadap pria yang sedang memeluknya.

Hati Jimin menghangat, desiran menggelitik geli di dalam dadanya. Jungkook terlihat sangat tampan. Memori kegiatan panas mereka semalam berputar lancar di otaknya. Jimin tersenyum dalam hati hingga lolos melalui bibir tebalnya. Melengkung indah di ke dua sisinya. rahang tegas Jungkook di sentuh nya perlahan. Rambutnya yang panjang menjuntai menutupi dahi hingga mata Jungkook, Jimin singkirkan.

'Kenapa... kau membuatku merasa nyaman. Setiap sentuhanmu membuat ku ingin kau sentuh lagi Jung'

Itulah yang Jimin rasakan semenjak pertama kali Jungkook menyentuhnya. Bohong jika Jimin tidak merasakan nyaman bersama Jungkook.
Bohong jika sentuhan Jungkook tidak membuat hati Jimin bergetar.
Jimin mengakui, sikap Jungkook yang begitu memuja dirinya membuatnya melayang bahagia.

"Andai kita bertemu lebih dulu, sebelum..." Jimin menyudahi bisikannya.

Ia mengecup bibir Jungkook, singkat.

"Terima kasih Jung sudah membuatku menjadi berharga"

Jimin menyibak selimut yang menggulung tubuh polos mereka. Melepaskan diri dari hangatnya kain tebal itu, merapikan lagi agar menutup tubuh prianya. Bergerak perlahan menuruni ranjang lalu pergi ke kamar mandi. Jimin membersihkan diri.

.

.

.

Jimin mengawali pagi dengan membuat teh hangat untuk Jungkook. Setelah Jimin selesai mandi tadi, Jungkook masih terlelap di atas kasurnya yang empuk dan selimut yang menggulung nya hangat.

Cangkir kecil berwarna putih yang berisi teh hijau, mengepul asap putih di atasnya. Jimin membawa sajian itu ke kamar Jungkook. Berharap pria itu menyukainya karena itu yang ada di rak gantung di dapur, lalu Jimin membuatnya. Sepenuh hati.

Di letakkan cangkir tersebut di atas nakas, Jimin duduk di sisi ranjang. Menyibak perlahan selimut tebal yang menggulung tubuh atletis pria yang semalam memberikannya kehangatan dunia. Hingga sebatas dada bidang yang penuh otot.

Jimin mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Jungkook, lembut. Jemari mungil itu selalu membuat nyaman siapapun yang ia sentuh.
Jungkook semakin nyaman, gumaman kecil lolos dari bilah tipisnya.

"Jungkookie, bangun"

Jungkook hanya menggeliat perlahan lalu kembali nyaman dan mendengkur. Membuat Jimin tersenyum tipis.

"Jungkookie bangun lah" usik Jimin lagi.

Jungkook mulai terusik, berusaha membuka mata mencari tahu siapa yang mengusiknya dengan suara lembut menusuk telinga. Jungkook mengerjap tidak percaya, senyum manis Jimin menyambutnya yang masih berusaha mengumpulkan nyawa.

"Ughh"

"Bangun, aku membuat teh untukmu"

Jungkook sadar, pria manis yang selama ini ia idamkan. Dokter Jimin yang mengusiknya, dokter Jimin yang semalam mendesahkan namanya.
Perlahan Jungkook bangun lalu menyandarkan punggung nya di headboard. Kedua tangannya terangkat lalu menyugar rambutnya ke belakang, membuat otot di lengan memberontak sexy.

Dr JIMIN kookmin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang