Day 4

318 39 8
                                    

"Baiklah, untuk merayakan bertahannya Kim Jisoo sebagai direktur, mari kita bersulang." Ucap Ayah untuk mengawali pagi yang cerah ini dengan mengundangku dan Sehun sarapan bersama.

TING!!

Gelas-gelas berdentingan dengan seperempat anggur, kemudian meminumnya bersama. Kecuali pria disampingku ini. Ia lebih memilih minum jus jeruk daripada anggur karena alasan menyetir.

"Sehun, cobalah satu teguk anggur saja. Itu tidak akan memabukkan." Ujar bibiku dengan bibirnya yang tipis.

Aku menatap Sehun yang mudah sekali menyunggingkan senyum. "Jwesonghamnida. Saya benar-benar tidak bisa." Sehun beralih menatap Ayah. "Ayah, maaf. Bukannya saya tidak menghargai acara pagi ini. Tapi berkendara dibawah kendali alkohol itu melanggar hukum. Saya juga berencana untuk ke Jeju siang ini."

Ayah mengangguk. "Aku mengerti. Tidak masalah. Tentu kau tidak boleh minum saat berkendara. Itu akan membahayakanmu dan istrimu."

Ayah melirikku yang sedari tadi berwajah masam. Aku seketika tersenyum kecut. "Ya benar. Biarkan suamiku ini menikmati jusnya. Dan terima kasih Ayah telah berkontribusi banyak dalam hidupku."

Sehun merangkulku. Mungkin ia tahu aku akan emosi. Namun aku segera melepaskan tangannya.

"Sudah-sudah. Mari kita sarapan." Lerai Ibu.

Kami sarapan bersama dengan tenang dan nikmat, kecuali aku yang benar-benar tidak betah dengan situasi ini.

****

Kami berjalan melewati taman depan rumah saat akan menuju mobil. Kami berjalan beriringan dengan diam tanpa sepatah kata yang memecah keheningan ini. Sampai akhirnya Sehun menahan tanganku dan aku berhenti, lalu menatapnya.

"Aku akan mengantarmu." Ucapnya.

"Tidak perlu." Aku melepaskan tangannya dan bersidekap dada. "Bukankah kau akan ke Jeju? Kau pergi saja, itu akan lebih baik untuk usahamu. Lagipula hari ini aku ada janji dengan seseorang. Jadi kau jangan menggangguku."

Sehun tersenyum remeh. "Kau kira hanya dirimu yang mempunyai janji?"

Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Apa Sehun juga mempunyai janji dengan seseorang? Jika itu wanita, bukankah lebih bagus agar aku cepat-cepat bercerai dengannya?

"Kau juga mempunyai janji?" Tanyaku.

Sehun mengangguk. Aku mendekat padanya karena turut senang, berharap pria itu memiliki seorang kekasih.

"Dengan wanita?" Tanyaku antusias.

"Pria." Jawab Sehun dengan tengilnya kemudian meninggalkanku.

Seketika moodku hancur karena kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Aku memejamkan mataku sejenak. "Aku benar-benar ingin membunuhmu Oh Sehun!"

"Bunuh saja jika kau bisa!" Sahut pria itu setengah berteriak.

****

Sehun menghentikan mobil di depan tempat janjianku dengan Saebom. Dia mengamati cafe sekaligus bar yang hendak aku masuki itu.

"Cafe n Bar?" Sehun menatapku dengan tatapan bertanya.

Aku mengangguk sambil membereskan penampilanku sebelum turun. "Gomawo. Ah! Semoga perjalananmu menyenangkan."

Aku menutup pintu mobil kemudian masuk ke dalam cafe untuk memenuhi janji dengan Saebom. Sedangkan Sehun? Aku tidak mempedulikannya.

"Jisoo-ssi!"

Aku menoleh ke sumber suara dan menemukan Saebom sedang melambaikan tangannya padaku. Saebom tersenyum saat aku menghampirinya. Dia benar-benar seperti malaikat. Wajah tampannya sangat menawan hingga aku tak bisa lepas dari pandangannya.

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang