Who is He?

495 49 9
                                    

Aku berdiri di depan balkon kamar sambil menikmati pemandangan taman kecil yang ada di samping villa. Kemudian tersenyum simpul mengingat kejadian tadi malam. Ya, aku tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku. Begitupun Sehun, pria itu selalu menyunggingkan senyum manis untukku. Aku mengakui kalau Sehun terlihat tampan semalam.

Seketika aku langsung memegangi pipiku yang memanas. Aku yakin sekarang wajahku memerah. Oh Ya Tuhan. Aku menarik napas dan berdehem untuk menetralkan raut wajahku yang blushing.

"Jisoo,"

"Hm?" Aku menoleh. Tiba-tiba...

Ckrek!!

Sehun memotretku menggunakan ponselnya.

Sehun memotretku menggunakan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yeppeuda." Gumam pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu sambil melihat hasil fotonya.

"Kupikir aku mempunyai penggemar sekarang." Sindirku, kemudian menghampiri suamiku yang tersenyum padaku.

"Hm... Aku memang penggemarmu, bahkan yang pertama." Ungkapnya yang membuatku tertawa. Lalu Sehun memperlihatkan fotoku yang dia ambil secara candid.

"Daebak! Sepertinya kau berbakat dalam fotografi." Pujiku karena hasil fotonya sangat bagus dan aku menyukainya.

Sehun terkekeh. "Bukan aku yang berbakat, tapi kau yang cantik."

Aku mengulas senyum kepadanya, bisa-bisanya dia menggodaku. "Kirimkan foto itu padaku."

"Aku tidak akan mengirimkannya."

"Wae?" Tanyaku terkejut sambil mengedipkan mata berkali-kali.

"Pakaianmu cukup terbuka dan aku tidak suka."

Aku menatap diriku sendiri, memang sedikit terbuka di bagian punggung. Tapi aku suka dengan pakaian ini. "Bukankah kita akan ke Seoul hari ini? Tentu saja aku memakai pakaian yang bagus. Biasanya pakaianku juga seperti ini kan?" Tanyaku.

Sehun memakaikan jasnya kepadaku. "Tapi tidak mulai sekarang."

"Kenapa?"

"Karena kau milikku. Aku tidak suka jika milikku dilirik orang lain." Kemudian Sehun merapikan rambutku.

Aku benar-benar salah tingkah dengan apa yang baru saja kudengar, serta perlakuannya. Sehun mulai protektif kepadaku.

"Lalu bagaimana denganmu?" Tanyaku kemudian.

Seketika Sehun menatapku dengan tatapan bertanya. "Aku? Kenapa?"

"Apakah kau bisa membatasi bertukar pesan dengan Irene? Aku tidak suka orang lain mengganggu milikku." Aku membalik pertanyaannya.

Sehun tertegun sejenak, kemudian mengusap puncak kepalaku. "Baiklah. Maafkan aku, aku tidak tahu jika kau cemburu selama ini."

"Ya aku__" Bicaraku tertahan sejenak karena menyadari sesuatu. "Aniya! Mana mungkin aku cemburu? Jangan sembarangan." Aku segera pergi dari hadapan Sehun, memasukkan ponsel ke dalam tas.

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang