Day 15

323 38 7
                                    

Hari ke-15.

Tak terasa aku sudah setengah bulan menjadi istri si petani bunga alias Sehun. Selama ini, sudah banyak sekali masalah yang menimpa dan aku bersyukur bisa melewatinya.

Hari ini aku sedang menunggu pesanan penghangat ruangan yang Jinhyun janjikan. Aku sengaja tidak masuk hari ini untuk mengambil cuti karena sudah bekerja lembur seminggu ini.

Sudah sekitar 30 menit aku mondar-mandir di ruang tamu sambil membawa ponsel. Namun Jinhyun tak kunjung memberi kabar padaku. Katanya sebentar lagi akan sampai. Aku menghela napas lelah.

Beberapa detik kemudian bel pintu pun berbunyi. Aku cepat-cepat membukanya dan benar saja Jinhyun datang bersama 2 orang lainnya membawa penghangat ruangan yang kupesan.

"Maaf Nona, jalanan sedikit macet." Ujar Jinhyun dengan cengiran tak berdosa.

"Hm. Tidak apa. Silahkan bawa masuk dan pasangkan sekalian." Titahku dan langsung mengantar mereka masuk ke dalam kamarku.

Hanya butuh beberapa menit untuk mereka melepas dan memasang kembali alat yang baru. Kemudian mereka mengeceknya dan memang benar alat itu rusak karena sudah lama dan banyak sekali debu yang menyumbat didalamnya.

"Sudah selesai?" Tanyaku sambil melihat penghangat ruanganku yang baru.

"Sudah Nona." Jawab salah satu petugas bongkar pasang itu.

Aku mengangguk. "Kamsahamnida."

"Kalau begitu kami permisi." Ujar keduanya kemudian undur diri untuk kembali ke tempat kerjanya.

"Saya juga permisi Nona Kim."

"Jinhyun." Aku segera menghentikan Jinhyun yang hendak kabur. Pria itu kembali menghadapku dengan salah tingkah. "Kau menyadari kesalahanmu?"

Pria muda itu segera membungkuk. "Maafkan saya Nona Kim. Saya memang lupa memesan penghangat ruangan untuk Anda."

Aku bersidekap dada. Namun saat hendak memarahinya, Sehun datang. Pria itu masuk ke dalam kamarku dengan wajah penuh tanya.

"Ada apa ini?"

Jinhyun segera menegakkan tubuhnya dan bersembunyi dibelakang Sehun. "Maafkan saya Tuan Oh. Saya benar-benar lupa memesankan penghangat ruangan untuk Nona Kim. Jangan potong gajiku, Nona Kim." Ujar Jinhyun ketakutan.

"Jisoo, maafkanlah Jinhyun. Dia tidak sengaja melupakannya." Sehun tidak membantuku tapi malah membantu Jinhyun. Sekretarisku ini memang pengadu.

"Jinhyun kau__"

"Jisoo..." Panggil Sehun dengan lembut. Pria itu membuatku menahan emosi yang hendak aku luapkan.

Aku tidak jadi memarahi Jinhyun dan hanya helaan napas kasar yang meluncur dari mulutku. "Pergilah. Sebagai gantinya kau kerja lembur hari ini."

Jinhyun keluar dari persembunyiannya dan mengangguk cepat. "Ne, algeseumnida."

Setelah Jinhyun keluar dan balik ke perusahaan, Sehun menghampiriku yang masih menekuk wajah. "Jangan marah."

Aku menghela napas dan melenggang pergi menuju kulkas untuk mengambil air dingin. Usai menuangnya digelas aku langsung meminumnya sambil berjalan dan duduk di sofa ruang tamu.

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang