Day 0

819 64 11
                                    

"Kisseu! Kisseu! Kisseu! Kisseu!"

Begitulah para tamu undangan ketika meneriakiku dan Oh Sehun setelah kami mengucap janji pernikahan. Semua keluarga tampak bahagia ditengah kegugupan dan kepanikanku. Kulihat orang tuaku dan orang tua Sehun melihat kami dengan tatapan yang penuh haru.

Lalu bagaimana denganku? Aku hanya menerima nasib dengan pria didepanku ini yang sudah menjadi suamiku. Seorang petani bunga dari Jeju yang tidak aku sukai.

"Kisseu! Kisseu! Kisseu!"

"Kim Jisoo! Oh Sehun! Kajja!" Itu adalah teriakan bibiku yang merupakan adik dari ayahku, Kim Jin Ree. Dia memang orang yang sangat berisik dan paling heboh.

Aku menatap Sehun dengan gugup. Pria itu mulai menggenggam kedua tanganku dan mendekatiku. Kutatap matanya yang teduh dengan perasaan panik. Aku takut jika Sehun akan berani menciumku didepan semua tamu undangan dan juga keluargaku. Memang itu harus dilakukan sebagai suami istri setelah mengucap janji pernikahan, tapi aku tidak mau karena aku tidak mencintainya. Pernikahan kami hanya paksaan belaka.

"Jika kau benar-benar menciumku, aku akan membunuhmu!" Bisikku padanya saat wajah kami hampir bertabrakan. Tapi Sehun tak meresponku, ia hanya menatapku dalam diam mengamati seluruh wajahku.

Tangan Sehun sengaja memegang kedua pipiku sedangkan tanganku meremat jas yang ia kenakan. Sehun mulai memiringkan wajahnya, sementara jantungku sangat berdebar keras. Aku memejamkan mata saat Sehun mendekatiku. Lalu kudengar sorak-sorak dari semua tamu yang hadir dan tepuk tangan yang sangat meriah. Namun anehnya, aku tak merasakan apapun.

Saat aku membuka mata, aku terpaku pada manik mata Sehun yang menatapku. Dia tidak menciumku. Dia sengaja menutupi bibir kami yang tidak menempel dengan tangannya. Beberapa detik kemudian Sehun menjauhkan badannya dan kami saling menghadap para tamu undangan dengan senyuman.

Aku bisa bernapas lega untuk itu. Sehun ternyata menuruti ucapanku. Ayah dan ibuku bergandengan bersama melihatku dan Sehun berada di pelaminan. Disebelahnya ada kedua orang tua Oh Sehun yang juga turut bahagia.

Kulihat pria disampingku menyunggingkan senyum yang manis. Sedangkan aku hanya mengulas senyum sangat tipis. Ya, karena aku tidak ingin menikah dari awal. Apalagi Sehun adalah seorang petani bunga. Dia sangat tidak sepadan denganku. Aku juga muak dengannya karena dia tidak mau menolak pernikahan ini.

Selanjutnya, aku dan Sehun melakukan foto bersama. Setelah kami melakukan foto dengan keluarga dan para tamu, kami segera melanjutkan sesi foto berdua. Walaupun kami terlihat sangat serasi dengan pakaian yang senada dan berpose romantis, tapi semua itu palsu.

****

"Hufftt~!!!" Aku merebahkan tubuhku di ranjang dan menghela napas lega setelah seharian lelah dengan serangkaian acara pernikahan. Aku sudah ganti pakaian dan menghapus make up. Aku cepat-cepat kembali ke kamar hotel sedangkan Sehun dan yang lain masih mengobrol dengan para tamu meskipun acaranya sudah selesai.

Drrtt! Drrtt!

Belum sempat lima detik aku terpejam, suara getaran ponsel memaksaku membuka mata kembali dan segera bangun untuk mengambilnya di atas nakas. Tepat setelah aku membuka layar, terdapat banyak sekali notif dari teman-teman yang menanyaiku tentang pernikahan yang mendadak ini. Sebenarnya aku sengaja merahasiakan ini dari mereka karena latar belakang Sehun yang seorang...

"Omo! Ige mwoya? Kenapa mereka bisa tahu Sehun adalah petani bunga?!" Aku benar-benar terkejut saat membuka pesan dari Park Chaeyoung, Kim Jenny, dan juga Lisa, teman-teman hangoutku.

Kemudian aku mengecek akun media sosialku dan saat di beranda ternyata bibiku mengupload fotoku dan Sehun saat berciuman. Pantas saja mereka tahu jika aku menikah dengan tukang bunga. Pasti mereka stalking akun milik Sehun karena bibiku menandaiku dan juga pria itu. Sial!

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang