Day 6

287 41 16
                                    

Aku terbangun di tengah malam, setelah minum obat yang ibu berikan padaku. Aku mengambil ponsel, melihat jam yang tertera. Masih jam 2 dini hari. Setelah meletakkannya kembali, aku melihat Sehun yang masih sibuk dengan laptopnya.

Sehun terlihat sibuk sekali hingga mengeluarkan beberapa data yang telah ia cetak. Tapi aku tak mau tahu apa yang ia kerjakan. Rasa haus yang aku rasakan lebih penting sekarang. Aku turun dari kasur dan berjalan hendak keluar kamar. Namun saat aku membuka pintu...

"Jisoo? Kau bangun?"

Suara Sehun membuatku berhenti dan berbalik menatapnya. Dia menghentikan pekerjaannya dan menghampiriku.

"Aku haus." Ucapku sekilas, lalu meninggalkannya menuju dapur.

Sampai di depan kulkas aku mengurungkan niat untuk membukanya. Ingatan tentang bulan madu di Pulau Nami itu kembali datang. Bagaimana bisa Ibu memikirkan hal itu? Memberikan cucu? Itu sangat konyol!

Kruk~

Aku menatap perutku yang tiba-tiba berbunyi. Aishh.. merepotkan! Aku akhirnya membuka kulkas dan menemukan jus jambu disana. Mungkin satu gelas bisa mengganjal lapar. Aku mengambil jus itu dan menuangkannya kedalam gelas, lalu meminumnya. Tapi tetap saja masih lapar. Di rumah masa kecilku ini, kalau sudah jam makan malam, tidak akan ada makanan lagi. Lalu apa yang harus aku makan?

Ramyeon? Ibu masih menyimpan ramyeon tidak ya? Aku membuka lemari atas dan tidak menemukannya. Kini, beralih ke lemari bawah yang lebih besar. Dan ya, aku menemukannya!

Ada berbagai macam ramyeon yang ditaruh dipojok belakang. Mengambilnya saja sampai-sampai kepalaku harus masuk agar tanganku bisa menggapainya.

"Apa yang kau lakukan?"

DUKK!!

"Aww!!" Suara mengagetkan si petani bunga itu membuatku terkejut hingga kepalaku terbentur.

"Jisoo, kau baik-baik saja? Aishh kenapa malam-malam kau masuk ke dalam lemari?" Sehun mengusap kepalaku. Kini aku duduk di lantai dan menatapnya sejenak.

"K-kenapa kau mengagetkanku?!" Tanyaku yang tiba-tiba tergagap. Aku pun heran sendiri.

"Maafkan aku." Sehun terlihat menyesalinya. Tangannya masih mengusap kepalaku. "Masih sakit tidak?"

Aku menepis tangannya, lalu berdiri sambil membawa ramyeon yang berhasil aku ambil. Saat aku membukanya, tiba-tiba...

"Biar aku yang memasakkannya untukmu." Sehun mengambil alih semuanya.

"Tidak usah." Tolakku.

"Apa kau tahu caranya menghidupkan kompor?"

Kompor? Aku bahkan tidak pernah menyentuh alat-alat seperti itu.

"Ta...hu__ maksudku, aku bisa memasaknya dengan microwave." Elakku yang sebenarnya tidak tahu cara menghidupkan kompor :')

"Kembalilah ke kamar. Aku akan membawakannya untukmu." Ucap Sehun sambil menuang air kedalam panci. Aku menatapnya sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah. Jangan lupa tambahkan kimchi." Kalau Sehun memaksa, kenapa tidak? Iya kan? Aku juga tidak menyuruhnya, dia yang menawarkan diri.

Akhirnya aku kembali menuju kamar. Saat melewati ruang tengah, aku melihat Ibu keluar dari kamar.

"Jisoo?" Sapanya.

"Ibu? Kenapa tidak tidur?" Aku menghampiri Ibu yang baru saja menutup pintu kamar.

"Ibu ingin mengambilkan Ayah minum." Ujarnya. Aku hanya mengangguk paham.

"Bisakah kita bicara sebentar?" Tanya Ibu yang langsung menarikku disalah satu sudut ruangan. Aku hanya mengernyitkan dahi, apa yang ingin Ibu bicarakan?

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang