Day 24

338 38 14
                                    

Aku terbangun ketika mendengar suara burung berkicauan di pagi hari. Saat berusaha duduk tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit hingga aku mendesis pelan. Sepertinya ini karena semalam kebanyakan minum.

"Kau sudah bangun?" Suara Sehun itu membuatku terkejut dan menatapnya. Dia datang membawa senampan bubur dan obat. Lalu pria itu duduk di sisi ranjangku dengan senyum yang biasa ia sunggingkan.

"Kau tidak bekerja?" Tanyaku.

"Tidak." Ucapnya yang penuh kecurigaan. Kemungkinan Sehun berbohong padaku.

Aku menyelipkan rambut ke belakang telinga. Beberapa menit kemudian tersadar jika aku tidur di kamar Sehun.

"Ya!" Seketika aku panik. "Kenapa aku bisa ada di kamarmu?" Aku menyilangkan kedua tanganku dan sedikit menjauh darinya. "Apa kau mengambil kesempatan saat aku mabuk?"

Sehun tersenyum kecil saat aku menuduhnya. Lalu dia medekat padaku. "Sepertinya salah pahammu sangat dalam padaku. Kau sudah beberapa kali bersikap seperti ini. Kau pikir aku akan menyentuhmu dengan keadaanmu yang mabuk? Apa aku terlihat seperti orang yang tidak menjaga kehormatan istrinya? Jika aku melakukannya pun tidak akan berdosa. Bukankah kita telah menikah?"

Mataku membulat. "Kau__"

"Sudah, jangan bicara lagi. Minum obat ini agar rasa pengarmu hilang. Setelah membaik makan buburnya." Sehun memotong ucapanku dengan menyodorkan obat dan segelas air putih.

Aku menghela napas. Sepertinya Sehun memang tidak berbuat apa-apa padaku. Akhirnya aku mengambil obat yang diberikannya kemudian meminumnya.

"Kim Jisoo!"

Tiba-tiba terdengar suara Bibi Jin Ree dari luar kamar. "Bibi?" Gumamku. Dia memang seperti itu. Datang dan masuk seenaknya tanpa memberitahuku lebih dulu. Aku sudah terbiasa dengan hal itu.

"Jisoo-ya, kau dimana?! Oh Sehun?!"

"Aku akan menemuinya."

"Jangan! Cepat naik!" Aku segera menarik Sehun ke atas ranjang dan memakaikannya selimut. Nampak wajah pria itu yang kebingungan dengan apa yang aku lakukan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya.

"Pinjamkan tangan dan tubuhmu sebentar." Ucapku sambil menarik tangannya agar memelukku. Aku juga terpaksa memeluknya yang tak disangka tubuhnya sangat kekar.

"Jisoo, kau__"

"Pejamkan matamu. Aku sedang tidak ingin bertemu Bibi." Jelasku sambil memejamkan mata. Dalam hatiku aku pasti sudah gila.

Klek!

"Kim Ji...soo?" Bibi berhasil menemukanku. Namun ucapannya terhenti saat melihatku dengan Sehun sedang tidur bersama. "Aigoo... Aku memang datang diwaktu yang salah. Tak disangka waktu berlalu begitu cepat. Keponakanku sudah dewasa. Baiklah, Bibi tidak akan mengganggu kalian."

Blam!

Pintu kembali tertutup. Aku segera membuka mata dan mengamati keadaan sekitar. Sudah aman. Aku menghela napas lega karena Bibi sudah pergi. Kemudian aku menatap Sehun yang ternyata masih memejamkan matanya.

"Ya! Bangunlah, Bibi sudah pergi." Aku menggoyangkan lengannya.

"Sudah pergi?" Sehun melihat ke arah pintu. Kemudian turut menghela napas.

Kami berdua akhirnya bangun secara bersamaan dan ketika Sehun hendak melewatiku, kakinya tergelincir hingga hampir jatuh menimpaku. Namun pria itu berhasil menahan dengan tangannya.

Alhasil posisi Sehun berada diatasku dengan jarak beberapa centi saja. Aku menelan ludah saat Sehun terpaku menatapku. Tanganku pun reflek menggenggam di depan dada seraya membulatkan mata.

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang