Day 21

330 38 21
                                    

Tok! Tok!

"Jisoo?! Sehun?!"

Tok! Tok! Tok!

"Jisoo?! Anak itu pasti masih tidur."

Aku menggeliat pelan ketika terganggu suara ketukan pintu dari Ibu. Dia juga berteriak-teriak seperti layaknya penagih utang. Mataku mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke celah jendela, lalu menatap Sehun yang juga terbangun karena mendengar suaranya.

"Ibu benar-benar menganggu." Gerutuku kesal setengah sadar. Mataku masih lengket meskipun matahari sudah mulai meninggi.

Sehun menepuk pelan pundakku. "Ayo bangun dan segera keluar. Jangan membuat Ibu berteriak lagi."

"Tunggu." Aku reflek memegang tangannya saat Sehun hendak berdiri. Sehun menatapnya. Saat sadar akan hal itu, aku segera menarik tanganku. "Semalam... tidak ada yang terjadi diantara kita kan?"

Sehun menatapku dengan senyuman usil dan mendekatkan tubuhnya. "Semalam kita terlalu lelah untuk melakukan itu."

Mataku membulat dan memukulnya. "Orang gila!! Maksudku tidak seperti itu!!"

Sehun malah tertawa lalu menahan tanganku yang akan memukulnya berulang kali. "Hentikan-hentikan. Maaf, aku hanya bercanda."

"Bercandamu tidak lucu!" Bibirku mengerucut sebal dan segera menarik tanganku.

Sehun masih menatapku. "Cute."

"Apa?" Seketika aku menoleh. Meskipun Sehun hanya bergumam, suaranya masih terdengar jelas.

"Jisoo?!"

Tok! Tok! Tok!

"Masih belum bangun juga?!"

Ibu kembali lagi mengetuk pintu. Mataku terpejam sejenak. "Aku akan segera keluar!!" Teriakku dengan sekuat tenaga.

"Oke~"

"Segeralah bersiap dan keluar. Kita harus kembali ke apartemen pagi ini juga." Ucapku pada Sehun yang dianggukinya. Kemudian pria itu menyusulku berdiri.

Tapi saat aku melangkah...

"ADUH!!!"

"Jisoo!"

BRUKK!!!

CUP~

Mataku membulat. Aku terjatuh karena kakiku tersandung selimut untuk kedua kalinya. Sehun yang hendak menolongku pun turut oleng karena posisi tubuhnya yang tidak sempurna. Alhasil punggung pria itu terantuk lantai terlebih dahulu sebelum aku terjatuh diatas tubuhnya.

Sialnya, bibir kami bertabrakan. Slepetan itu bertahan cukup lama karena kami berdua dalam mode mematung dan terkejut yang bersamaan. Aku kemudian segera membangunkan tubuhku dan berdehem sejenak sekaligus mengalihkan pandangan. Aku kebingungan, malu, dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Kau... baik-baik saja?"

"Hm?" Aku menoleh, lalu mengangguk kikuk. "Oh... Ya."

"Aku... ke kamar mandi sebentar." Ujar Sehun kepadaku dengan sedikit kebingungan.

Aku meliriknya sambil mengangguk. "Aku keluar dulu."

Dengan cepat aku berjalan dan keluar dari kamar. "Sial! Kenapa bisa begini?!"

****

"Dimana Sehun?"

Baru aku ingin duduk di meja makan, Ibu malah menanyakan kemana menantunya. "Masih di kamar."

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang