Day 13

296 36 11
                                    

Aku membuka mataku saat tanganku meraba tempat disampingku yang kosong. Sehun tidak ada. Kemana dia pagi-pagi begini sudah menghilang?

Ya, aku tidur di kamarnya tadi malam. Mengingat punggungnya sakit karena menyelamatkanku dan penghangat ruanganku belum diganti, jadi kuputuskan untuk menemaninya kalau-kalau Sehun butuh bantuan. Dan benar sekali, kami seranjang. Namun hanya sebatas tidur bersama.

Tidak mau memikirkan hal yang tidak-tidak, aku lantas berjalan keluar kamar. Kemudian terkejut ketika menemukan Sehun berada didapur dengan apron yang dia kenakan. Apa yang dia lakukan? Bukankah dia sedang sakit?

"Apa yang kau lakukan?" Aku menghampirinya.

"Aku membuat kimbab." Sehun menghentikan acara menggulungnya dan mengambil satu kimbab lalu menyuapiku. "Eottae?"

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. "Massitta~"

Sehun mengembangkan senyum senang ketika aku menikmati kimbab buatannya.

"Kenapa kau repot-repot masak? Bukankah punggungmu masih sakit? Kita seharusnya beli sarapan saja."

Sehun yang masih berkutat dengan kimbabnya itu menggeleng. "Aku sudah tidak apa-apa. Apa kau ke kantor hari ini?"

Aku mengangguk. "Ya, sebenarnya libur. Tapi hari ini aku ada meeting."

"Apa semua pekerjaan Presdir seperti ini? Walaupun hari ini hari Minggu, tapi tetap harus bekerja. Apa tidak ada waktu untuk sekedar liburan?" Tanya Sehun.

"Ya beginilah. Sekarang kau tahu bagaimana diriku selalu sibuk dengan pekerjaan hingga tidak terpikirkan untuk menikah."

Sehun hanya tersenyum menanggapiku.

Drrttt.... Drrrttt....

"Sebentar." Ponselku tiba-tiba bergetar dan aku segera mengambilnya disaku piyama. "Ayah?"

Sehun seketika menoleh. "Ayah menelepon?"

Aku berdehem sejenak sebelum akhirnya mengangkatnya ketika Ayah melakukan panggilan video call kepadaku. "Yeoboseyo."

['Kim Jisoo, joheun achim.'] sapa Ayah.

"Joheun achimieyo." Balasku.

['Apa yang sedang kau lakukan?']

Aku memperlihatkan Sehun yang sedang memotong Kimbab. "Aku menemani Sehun memasak."

"Selamat pagi Ayah." Sapa Sehun pada Ayahku.

['Oh Sanghyuk, lihat apa yang dilakukan anak kita pagi-pagi begini!'] Panggil Ayah meneriaki Ayah Sehun.

['Memang apa yang mereka lakukan?'] Ayah Oh akhirnya datang dan bersandingan dengan Ayahku.

"Annyeonghaseyo. Kami sedang memasak, Ayah Oh." Ucapku pada sang mertua.

"Selamat pagi Ayah." Tambah Sehun menyapa Ayahnya.

['Selamat pagi'] Sapa Ayah Oh. ['Mereka sangat bahagia, Kim Sam.'] Imbuhnya menoleh pada Ayahku.

['Sudah kubilang, mereka itu sangat serasi.'] Ucap Ayah. Keduanya kemudian tertawa.

Aku dan Sehun juga turut mengembangkan senyum melihat kedua orang tua kami bahagia bersama. Jadi seperti ini rasanya membuat orang lain senang?

"Dimana Ibu?" Tanyaku.

['Mereka sedang memasak di dapur.'] Jawab Ayah Oh.

Aku mengangguk paham.

['Ya sudah, Ayah tidak akan mengganggumu. Kalian bersenang-senanglah. Sampai jumpa.'] Kedua Ayah ini melambaikan tangannya pada kami.

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang